strong

1008 Words
Ana dan Leon sudah sampai di rumah dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun. Hanya hati Ana yang tergores perlahan menerima kenyataan yang ada Tingkah laku Leon semakin lama semakin menunjukan ketertarikan kepada Ana, perhatian kepedulian bahkan ke romatiskan sesekali di tunjukan pada Ana Leon sekarang berada di perusahaannya, setelah sampai dirumah Leon benar benar langsung pergi kerja dan meninggalkan Ana Ana hanya berdiam diri di kamar sambil melamuni semua hal yang terjadi di luar batas kemampuan dia ia tidak tahu ia akan mencintai Leon bahkan mengharapan kehidupan keluarga yang sempurna seperti di film film bahkan di kehidupan teman teman nya Ana tertawa miris membayangkannya, ia selalu menganggap dirinya bodoh akan tindakan jatuh cintanya itu "Mungkin sekarang ia sedang bersama perempuan itu. Bahkan tanpa jeda sedetik pun langsung pergi ke kantor menemui dia" Kata Ana sambil tertawa kecil Ia berjalan ke bawah dan mengambil sebotol wine di kulkas khusus alkoholnya itu ia menuangkan sedikit demi sedikit wine dan menegaknya langsung. Ia melakukan hal itu berulang kali tanpa merasakan pusing sama sekali "Sepertinya aku terlalu berlebihan, itu hanya tidur seranjang tidak lebih lagi pula aku siapa" Ana berjalan menuju kamarnya dan membanting keras tubuhnya ke atas kasur empuk dan berteriak sekencang kencangnya "Dari awal aku melihat dia aku terlalu munafik untuk menolaknya, kebaikannya walaupun ia dingin sedingin es tetapi tatapannya membuat ku luluh" "Aku terlalu munafik untuk mengakui cinta rasa sayang kepadanya dari awal. Rasa itu bukan tumbuh dari maldives tetapi dari awal aku bertemunya tapi aku baru menyadarinya disana" Ana terus melontarkan kata kata yang sebenarnya ada di dalam hatinya bahwa ia benar benar mencintai Leon dari awal pertemuan singkat itu perjodohan apapun yang berkaitan dengan pertemuannya dengan Leon Ia memaksakan kehendaknya untuk berpura pura tidak memperdulikan Leon sesungguhnya ia mencintai Leon Ana menangis sambil berteriak melihat kembali foto mesra mereka di kasur itu, selama ia menikah dengan Leon ia tidak pernah sekalipun berniatan untuk mencintai orang lain Penampilannya begitu hancur sekarang, maskaranya luntur, rambutnya sangat acak acakan dan pakaiannya yang mulai lecak ia bangkit dari kasur dan berdiri lututnya tak sanggup menahan beban nya dan kembali terjatuh di pinggir kasur mungkin ini pengaruh alkohol, perasaanya semakin sedih. Ia menengok jam dinding, jarum jam menunjukan jam 7 malam yang menandakan sebentar lagi Leon pulang Ana bangkit dan berdiri "Aku sama sekali tidak boleh terlihat sedih atau apapun itu di hadapan Leon" Ana mengambil handuk dan bergegas mandi membereskan tubuhnya yang kacau serta hatinya yang hancur ia mengeringkan rambut dan mempoles sedikit bibirnya dengan liptint dan menutupi mata pandanya yang gelap dengan concealer yang di akibatkan air matanya itu ia menggunakan baju santai dan menghadap cermin lalu tersenyum "Tenang Ana, pasti ia akan jujur secepatnya" Kata Ana pada dirinya sendiri Tak lama suara mobil milik Leon sudah terdengar, Ana turun ke bawah untuk menyambut Leon "Ana.. kenapa belum tidur?" Tanya Leon sambil mencium kening Ana Ana terkejut melihat tingkah laku suaminya itu "Ah.. belum ngantuk" Kata Ana berusaha menstabilkan hatinya Ana dan Leon berjanjak ke atas menuju kamarnya "Leon, aku ingin sekali bekerja" "Tidak" Kata Leon singkat padat jelas sesampainya di kamar Ana tidak menyerah akan hal itu "Please Leon, aku ingin sekali kerja" Kata Ana sambil memegang tangan Leon Leon duduk di kasur dan membuka kancing tangannya dan melonggarkan dasinya "Tidak" Jawab Leon Ana sudah hilang harapan, ia menatap Leon penuh arti "Memang aku miskin?" Tanya Leon sambil menatap Ana tajam "Bukan itu, aku hanya ingin memiliki penghasilan dari kerja keras ku sendiri" Leon mengerutkan jidatnya mukanya mulai memerah tanda emosi itu mulai muncul "Aku bisa membiayai kamu dan memberikan apapun yang kamu mau. Apakah itu tidak cukup?" "Bukan itu masalahnya, aku hanya bosan tidak lebih dari itu" "Alasan konyol" Ana menghela nafas ia berjalan menuju meja riasnya dan menghapus make up nya, mata pandanya sudah tidak terlalu parah dan matanya sudah tidak sebengkak tadi ia menggunakan skincare nya tahap demi tahap dan menggerai rambutnya ia mengganti pakaiannya ke piyama Leon berjalan menuju kamar mandi guna membersihan tubuhnya dan merileksasi tubuhnya dengan air hangat Ana meletakan tubuhnya ke kasur dan memainkan handphonenya tiba - tiba handphone nya berdering menandakan pesan masuk 'Kau lihat kau akan hancur Ana, Leon hanya mencintaiku -Refiana' Ana membaca itu dengan hati sangat kacau dan menahan tangisannya menahan diri untuk bersikap biasa saja tak lama pesan masuk baru dari nomor yang sama mengirim sebuah foto  'Selamat malam, perusak! -Refiana' Hatinya benar - benar hancur sekarang memandangi foto tersebut. Leon sama sekali tidak pergi kekantor melainkan ke Penthouse miliknya bersama Refiana mereka bersenang - senang Air mata Ana turun tanda di sadari, semakin banyak dan membanjiri pipinya hatinya terasa di tusuk oleh ribuan pisau tajam ia tidak kuat dan berjalan keluar menuju kamar tamu dan mengunci dirinya ia menangis sejadi - jadinya +++ Leon menyadari bahwa Ana tidak ada di kamar sama sekali tetapi ia tidak memusingkan hal tersebut "Mungkin sedang kebawah" Pikirnya Tetapi sudah sejam setelah ia keluar kamar mandi belum juga kembali ke kamar Leon berjalan menelusuri mansionya dengan sedikit kecemasan, ia melihat kamar ruang tamu terbuka sedikit dan ia mencoba melihatnya disana "Ada apa?" Tanya Leon yang melihat Ana sedang menangis tersedu - sedu "Tidak apa apa, aku sedang menstruasi emosi ku kacau" "Tidak aku tahu kapan tanggal menstruasi mu, reminder mu k*****a semua" "Aku tidak apa - apa bisa kah kau pergi saja?" Kata Ana sambil menenggelamkan seluruh badanya di bawah selimut "Kamu kenapa?" "Bisakah kau tidak mengganggu ku Leon?" Leon menarik selimut itu dan membuangnya di sembarang tempat. Ana kaget melihat hal tersebut, Leon menariknya dan memeluknya sangat erat menciumi kening Ana dan mengelus punggungnya "Jangan menangis lagi ya" Kata Leon "Iya, kembali lah kekamar aku akan menyeduh cokelat panas untuk menenangkan perasaan ku" Kata Ana sambil melepas pelukan Leon "Sebenarnya kamu kenapa?" Tanya Leon cemas "Leon boleh kah aku menanyakan sesuatu?" Tanya Ana memotong pembicaraan Leon "Bagaimana hari mu?" Tanya Ana "Menyenangkan sekali, bisa kembali bekerja dan bertemu karyawan" Kata Leon sambil mengeluarkan senyum termanisnya "Ooh" Kata Ana "Leon.. berapa asisten mu di kantor?" Tanyanya lagi "Empat, Gregorius Mike Stacia dan Refina" Mendengar nama terakhir membuat ana tertawa kecil "Kenapa tertawa?" Ana hanya menggelengkan kepalanya dan beranjak tetapi tangannya di tahan oleh Leon "Bagaimana harimu?" Tanya Leon "Menyenangkan sekali" Kata Ana sambil tersenyum sinis Leon benar - benar tidak menyadari hal tersebut. Ia mencium tangan Ana dan kembali kekamarnya. +++ komen vote ya love
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD