Pasrah

1184 Words
"Teruskan." Itulah yang dikatakan Valen. Daripada menyuruh berhenti, dia malah meminta Evan untuk meneruskan tusukannya. Evan tersenyum dan meneruskan aksinya. Rudalnya yang sudah membengkak sejak tadi itu, kini dia arahkan lurus untuk membelah liang surga milik guru dari anaknya ini. Valen menggigit bibirnya sekuat mungkinin, agar supaya dia tidak mengeluarkan suara keras, suara kesakitan yang bisa membuat kegiatan yang sedang dilakukan Evan ini dihentikan Evan. Vallen tidak mau Evan berhenti, seberapa sakit pun yang harus dia rasakan pada saat ini, karena dia terlalu pasrah, dia terlalu rela, ingin memberikan milik berharganya, khusus buat Evan, pria yang sudah sangat membuat dia bersimpati ini. Valen mulai merasakan Evan bergerak di atas tubuhnya dengan satu anggota tubuh Evan yang sudah masuk dan keluar dalam dirinya. Awalnya terasa sakit. Tapi, lama kelamaan Valen tidak lagi menemukan rasa sakit itu. Yang ada hanya kenikmatan. Kenikmatan total. Valen tidak percaya, bagaimana sebuah batang bisa membuatnya merasa begitu baik seperti ini. Karena setiap kali Evan menekan tubuhnya, dia bisa merasakan percikan kuat tepat di atas tempat Evan memasukinya. Percikan itu adalah inti kecil yang tampaknya membuat segalanya terasa jauh lebih baik bagi Valen. Valen yang ingin merasakan lebih banyak rangsangan dan melingkarkan kakinya di tubuh Evan, agar dia lebih merasakan batang itu masuk di tubuhnya. Dan agar setiap kali Evan mendorong, maka Valen akan menariknya, menggunakan tubuhnya untuk memijat titik sensitif kecil itu. Valen begitu menikmati ini. Menikmati indahnya penyatuan tubuhnya dengan tubuh Evan. Gadis ini sangat pasrah. Di masa lalunya, dia gagal menghibur hati ayahnya yang terluka setelah perselingkuhan ibunya. Kini, dia tidak mau lagi hal yang sama terjadi pada Evan, karena dia melihat tanda-tanda itu di mata Evan ini. Valen melihat tatapan yang sama seperti yang dia lihat di tatapan ayahnya dulu, beberapa hari sebelum ayahnya bunuh diri. Karena itu, Vallen ingin menghibur Evan sebisa yang dia mampu. Dia tidak mau membiarkan Evan terpuruk dalam keputusasaan dan bunuh diri seperti yang pernah dilakukan ayahnya dulu. Valen merentangkan kakinya lebar-lebar dan merentangkan pahanya yang basah. Ketika Evan mendorong juniornya yang berdenyut-denyut ke dalam cengkeramannya Valen. "Ummmmm, ahhhh!" gadis itu tersentak sambil menempelkan pahanya yang panas ke pinggul telanjang pria itu. Secara naluriah, Valen yang polos itu, mulai menggerakkan pantatnya dalam lingkaran kecil yang rapat di tepi tempat tidur, liangnya yang licin menghisap tongkat besar Evan. "Ahhhh! Enakkk. Ehmp." Evan menarik k*********a yang kaku keluar dari liang licin Valen hingga hanya kepala tebal itu yang terjepit di dalamnya, dia menarik napas dalam-dalam lalu memasukkan kembali rudalnya ke dalam genggaman gadis itu. Setelah mendengar desahan Valen tadi, kali ini, Evan memompa dengan cepat, dia mengarahkan batangnya yang menyentak ke dalam liangnya Valen dengan dorongan yang kuat, mengangkat kaki telanjangnya untuk mencari tekanan yang kuat. "Ohhhh, ini enakkkk!" Valen mengerang sambil mengaitkan tumitnya ke belakang lutut David dan mulai menyentakkan pantatnya pelan dari atas sofa. Saat itulah Evan mencurigai sesuatu. Kembali dia menarik batangnya dan memperhatikan liangnya Valen. "Ada darah. Dia masih perawan. Aku telah merusak anak orang," batin Evan. Valen mulai membuka matanya. "Kenapa berhenti?" Evan putuskan untuk meneruskan apa yang telah dimulai. Dia masukkan kejantanannya dan kembali mengecup kening wanita yang telah rela menyerahkan keperawanannya itu padanya. Keduanya kembali masuk di jalan tol penuh gairah untuk menuju ke puncak kenikmatan. "Lebih cepat, lebih cepat, lebih cepat! Ahhh! Gerakkan tubuhmu, Valen. Ini sangat enak. Ohhh! Aku menyukainya! Astaga!" Evan mengerang. "Iya, sayang. Oh. Ini sangat enak. Arghhhh." Valen yang sebelumnya malu untuk mengekspresikan perasaannya, kini mulai berani. Sejalan dengan ekspresinya, Evan memukulkan setiap inci rudalnya yang padat ke dalam liang Valen yang basah. Evan merasakan liang sempit itu mencengkeram rudalnya. Dia merasa betul-betul ketagihan dengan liang sempurna gadis ini. Kali ini, Valen menghadapi setiap tusukan Evan dengan goyangan dan cengkramannya. Dia mulai tahu, kalau setiap gerakannya, akan otomatis membuat daya cengkram terjadi dari liang surganya yang sempit yang akan membuat pria di atas tubuhnya merem melek. Karena itu, Emily terus mendorong keluar benda bengkak yang masuk di liangnya ini dengan gerakannya yang luwes dan penuh penghayatan. Evan menusukkan tusukan batangnya sedalam yang dia bisa, meluncur ke dalam lubang surga yang ketat dan jago cengram itu. Sensasi batang k*********a yang tebal meluncur maju mundur di dalam liangnya yang licin membuat Valen semakin liar dengan nafsu tak tertahankan. Gesekan basah yang ditimbulkan dari pergerakan keduanya membuat Valen mengerang dengan tangisan yang terisak-isak. "Teruskan, Evan. Ohhh. Berikan padaku sebaik yang kau bisa! Huhuhu. Ini enak banget! Uh!" Valen mendesah dengan terengah-engah, mengencangkan pahanya yang panas di sekitar pinggul pria itu. "Punyamu enak, Valen. Ugh! Aku bisa ketagihan." "Aku akan kasih, setiap kamu mau." Valen mengencangkan setiap otot di tubuhnya yang lentur, gadis yang terus menggeliat itu menempelkan selangkangannya ke s**********n Evan, pahanya bergerak-gerak dengan panik karena terbawa amarah birahi yang mencekam. "Punyamu terus meremas punyaku! Ahhh!" Evan tersentak, wajahnya menempel ke wajah Valen. "Astaga, kamu sangat enak! Uhhh! Dan tubuhmu sangat kencang dan kenyal! Sial, kamu hebat sekali! Setiap kali liangmu menelan punyaku, dia tidak mau melepaskannya!" Aghhh!" Valen menempelkan tumitnya ke punggung kaki Evan yang berotot, dia menggeliat di bawahnya, payudaranya yang telanjang meluncur di bawah d**a bidang Evan. Valen bisa merasakan putingnya yang kenyal semakin membesar, payudaranya menegang seiring gairahnya yang terus meningkat. Pinggulnya berputar-putar, saat Evan menggedor-gedor k*********a yang kaku itu lebih keras dan lebih cepat lagi ke dalam jepitan gadis muda itu yang mulai menetes itu. Setiap tusukan senjata itu terasa mengasyikkan bagi Valen. Evan berulang kali menusukkan rudalnya ke dalam liang manis Valen, dengan seluruh kekuatannya yang besar itu. "Arghhh!" Valen mengerang, mencoba merentangkan lututnya lebih lebar. "Ohhhh. Ahhhh!" "Ohhhh. Kamu hebat, Valen. Aku bisa rasakan kepala besar rudalku mendorong hingga ke dalam jepitanmu! Aku dorong lebih dalam! Aku ingin semua benda kerasku masuk ke dalammu! Uhhhh! Valen! Ini enak!" Valen menggeliat di bawahnya, melemparkan liangnya yang berair ke atas untuk bertemu dengan setiap dorongan rudal pria itu yang berdenyut-denyut. Valen mengerang sampai suaranya serak. Kepala tusukan itu meluncur ke dalam liangnya yang ketat, mengisinya dengan sensasi yang tidak terkatakan. Evan terengah-engah, pukulan rudalnya yang panjang semakin keras. Selangkangannya menghantam k******s Valen, pangkal rudalnya yang keras menghantamnya hingga membuat kesemutan dan menekannya hingga rata. "Ahhhh! Kamu hebattt" Valen menghela napas. "Kau melakukannya dengan luar biasa! Ohhhhh! Aku sangat menyukai ini!" Dengan gigi terkatup, Evan makin mendorong k*********a yang berdenyut-denyut ke liang licin Valen dengan amarah gairah yang nyaris gila. Semakin keras, dia mengarahkan rudalnya ke dalam liang gadis cantik itu. Batangnya makin masuk lebih dalam dan lebih dalam lagi. Tanggapan Valen adalah terkesiap dan menyetujui, pahanya tersentak dan tegang di bawah pria berumur 40 tahun itu. "Teruskan!" gadis itu mengerang. "Uhhhh! Liangku mengejang seperti orang gila! Uh. Kenapa begini?" Dan kemudian Valen merasakan klitorisnya yang tegak berkembang ketika dampak penuh dari klimaksnya yang mengejutkan meledak di dalam liangnya, melengking dengan liar. Dia melingkarkan lengan dan kakinya di sekitar Evan. "Uhhhh!" Valen tersentak. "Astaga, ini gila! Apa yang terjadi padaku? Ugh!" Evan tersenyum. Dia tahu kalau gadis polos ini sudah mencapai klimaks. Karena susah untuk dijelaskan, maka dia memilih untuk terus memukul k*********a ke liangnya Valen yang mengepal dengan gairah yang membuncah itu. Evan mendengus dan terus bergerak untuk memuaskan sang wanita. Valen mengejang. Dia menjerit karena klimaks yang tidak tertahankan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD