Chapter 11. Orang yang Ingin Dihindari!

1053 Words
“Mobil lo besok udah bisa dipake kan, Vic?” tanya Rangga. “Maybe, doain aja udah,” jawab Vicko seadaanya. Ya, kemarin saat Vicko dan Rangga berniat untuk mengunjungi siswa dan siswi baru yang sedang melakukan makrab, kendaraan mereka mengalami kendala saat di tengah perjalanan. Jadi mau tidak mau, mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dan kembali besok saat hari terakhir acara makrab saja. “Semoga dah, gua pengen banget tahu nama tuh cewek,” ucap Rangga. Vicko menoleh. “Siapa yang lo maksud, Rang?” tanya Vicko. “Cewe yang kita temuin di toko buku,” ucapnya. Vicko hanya mengangguk dan membiarkan temannya melakukan apa pun asal tidak memerepotkannya. Flashback on. “Kenapa aku seperti tak asing dengan bentuk tubuhnya?” gumam sosok wanita yang sedang berada di belakang Amor dan juga Rega. “Tapi mana mungkin ia bisa sekolah di tempat yang sama denganku? Sepertinya aku mengantuk hingga mataku tak bisa melihat dengan jelas,” ucapnya. Saat sosok wanita itu ingin berbalik, ada suara yang mengintruksi kedua telinganya. “Amorr!” Terdengar nyaring seorang lelaki yang berteriak dengan memanggil nama yang sangat ia kenal “Amor?” gumamnya, bahkan sangat jelas di telinganya jika ada seseorang yang memanggil nama “Amor”. “Ngapain, Na?” tanya perempuan itu seraya menepuk bahu Riana. “Ngagetin aja lo. Lo ngapain di sini?” tanya Riana balik. “Mengangguku saja,” batinnya. “Tadi gua lewat, terus liat lo di sini sendiri, ya udah gua samperin. Gua kira lo tadi kenapa-napa diem mulu begitu” ucapnya. Riana mengangguk. “Gua aman, lagian kalo ada apa-apa gua bakal teriak sekenceng mungkin kali.” Flashback off “Sudah selesai?” tanya Amor. “Belum, aku tak tahu cara membuatnya,” ucap Rega tersenyum kikuk. Wah, sepertinya Rega memang pantas untuk menjadi aktor film, bukan? Bahkan saat ini ia sedang berakting menjadi orang yang tidak bisa membuat saus sambal untuk ikan bakar. Akting yang aneh, pikirnya, tapi ini juga adalah ide teman temannya. Jadi ia hanya akan mengikuti perkataan mereka agar Amor tidak diambil orang lain terlebih dahulu. “Hanya membuat saus tidak bisa?” tanya Amor tak percaya. Rega menggeleng sebagai jawabannya. “Tidak,” ucapnya singkat. “Hei apa-apaan itu! Kenapa kau sangat dingin,” gerutunya di dalam batin. “Kak? Tak apa?” tanya Amor. “Ah, apakah pertanyaanku membuatmu tak nyaman? Maaf,” tambahnya lagi. Amor melihat bagaimana pucatnya muka Rega, seperti orang yang menahan sesuatu, tapi Amor tak tahu apa itu. “Tidak!” balas Rega cepat. “Kakak sakit? Mukamu pucat sekali,” ucap Amor. Meskipun Amor merupakan orang yang dingin, tapi Amor memiliki hati yang sangat baik dan juga selalu memiliki rasa khawatir kepada orang lain. “Ah, ti-tidak,” ucap Rega memalingkan wajahnya ke arah lain. “Jantungku yang berdebar terlalu cepat karenamu, bukan sakit, Mor,” batin Rega. Amor hanya ber-oh ria tanpa mau bertanya lebih. “Biarkan aku yang membuatnya, Kakak duduk saja,” ucapnya yang dibalas anggukan oleh Rega. Rega menduduki dirinya di salah satu kursi yang berada di dekat mereka membakar ikan. Ia melihat bagaimana dengan lihainya Amor membakar ikan dan juga membuat sausnya. “Istri idaman,” gumamnya tanpa sadar. “Ada apa, Kak? Sepertinya tadi Kakak berbicara sesuatu,” tanya Amor. Rega tersentak dan langsung menggelengkan kepalanya. “Tidak ada,” ucapnya. Setelah semuanya siap, Rega dan Amor dan juga anggota OSIS yang lain menyiapkan makanannya untuk malam ini. Dan setelah acaranya selsai, semua siswa diintrogasikan untuk beristirahat kembali agar esok bisa memulai aktifitas yang baru dengan kondisi yang baik. “Vic, buru! Ngga sabar nih gua,” ucap Rangga tak sabaran. “Cewek apa cowok sih lo? Bawel amat, yang bawa gua juga,” ucap Vicko. “Waria nih gua, Bro!” ucapnya tak tahu malu . “Terserah lo aja udah, Rang,” ucapnya yang dibalas dengan cengiran khas Rangga. “Buru naik atau mau gua tinggalin, nih?” ucap Vicko yang melihat Rangga masih di luar tak naik-naik ke dalam mobil. Rangga langsung naik ke dalam mobil Vicko. “YOK JALANNN!” seru Rangga heboh. Vicko hanya memaklumi sifat temannnya yang kekurangan kewarasan ini. “Lo kenapa pengen banget datengin acara beginian si, Rangga? Cuma gara-gara cewek yang ketemu di toko buku doang lo sampe begini?” tanyanya. “Gua penasaran, lo masa beneran gak inget sih sama tu cewe?” ucap Rangga. Vicko terdiam, oh tidak! Ia lupa jika orang yang dimaksud Rangga di toko buku itu adalah Amor, adik tirinya. “Ngga,” jawab Vicko singkat. “Ternyata lo pikunan ya, Vic, tapi ngga salah sih lo kan udah tua,” ucap Rangga. Vicko hanya berdehem menanggapi ucapan temannya ini. Ia tak ada mood untuk berdebat sekarang. Yang ia pikirkan hanya bagaimana jika ia dan Amor bertemu pada saat di acara nanti? “Gua tidur deh, Vic, lo yang bener nyetirnya! Kalo ngebut, ngga usah ajak ajak gua. Gua masih pengen idup,” ucap Rangga. “Bawel lo! Sono tidur!” jawab Rangga. Setelahnya pun rangga memejamkan matanya dan berlabuh ke dalam mimpinya, sedangkan Vicko melanjutkan perjalanannya dengan pikiran yang dikuasai oleh Amor sang adik tirinya. “Semoga kita tidak bertemu,” gumamnya. Siang harinya, Vicko dan Rangga sudah sampai di tempat acara makrab dilaksanakan. Dan kebetulan sekali mereka datang pada saat semua murid baru sedang beristirahat dari kegiatan yang baru saja mereka lewati untuk hari terakhir ini. Vicko menoleh memperhatikan Rangga yang terlihat seperti mencari seseorang “Cari siapa?” tanya Vicko “Cewek yang kemarin,” jawabnya seraya mencari letak keberadaan gadis yang ia maksud. “Gua mau ke tempat anak OSIS, lo mau ikut?” tanya Vicko “Ngga, kalo lo mau ke sana, duluan ae, entar gua mah gampang, tinggal nyusul,” ucap Rangga. Vicko pun meninggalkan Rangga dan beralih mencari keadaan para anggota OSIS. Ia ingin beristirahat sejenak di tenda mereka, karna badannya terasa sangat lelah sekarang. Tetapi saat di pperjalananya menuju anggota OSIS berkumpul, sesuatu terjadi. Brukk! “Akh! Maaf aku tidak sengaja,” ucap Amor. “Amor ….” ucapnya pelan seperti gumaman. Amor meneguk air ludahnya kasar. Oh, apa lagi ini? Kenapa mereka harus bertemu? “Mor, kenapa?” tanya Sere bingung dengan kedua orang ini. Pasalnya mereka hanya saling bertatap dengan raut wajah yang sangat sulit di artikan. Sedangkan Amor hanya diam tak menanggapi ucapan temannya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD