GDA// 3

1013 Words
4 tahun kemudian.. Seorang gadis mengenakan pakaian hitam dengan senjata api di tangannya.Sepasang mata ungu miliknya sangat dingin dan mengeluarkan aura membunuh yang kuat. Dia dibuang di medan perang setelah 4 tahun latihan. Selama dia bertahan hidup,dia membunuh banyak musuh dengan tangan kosong maupun senjata jika dia mendapatkannya.  Gadis itu memiliki rambut berwarna ungu keperakan yang telah disesuaikan dengan kemauannya. Saat dia melangkahkan kakinya ke dalam gedung organisasi Black Rose.Sebuah layar sistem muncul dengan beberapa tulisan yang ikut muncul. "Welcome back Agent Luna Alister. "Suara Magnetik muncul dari layar jendela sistem.Gadis itu berjalanke arah pintu lift dan menekan lantai atas. [Selamat atas misi Host.Selanjutnya Ada misi baru untukmu.] Luna mendesah dengan sistem AI yang memberikan informasi menyebalkan baginya."Apa itu?" [ Ini tentang Serpihan Batu Ruby yang sama dengan milikmu.] "Jadi dimana serpihannya berada saat ini?"tanyanya saat dia memasuki ruangan yang dipenuhi dengan beberapa alat canggih. Bersamaan dengan kedatangannya,Peter datang dan membawa beberapa suplemen kesehatan,dia langsung menyerahkannya pada gadis itu. "Jadi kau akan menjadi Agent sekaligus pengawal orang itu. Data Target akan dikirimkan kepadamu sekarang." Setelah mengatakan itu,Peter menekan tombol di tabletnya. Layar monitor besar muncul dan memunculkan sebuah foto dan data diri pihak lain. [Target anda adalah seorang bocah laki-laki bernama Hans Albert. Target adalah anak yang sangat pendiam dan memiliki tekanan emosi yang menyebabkan dia sangat membenci siapapun yang mencoba mendekatinya.] [Menurut informasi yang kami dapatkan,Target mendapatkan serpihan batu Ruby saat dia memasuki hutan. Tanpa diketahui Serpihan Batu Ruby memasuki tubuhnya dan masih ada sampai sekarang. Bahkan emosinya yang tidak menentu membuat kekuatan Batu Ruby membuat tubuhnya hancur dari dalam.] [Misi utama agen Luna adalah mendapatkan Serpihan Batu Ruby] "Apa misi ini cukup berbahaya? Misi ini menyangkut Batu Ruby,jadi pasti tidak akan mudah." Peter mengangguk dan menggeser layar monitor. "Ada beberapa pergerakan aneh yang sedang mengincar sekeliling bocah itu." "Apakah Saya bisa membunuh bila ada yang mengacaukan misi?"tanyanya dengan nada dingin. "Permintaan Diterima. Asal jangan Sampai melukai Target." Peter menjawab pertanyaan Luna dengan sekali tarikan nafas. "Baik. Misi di terima." "Agen Luna, Kamu bisa berangkat lusa setelah menyelesaikan persiapanmu dan beristirahat. "Setelah mendengar hal itu, Ia langsung berbalik menuju pintu dan keluar dari ruangan itu. Alasan kenapa misi ini di serahkan padanya adalah karena dengan serpihan batu itu,dia bisa hidup lebih lama. Dia bertahan hidup dengan bantuan kekuatan Ruby Stoneitu, tetapi menemukan batu itu adalah misi sampingan. Misi utamanya adalah membalaskan dendamnya pada dua orang yang masih sedang menikmati hidupnya. "Apa yang dilakukan kedua target lama ku?" sambil bertanya pada Peter, ia berbaring di sebuah ranjang single di sana.  Beberapa peralatan berteknologi tinggi mulai bergerak sesuai fungsi dan peran mereka. Tubuh Luna disuntikkan beberapa cairan ungu aneh oleh robot. Luna memejamkan matanya tanpa mengubah ekspresi di wajah cantiknya. Dia bisa merasakan bahwa tubuhnya mulai terasa terbakar dari dalam, tanda bahwa cairan itu mulai bekerja. Peter sibuk mengoperasikan beberapa robot miliknya. Mereka memasang beberapa lapis anti serangan yang mengelilingi gadis yang sedang terbaring itu. "Kabar dua orang itu cukup bagus. Mereka liburan bersama dan dalam waktu dekat akan melaksanakan pertunangan." Tutur Peter sambil mengawasi panel sistem sedang menampilkan kondisi tubuh Luna, tubuhnya mulai ditutupi oleh hawa panas yang kuat. Kepalan tangannya semakin kuat, tapi gadis itu masih kekuh tidak berteriak dan memejamkan matanya kuat. Laporan denyut nadi dan kondisi Luna mulai semakin aneh, awalnya tenang tapi kelamaan menjadi lebih aneh. Ruangan itu juga menjadi panas seperti berada di dekat gunung berapi. Kulit Luna mulai memerah, wajahnya ikut merah. [Kondisi saat ini : Memasuki keadaan siaga 1] [Agen : Luna Queenzia] Peter memasukkan beberapa perintah software pada sistem miliknya. Beberapa saat kemudian, Cairan baru disuntikkan lagi. Cairan kedua berwarna biru bening, ada hawa dingin dari benda itu. Srek. Suntikan kedua dimasukkan lagi ke dalam tubuhnya. Luna mulai sedikit gemetar, dua cairan itu saling beradu siapa yang paling kuat dalam tubuhnya. Boom! Boom! Boom! Ledakan dari beberapa serpihan kecil merah yang keluar dari tubuh Luna mulai membentur perisai milik Peter. Hal ini terus terjadi selama lima jam lebih, dan kondisi ia mulai stabil.  "Apa ada hal aneh yang kamu rasakan?" Tanya Peter yang juga memperhatikan panel kondisi gadis itu. Luna perlahan duduk dan membuka matanya. Sepasang mata amethyst yang seperti berlian langka. Dia berdiri dan merentangkan sedikit otot-otot tubuhnya. "It's fine,Pet." Perisai telah dihilangkan,ia berjalan ke samping Peter dan ikut melihat kondisi tubuhnya. "Cairan kali ini lumayan bagus,"Ucapnya dengan nada memuji yang tulus. Peter tersenyum bangga, "Tentu saja. Kali ini efeknya lebih baik dari uji coba yang sebelumnya." Luna menunjuk salah satu panel,lalu berkata, "Kenapa bagian dadaku ada tanda merah?" Peter melihat ke arah yang di tunjukkan olehnya dengan serius. "Sepertinya ini lokasi batu ruby yang tersimpan dalam tubuhmu. Bagaimanapun juga batu itu memiliki elemen panas yang kuat." "Begitu..." Luna mengangguk paham. Dia berjalan ke arah persenjataan yang sudah di modifikasi oleh pria itu. Tatapannya tertuju pada pedang hitam yang membuatnya merasa tertarik. Saat dia mengambilnya, dia bisa merasakan hawa dingin yang menusuk tulang-tulangnya. "Menarik."  Peter melihat pedang yang diambil itu. "Itu sangat berbahaya. Aku menggunakan batu obsidian untuk membuat bilah pedang itu. Lalu menyimpannya di dalam ruang paling beku." Luna mengayunkan pedang di tangannya dengan lihai. "Baru kali ini aku melihat senjata yang membuatku tertarik. Akan ku ambil ini." "Kamu serius? Jangan sampai saat menjalankan misi, kamu malah menakuti anak-anak disana." Luna mendecih jijik pada perkataan pria itu. "Aku tidak akan. Tapi kalau kamu ingin di potong gratis bagian bawahmu, Boleh saja." "Glup...tidak perlu!" Peter langsung menolak dengan tegas. Gadis ini, wajahnya saja yang cantik. Tapi sifatnya sangat kejam. Luna menyimpan pedangnya dan berbalik menghadap Peter. Kali ini ekspresinya serius. "Apakah misi ini belum diketahui oleh orang lain?" Peter tidak langsung menjawab, tapi menunjuk informasi tentang targetnya. "Musuh bisa saja mendapatkan informasinya dengan mudah. Apalagi, dia adalah tuan muda keluarga kaya, pastinya banyak musuh. Jadi, jangan pernah lengah mengawasinya." Artinya jangan pernah menganggap bahwa hanya karena target saat ini masih bocah, musuhnya bukan main sedikit. Apalagi kekuatan yang saat ini ada dalam tubuhnya sangat berharga. Luna mengangguk paham, dia berjalan keluar dari ruangan itu. Sebelum keluar, dia berhenti didepan pintu. "Misi yang dijalankan tidak pernah gagal." Dan Peter yang Mendengarnya, setuju.  "Baik." BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD