Bab 42 - Berita Penculikan

3007 Words
Rumah Tn. Pratja terasa sangat sepi. Sudah tiga hari berlalu setelah kepergian Wish ke sekolah Gifted. Mereka merasa sangat sepi - mengingatkan kepada keadaan saat mereka belum mengadopsi Wish. Waktu itu, rumah terasa sangat sepi apalagi setelah Tn. Pratja pergi, hanya Ny. Pratja yang tinggal di rumah. Di pagi hari mereka bangun di jam seperti biasa. Ny. Pratja menyiapkan makanan untuk sarapan suaminya, kali ini ia memasak makanan lebih sedikit dari biasanya. Tn. Pratja keluar dari kamar setelah selesai pakaian. Ia pergi ke ruang makan dan duduk untuk melihat apa yang tersedia sebagai sarapan pagi kali ini. Ny. Pratja menghidangkan s**u skim, ikan mas, nasi, dan apel di depan Tn. Pratja. Ia merasa dasi-nya kurang rapi dan memperbaikinya. Tiba-tiba ia ingin mendengar kembali cerita dari istrinya tentang Wish yang menelepon kemarin. “Ceritakan kepada Ayah lagi apa yang dikatakan Wish kemarin Bu!” Kata Tn. Pratja sebelum berangkat kerja. Ny. Pratja yang sibuk mondar-mandir dengan alat-alat dapur yang kotor berkata, “Ayah! Ini sudah yang keberapa kali. Intinya saja, Ibu nanti mau belanja untuk keperluan Wish selama di sekolah. Okay!” “Ayah hanya penasaran. Mengapa sekolahnya tidak memberikan sarana telepon? Kita membayar sangat mahal untuk mereka. Ini tidak adil!” Ucap Tn. Pratja. Ia mengatakannya sambil menyendok nasi hingga terlihat begitu banyak. “Ayah mau makan sebanyak itu?” Kata Ny. Pratja yang melihat nasi di piringnya sudah hampir meluber. “Ini karena saking kesalnya.” Kata Tn. Pratja dan mengurangi nasi dari piringnya. “Ibu akan pergi ke pasar di dekat pasar para b***k. Ayah bisa temani nanti?” Tanya Ny. Pratja yang juga ikut sarapan bersama Tn. Pratja. “Baiklah, Ayah akan jemput nanti siang ya!” kata Tn. Pratja. Mereka pun sarapan pagi dan Tn. Pratja pergi kerja dengan meninggalkan kecupan di kening Ny. Pratja. Ny. Pratja pun seorang sendiri di rumah, ia merapikan dapur, dan melihat apakah cuciannya sudah selesai dikerjakan mesin cuci. Ia menghidupkan siaran radio yang biasanya tidak pernah melakukannya. Ia mengambil pakaian yang sudah bersih dari mesin cuci dan mendengar siaran radio selama menjemur pakaian. “Sudah 12 hari seorang anak hilang di dusun III, Desa Ranjak, Kecamatan Bandarseriah lingkungan, Kota Golongan para b***k. Polisi akan mengerahkan anjing pelacak untuk mencari anak tersebut. Polres setempat, Jujin Rajuman mengatakan anak berinisial RE, 11 tahun, dilaporkan hilang 23 Juli 2020 saat ia hendak pulang menuju rumahnya. Sudah dua belas hari masa pencarian, belum juga ditemukan. Awalnya, sang orang tua tidak menyadari anaknya hilang karena di siang hari ia masih melihat sang anak bermain dengan temannya yang berbeda satu gang dengan rumah mereka. Tetapi, saat sore tiba, saat sang anak hendak pulang, bisa jadi ia diculik saat itu di lingkungan tersebut. Menurut keterangan teman anak tersebut ia melihat temannya benar-benar masuk ke dalam gang rumahnya dan setelah itu ia tidak melihat ada orang lain yang keluar dari gang dan tidak merasa ada suara jeritan jika yang terjadi adalah penculikan. Kejadian seperti ini sudah berulang kali terjadi di lingkungan kota para b***k. Kejadian yang semakin lama semakin buruk ini sudah dilaporkan kepada pemerintah tetapi belum mendapat tanggapan. Kami menghimbau kepada para pendengar sekalian agar tidak memperbolehkan anak berumur lima hingga enam belas tahun keluar rumah tanpa pengawasan orang tua. Kita ke berita berikutnya …. Seorang wanita ditemukan tewas di empang dekat rumahnya diduga dikarenakan..” “Mengapa banyak sekali penculikan anak sekarang ini.” Ucap Ny. Pratja menggelengkan kepalanya. Ia masuk lagi ke dalam rumah dan mematikan radio itu. Ia merasa mendengarkan hal yang tidak berguna lagi. Seminggu ini yang ia dengarkan hanyalah penculikan anak saja. Ny. Pratja pun berencana untuk mengurus kebunnya sambil menunggu suaminya pulang dan mengantarnya ke pasar membeli perlengkapan Wish. Ia melihat daftar yang sudah di tulis di selembar kertas, “Baju tidur, sabun, minyak kayu putih, beberapa obat-obatan, pengharum ruangan, baju hangat, sandal, masker, selimut dan sepatu karet, beberapa cemilan dan mie instan.” bacanya, “Adakah yang kurang lagi?” Ny. Pratja meletakkan kertas itu di atas kulkas dan menyelipkannya di bawah sarung agar tidak terjatuh. Ia mengerjakan beberapa pekerjaan rumah dan pergi ke taman di belakang rumah. Ia berhenti sejenak menonton televisi untuk meregangkan otot dari kerja beratnya. “Ada berita apa hari ini?” Katanya sambil menghidupkan televisi. Ia akan pergi ke taman setelah selesai menonton televisi. Ia merebahkan tubuhnya di kursi sambil berpangku tangan melihat ke arah televisi. Siaran berganti, “Kau memang siluman, diamlah kau..” Siaranpun diganti, “Kalau kita lihat bagan statistik berikut, ini adalah penculikan yang terjadi dari tahun 2015 hingga 2020, penculikan anak semakin hari semakin meningkat. Kita bisa melihat di tahun 2015 penculikan anak di tahun itu sekitar 126 orang anak per tahun dan semua tidak ditemukan jasadnya ataupun keberadaan si anak. Itu yang membuat kita merasa sangat heran apa yang sebenarnya terjadi. Dan di tahun 2019 penculikan anak yang terjadi ada 800 kasus tanpa penyelesaian. Sama seperti di tahun 2015, anak-anak yang diculik ini tidak ada yang ketemu. Golongan yang paling sering merasa ini adalah golongan para b***k. Di pertengahan tahun 2020 ini kami naru mendapat info tentang kasus penculikan yang tidak terpecahkan ada 500 kasus. Ini masih pertengahan tahun, bagaimana jika di akhir tahun? Ini satu masalah yang serius. Kita akan mewawancarai Bapak Juwinanto, kepala kepolisian Indonesia dan juga ibu Nuryainta, selaku juru bicara golongan b***k, dan bapak Yayan, selaku anggota pemerintahan dari Golongan Atas, terima kasih sudah hadir pada hari ini. Suatu kehormatan bagi kami atas kedatangan beliau-beliau sekalian. Kami ingin bertanya kepada Bapak Juwiyanto terlebih dahulu selaku pihak kepolisian yang lebih mengetahui situasi ini karena mereka yang mengurus semua kasus-kasus ini, mereka mengenal baik apa yang sebenarnya terjadi. Baik! Menurut bapak, apa yang terjadi saat ini? Apakah bapak ada mencium bahwa kasus anak-anak yang hilang ini mengarah ke arah 'diperjualbelikan'. Maksud kami dijual ke luar negeri - perdagangan anak? Karena kita lihat kasus-kasus seperti ini dari dulu selalu ada dan tidak pernah berkurang, silahkan bapak…” Suara berita di televisi. Entah mengapa Ny. Pratja menonton tayangan itu lebih lama. Sebelumnya ia merasa tidak tertarik dengan banyaknya kasus penculikan. Tetapi, kali ini sepertinya para rakyat terutama golongan b***k lebih merasa khawatir dibanding golongan lain. “Kenapa kasus penculikan ini lebih banyak ditemukan di golongan b***k? Mungkin karena mereka yang paling banyak memiliki anak sehingga penculik lebih banyak mengincar golongan b***k? Atau pemerintah mulai takut jika golongan b***k bertambah banyak, pemberontak-pemberontak akan semakin banyak, mereka bisa bersatu melawan ketidakadilan golongan sekarang?” Pikir Ny. Pratja. Pemikiran Ny. Pratja ada betulnya. Golongan b***k adalah golongan terendah dengan tingkat pendidikan yang rendah pula. Kehidupan mereka rata-rata adalah mencari uang dan menikah. Karena mereka tidak perlu kuliah, mereka lebih berfokus pada pernikahan dan memiliki banyak anak. Sedangkan untuk rakyat golongan Atas, beberapa anak mereka tidak mau menikah jika akan melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Memang ada beberapa yang menikah di umur lima belas tahun, dan tetap melanjutkan pendidikan. Tetapi, kebanyakan tidak ingin melakukannya karena ingin fokus kepada pendidikan mereka. Jika pun mereka menikah, orang-orang terpelajar seperti itu tidak akan memiliki anak banyak. Mereka kebanyakan memiliki anak satu atau dua saja. Berbeda dengan rakyat b***k yang anaknya bisa membentuk satu team sepakbola. “Sebaiknya aku ke kebun.” Ucap Ny. Pratja yang pergi ke dapur mengambil sekop tangan. Ia ingin memindahkan beberapa bunga dan menanam bunga Kokedama Krisan Putih untuk di taruh di meja belakang rumah. Ia baru saja memesan tanaman Kokedama ini untuk hiasan belakang rumahnya. Rencananya ia ingin menggantungnya di langit-langit rumahnya, tetapi jika itu mungkin. Ny. Pratja pergi ke taman-nya di belakang rumah. Dibawanya tanaman Kokedama yang akan ia hias di teras belakang rumahnya bersama dengan sekop di tangannya. Diletakkannya itu di meja-meja batu dekat kolam ikan. Lalu ia kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil pupuk yang ia lupa dimana diletakkan. Setelah mengacak-acak dapur dan tak menemukan apapun, ia teringat bisa jadi pupuk itu ia letakkan di dalam gudang. Sudah lama sepertinya gudang tidak dibuka. Biasanya Tn. Pratja yang selalu keluar masuk ke ruangan itu untuk memasukkan barang-barang yang tidak terpakai lagi. Ny. Pratja pun mencari kunci gudang yang ada di belakang rumah, ruangan ini terpisah dari rumah mereka. Letaknya berada di ujung tanah mereka yang bersebelahan dengan rumah tetangga. Ia menemukan tiga kunci untuk membuka pintu gudang. Sesampainya di depan pintu, ia melihat sarang laba-laba dan kotoran tikus yang menumpuk di depan pintu. “Seharusnya ini dibersihkan! Ayah tidak pernah mengatakannya, hingga menjadi sangat jorok seperti ini.” Gumam Ny. Pratja sambil membuka gembok pintu. Ia masuk ke dalam dan mulai mencium aroma lembab dan bau tak sedap. Hidungnya ia tutupi dengan tangan sambil melihat barang-barang yang sudah tidak terpakai yang dimasukkan Tn. Pratja ke sana. Ia melihat kursi-kursi patah, beberapa mainan Wish yang sudah tidak terpakai, pakaian bekas, dan mesin jahit. Matanya tersimpangkan oleh mainan Wish jaman dulu dan sepeda roda tiga yang tampak masih bagus. Ia berpikir seharusnya itu semua dibuang. Tetapi, pendapatnya ini bertolak belakang dengan Tn. Pratja. Ia suka menyimpan barang-barang lama miliknya agar bisa menyimpan kenangan itu selamanya di benda mati itu. Itu hanyalah kepercayaan Tn. Pratja saja. Ny. Pratja mengangguk, kemudian entah mengapa pikirannya berubah sewaktu melihat barang-barang Wish yang lama. Ia duduk di kursi tua menghadap sepeda Wish dan mengingat masa-masa yang ia habiskan bersama Wish. “Benar juga kata Ayah!” Ucap Ny. Pratja. Ia juga melihat album foto yang sudah lama ia cari. Ternyata disimpan di dalam gudang. Foto itu berisi dia dan suaminya sewaktu awal pernikahan mereka. Ia juga ingat keguguran yang pernah ia alami sewaktu masih baru berumah tangga dengan suaminya. Leher rahimnya yang lemah, membuatnya selalu keguguran dan saran dokter adalah agar tidak memiliki anak lagi karena beresiko cacat. Meski begitu, Tn. & Ny. Pratja tetap ingin memiliki anak meski dalam resiko yang besar, tapi tidak terjadi sama sekali! Karena itulah mereka memutuskan untuk mengadopsi anak. Awalnya Tn. Pratja menginginkan anak adopsi yang masih bayi, tetapi sewaktu di panti, mereka malah lebih suka melihat Wish. Itu adalah kejadian yang tidak diduga-duga. Meski tidak sesuai rencana, mereka merasa mendapatkan Wish adalah suatu keberuntungan. Ny. Pratja melihat benda berkilau karena cahaya yang masuk dari pintu di keranjang sepeda Wish. Ia mengambil itu, dan ternyata benda itu adalah kompas yang ia sudah lupa dari mana bisa ada di keranjang sepeda Wish. Lapisan luar kompas itu berlapisjan warna emas dan berbentuk segi delapan. Di setiap sudutnya ada bulatan kecil seperti tempat untuk sebuah permata. Ny. Pratja berpikir bulatan-bulatan itu pasti sudah copot sewaktu dimainkan. Benda itu dulunya sering dibawa Wish kemana-mana bahkan saat hendak tidur. Seingatnya memang tidak ada hiasan di setiap sudut kompas itu. Ia juga lupa mengapa Wish memiliki permata itu. Ia merasa benda ini pasti sangat berguna bagi Wish, maka ia ambil benda itu agar sekaligus ia kirimkan kepada Wish. Ny. Pratja berharap Wish akan senang karena menemukan benda kesayangannya sewaktu kecil. Suara tikus menyita perhatiannya yang membuatnya melihat ke arah pintu masuk. “Ini dia!” Teriak Ny. Pratja. Ternyata benda yang ia cari itu ada di balik pintu masuk. Pantas saja ia mencari terlalu jauh kedalam tidak menemukan apapun, ternyata tersembunyi di balik pintu. Mungkin Tn. Pratja meletakkannya di situ agar dapat mengambilnya dengan mudah. Ny. Pratja pun keluar dari gudang mengambil pupuk itu, dan bekerja di tamannya sambil menunggu Tn. Pratja datang. *** Tn. Pratja pun datang tetapi Ny. Pratja belum bersiap-siap. Ia kelupaan waktu karena asyiknya bermain-baik di tamannya. Sesekali ia berbicara kepada bunga-bunga bahkan bercanda ria dan tertawa. Tn. Pratja sempat melihat momen itu terjadi. Ia hanya menggelengkan kepalanya dan merasa Wish mengubah hidup mereka. Karena adanya anak itu, mereka merasa sangat bahagia dan memiliki harapan untuk hidup lebih lama. Bunga kokedama yang hendak ia gantung-kan di atap teras rumah tidak jadi dilakukan karena sudah tidak ada waktu lagi untuk melakukannya. “Ma, cepatlah! Kamu belum juga bersiap-siap.” Ucap Tn. Pratja kesal yang melihat Ny. Pratja berlari masuk ke dalam rumah dan mandi. Ia tak mengucapkan apapun karena ini salahnya yang tidak ingat waktu. Setelah menunggu lima belas menit, tanpa dandanan yang biasa Ny. Pratja lakukan - ia hanya memakai lipstik merah, berdiri di depan pintu depan dan berkata,”Ayo Yah, sudah selesai.” Ucapnya. “Ibu takut kalau kita kelamaan barang yang diobral jadi habis.” Ucap Ny. Pratja lagi. Mereka pun pergi di panas teriknya Matahari. Mereka sampai di tempat yang disebut Market b***k. Market ini adalah tempat toko-toko menjajakan barang dagangan mereka, mulai dari pakaian, makanan, barang elektronik, kendaraan pribadi - tetapi ini terbatas, dan juga loan. Jika dibandingkan dengan Market para golongan atas yang tidak lagi berbentuk fisik, mereka hanya menggunakan handphone mereka untuk melakukannya. Jika mereka ragu-ragu dengan barang yang mereka beli, mereka bisa menggunakan fitur hologram untuk melihatnya secara langsung. Setelah cocok dengan keinginan maka barang tersebut akan dikirim ke rumah mereka. Menurut kabar, untuk jenis pakaian, mereka bisa mencobanya secara langsung melalui fitur Hologram itu. Sayangnya, rakyat pembantu dan b***k tidak bisa memastikan kebenarannya karena keterbatasan informasi mengenai golongan atas. Memang jika dibandingkan dengan pasar para golongan atas masih tidak sebanding, tetapi bukan berarti tidak cukup modern. Di market ini, pembeli yang berbelanja bisa membayar memakai metode uang elektronik dan menggunakan smartphone mereka untuk mengetahui diskon yang ada. Ketika berbelanja disini, tidak ada yang menjaga toko, jadi mereka hanya dilayani oleh smartphone mereka mengenai panduan barang dan harga yang disambungkan melalui bluetooth. Ketika mereka akan membayar, smartphone akan di scan ke alat di dekat barang yang di kunci. Ketika pembayaran berhasil, maka kunci akan terbuka dan barang bisa dibawa pulang. Jadi tidak ada kasir di dalam toko. Ini juga berlaku untuk perabot-perabot rumah tangga yang besar, jika mereka menginginkan suatu barang, mereka tinggal membuka smartphone mereka dan melakukan transaksi pembayaran. Mereka bisa memilih metode kirim ke rumah atau jemput. Mereka pun masuk ke Market, tidak begitu banyak orang yang datang. Saat hendak menunggu lift terbuka, seseorang terdengar berbicara. “Jadi anakmu belum ditemukan?” suara lirih dari seorang ibu. “Belum, sudah dicari kemana-mana. Polisi juga sudah mencari selama seminggu tapi belum ada kabar.” "Kita harus berhati-hati. Pemerintah golongan Atas sama sekali tidak bertindak. Itulah alasannya aku tidak membawa anakku berbelanja." "Jadi siapa yang ada di rumah?" Tanya Ibu yang baru-baru ini kehilangan anaknya. "Tidak ada.." katanya. 'Rasanya ingin memaki saja, kalau begitu sama saja, bisa diculik juga.' Ucap sang Ibu yang kehilangan anak dalam hati. Ny. Pratja mendengar hal tersebut dan mencoba menahan tawa. Ia mendekatkan kupingnya kepada dua orang ibu-ibu yang sedang bercerita ingin mengetahui kelanjutan cerita mereka. Siapa tahu ia menemukan hal-hal lucu lagi yang mereka ceritakan. “Sekarang di lingkungan para b***k sangat menyeramkan. Bagaimana pula anak-anak dikurung di rumah?” “Sekarang seperti di tempat kami, polisi selalu berpatroli setiap sejam sekali agar peluang penculikan menjadi kecil.” “Bagaimanalah ini, anak ku saja ada sepuluh, bagaimana menjaganya satu-satu. Namanya juga anak-anak kadang tidak mau diatur, itu yang buat aku pusing. Kadang tanpa sepengetahuanku mereka sudah berada di luar dengan cepat.” “Benar.” Pintu lift terbuka. Tn. Pratja melihat ke arah istrinya dengan isyarat agar mereka masuk ke dalam lift. Sesampai di lantai tiga, mereka menuju toko pakaian untuk mencari baju tidur dan jaket untuk Wish. Baju adalah pilihan pertama bagi Ny. Pratja untuk dicari. Barang-barang yang lain jarang diskon, jadi ia harus mencari sesuatu yang sulit dulu lalu ke yang paling mudah. Sewaktu pintu lift terbuka, Ny. Pratja membuka matanya lebar-lebar dan melihat banyaknya para wanita yang sedang berkerumun memilih baju seperti sedang menggali harta. Ia merasa sudah sangat terlambat. Inilah yang disenangi Ny. Pratja ketika belanja di market b***k - Diskon. Jika ia pergi ke Market Pembantu, tentu ia tidak bisa menemukan kata diskon sama sekali. Ia masih bertanya-tanya entah apa yang membedakan barang di kedua golongan market itu. Mungkin hanya kata diskon saja yang berbeda, kalau dilihat dari kualitas, sepertinya sama saja. “Semoga kita tidak terlambat, Yah,” kata Ny. Pratja sambil berjalan cepat menuju toko. Ia tidak segan-segan meninggalkan suaminya hanya demi diskon. Ia seperti sedang siap-siap menceburkan diri di obralan pakaian itu. “Ini akan lama,” ucap Tn. Pratja menarik napas. Ia berjalan lambat karena mau tidak mau ia pasti akan sampai di situ. Tak ada yang dikejarnya jika ia berjalan dengan lebih cepat. Sesampainya di toko, ia hanya memperhatikan tempat duduk untuk menunggu itu selesai. Dua orang pria duduk disebelah Tn. Pratja. Ia bisa dengan jelas mendengar apa yang mereka katakan. “Kau seharusnya pergi ke salon. Lihatlah wajahmu itu, kematian bisa menghampiri kita lebih cepat jadinya. Mereka sudah menemukan cara yang lebih baik untuk membuat kita bertambah umur.” “Aku takut melakukannya. Lebih baik aku pasrahkan saja. Tidak masalah bagiku jika harus mati dua tahun lagi.” “Kau sangat bodoh, tidak masalah.” Suaranya menjadi pelan,” Kita sebagai penduduk dunia waktu, tidak ada pilihan lain. Para Rebel seperti kita tidak bisa melakukan apapun selain menikmati hidup di Bumi.” kata temannya yang satu. Tn. Pratja tidak bisa pura-pura tidak mendengar, karena suara mereka yang terdengar dengan sangat jelas. Ia penuh dengan tanda tanya. Ia mengambil handphone-nya, dan bluetooth langsung tersambung ke toko market. Ini adalah fitur dimana toko akan dilayani pelayan robot yang akan berbicara melalui handphone pembeli dengan menyambungkannya melalui bluetooth. “Selamat datang di toko Leigen. Perkenalkan saya adalah pelayan yang akan memandu anda mendapatkan barang yang anda cari. Saat ini, kami ada diskon, untuk baju anak-anak sebesar 50% jika membeli lebih dari dua pasang baju dan beberapa item baju tidur dewasa…” Tn. Pratja terkejut karena tiba-tiba mendengar suara pelayan robot keluar dari handphonenya. Ia pun berupaya untuk memutuskan penghubung suara itu dengan handphone-nya. Ia bukannya ingin berbelanja tetapi ingin melihat apakah pemukiman yang bernama Dunia Waktu ada di lokasi Golongan b***k. Ia mengetikkan namanya untuk mencari tahu. “TIT TOT” bunyi handphonenya tanda bahwa tidak ada lokasi seperti itu di tempat tinggal para b***k. Ia kebingungan dan menerka, bisa jadi mereka sedang membahas sebuah band, atau film, penyakit yang diderita atau sesuatu yang tidak diketahui. Kedua pria itu pun pergi karena istri mereka sudah selesai berbelanja sehingga hanya dia yang duduk sendiri di kursi itu. Matanya sudah mulai mengantuk karena sudah satu jam Ny. Pratja terlihat memilih pakaian dan belum juga selesai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD