Tiga

1461 Words
"It's good to see you again, cousin. (Senang bisa bertemu denganmu lagi, sepupu)" Sudut bibir Adelia terangkat membentuk sebuah senyuman. Seorang perempuan dengan blus berwarna emerald dan celana panjang berwarna putih muncul di rumahnya siang ini. Rambut panjang bergelombangnya bergoyang pelan, kala sang puan berlari-lari kecil menghampiri Adelia yang baru saja menampakkan diri di ruang tamu kediaman utama. "Dear, it doesn't look good (Sayang, ini tidak terlihat bagus). Selama 3 tahun ini kamu diapain aja? Kamu kurusan, dan kulit kamu jadi kering banget loh." Darla, salah satu sepupu yang memiliki kekerabatan dengannya itu adalah satu dari beberapa perempuan berada dalam satu garis generasi yang sama dengannya. Perempuan yang mengambil alih beberapa brand fashion keluarga mereka itu, lebih sering berada di Eropa sana daripada tanah air. Jadwalnya padat bukan main, sibuk wara-wiri menunjukkan muka ke setiap acara pameran maupun pagelaran busana. Kalau tidak salah ingat, Bima bilang Darla sedang berada di Roma menyiapkan perwakilan mereka di salah satu ajang pagelaran busana terbesar di sana. Jadi dia tidak mengira Darla akan kembali ke tanah air begitu cepat, hanya karena telponnya beberapa waktu lalu. "Gue nggak papa. Lagipula dengan kedatangan lo kesini, gue nggak perlu pusing harus melakukan apa aja untuk kembali seperti semula. You will lend me a hand, right? (Kamu akan membantuku, benar?)" Kalimat Adelia barusan sukses membuat Darla tergelak senang. Senang meski 3 tahun sudah berlalu nampaknya kepercayaan diri Adelia sebagai anggota keluarga utama Padma tak sepenuhnya memudar. Lagipula ketertarikan Darla akan dunia fashion dan makeup membuatnya jadi konsultan terbaik jika perempuan-perempuan di keluarga mereka ketika hendak tampil cantik dan mempesona di setiap acara sosial. "Tentu saja, gue siap anter lu buat belanja dan perawatan. Tapi sebelum itu-" Setelah mereka kembali duduk ke sofa, Darla mengeluarkan sebuah map dari tas birkin nya yang menggembung. Jangan merasa heran kenapa Darla memperlakukan tas birkin yang terkenal akan harganya yang fantastis layaknya sebuah tas biasa. Dia penganut menggunakan item mode tersebut sama dengan pemilik aslinya, Jane Birkin. Itulah kenapa tas itu benar-benar dia perlakukan selayaknya tas biasa, tak seperti beberapa wanita lain yang lebih sering memajang tas itu di lemari kaca dan tak berani memasukkan banyak-banyak barang ke dalam sana ketika menggunakannya. "Aku udah nemuin semua yang kamu minta." Sebuah map berwarna coklat diletakkan Darla ke atas meja. Selain mengambil alih beberapa brand fashion, sepupunya ini juga mengambil alih jaringan informasi yang dimiliki keluarga mereka. Sebenarnya Andri adalah pimpinan tertinggi dari orang-orang 'khusus' keluarga mereka yang ditugaskan untuk mencari apapun informasi yang dibutuhkan anggota keluarga mereka. Setiap permintaan yang datang pasti akan ditinjau dan melalui persetujuan Andi, untuk memastikan setiap anggota keluarga mereka tidak akan melakukan penyalahgunaan informasi yang bisa saja merusak nama baik mereka. Namun, informasi yang ingin Adelia dapatkan jelas akan membuat kakaknya satu itu merasa keheranan dan penasaran. Itulah kenapa dia meminta Darla melakukan pencarian itu secara diam-diam. Mengingat perempuan itu selalu memiliki sisi lembut tersendiri untuk Adelia, mungkin karena sudah menganggapnya sebagai seorang sahabat. "Sebenarnya lo mau gunain info itu buat apa?" tanya Darla mencomot sepotong kukis yang sengaja Adelia suguhkan, mengingat sepupu memang menggemari makanan manis. "Baru beberapa hari lalu kak Alex nyari informasi yang cewek, sekarang lo minta informasi yang cowok. Mana identitas mereka sus* semua." "Kak Alex nyari informasi soal ini juga?" Sebenarnya pernyataan Darla bukan hal yang aneh. Justru sangat wajar jika kakak sulungnya itu mencari tau perihal dua kolektor seni yang mereka temui di Miami kemarin. Justru Darla tau betul bahwa sang kakak sebenarnya sudah tau berhadapan dengan siapa namun memilih menutup rapat-rapat hal itu dari adik-adiknya termasuk Adelia meski dirinya diajak menemui dua kolektor itu langsung. Yang aneh adalah, fakta bahwa sang kakak ternyata lebih memfokuskan diri pada sosok sang puan daripada laki-laki itu. "Buat apa?" "Ya gue juga nggak tau, tapi yang pasti itu dilakuin tanpa sepengetahuan Mas Andri juga sih." Satu helaan napas panjang terdengar dari bibir Darla. "Dia adalah kandidat terkuat pewaris utama keluarga kita, jadi wajar aja dia bisa gerakkin orang kita buat cari info itu diam-diam." "Omong-omong soal pewaris utama," gumam Adelia sedikit menggantung seraya membaca kertas-kertas di dalam map coklat tersebut. "Mas Fedri apa kabar?" Fedri adalah sang sepupu yang kemampuannya di bidang bisnis 11-12 lihainya dengan Alex. Dia adalah salah satu kandidat terkuat dari pewaris posisi pimpinan keluarga. Sebelum hengkang dan kawin lari, Adelia, Alex dan Fedri menjadi top 3 dari kandidat-kandidat itu. Hengkangnya dia dari keluarga Padma selama beberapa tahun ini, jelas membuat kandidat tersebut tersisa mereka berdua saja. Adelia jelas penasaran soal pewarisan posisi ini mengingat sang ayah sudah memberi tanda-tanda akan turun dari posisinya saat ini dalam waktu dekat. Dan Fedri adalah kakak dari Darla. "Oh iya kamu baru beberapa minggu ini balik ya." Suara Darla perlahan memelan, seraya melirik ke sana kemari melalui sudut mata. Diam-diam memastikan tak ada orang yang menguping pembicaraan mereka. "Mas Fedri udah mutusin buat jadi pendukung Mas Alex. Tapi lo tau sendiri kan beberapa kerabat kita nunjukkin keberatan Mas Alex maju karena sampai sekarang dia belum ada tanda-tanda mau nikah." "Apa hubungannya coba?" "Generasi berikutnya. Mereka mau liat siapa dari keduanya yang memiliki kemungkinan tertinggi menghasilkan tunas baru paling bagus untuk memastikan kejayaan Padma." Sebagai sebuah keluarga yang kejayaannya sudah turun temurun selama beberapa generasi, jelas perbincangan soal keturunan dirasa sangat penting bagi mereka. Terutama bagi para tetua yang beberapa memegang nilai cukup kolot, perihal nilai-nilai dan kekuatan keluarga mereka harus bisa diwariskan secara sempurna kepada generasi-generasi baru. Berbeda dengan sang kakak, Fedri sudah menikah dengan sahabat masa sekolahnya dan memiliki 2 anak. Kalau tak salah ingat, putra tertua mereka memiliki prestasi cukup gemilang meski usianya belum genap 10 tahun. "Jadi Mas lo masih ragu buat nunjukkin dukungan dia?" tanya Adelia memastikan kesimpulan yang ia ambil dari cerita Darla barusan. Sepupunya tersenyum geli lantas menggeleng, tak membenarkan pernyataan Adelia. "Salah? Terus kenapa?" "Meredam konflik kekeluargaan, ada beberapa kerabat jauh kita yang diam-diam kasih celah beberapa keluarga kalangan atas untuk ikut campur soal pewarisan ini." Darla meneguk pelan tehnya. "Sampai Mas Fedri dan Mas Alex bisa memastikan siapa-siapa saja yang terlibat, mereka bakal tetap bersaing soal satu sama lain." "Maksud lo untuk pertama kalinya akan ada konflik keluarga soal pewarisan di Padma?" *** Sebuah ketukan pelan di pintu terdengar. Alex yang sibuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat terbengkalai karena perjalanan ke Miami beberapa waktu lalu, memberi kode pada Bima untuk mempersilahkan orang tersebut masuk. Itulah kenapa asisten pribadinya bergegas bangkit, dan membukakan pintu. Meninggalkan berkas pekerjaan yang sama banyaknya dengan apa yang Alex kerjakan sedaritadi. "Masih sibuk ya Kak? Aku bawain kudapan." Suara lembut itu sangat familiar di kepala Alex, ia mengalihkan pandang mendapati si bungsu sudah berjalan masuk seraya membawakan sebuah baki berisi 2 gelas wedang jahe dan beberapa jajanan pasar. Bima jelas menjadi orang paling gembira melihat isi baki itu, mengingat sedaritadi mereka terlalu sibuk hingga sekedar mengganjal perut dengan beberapa makanan saja sulit. Hari sudah terlalu malam jadi sungkan bagi keduanya untuk meminta pekerja rumah membawakan kudapan dan menyeduhkan minuman hangat. Sementara pekerjaan mereka terlalu banyak dan dipepet waktu, untuk sekedar Alex memerintahkan Bima melipir ke dapur. "Tumben banget Bibi buatin klepon," gumam Alex sembari mencomot satu buah klepon dari atas piring. Tentu setelah memberikan sepiring lain klepon pada Bima yang menerima makanan itu dengan suka hati. "Ada yang pesan atau gimana?" "Itu buatanku sendiri Mas." "Kamu bisa bikin klepon?" Sahutan penuh keterkejutan itu justru datang dari Bima. Asisten pribadi kakaknya itu nampak lucu dengan ekspresi kagetnya. Salah satu keuntungan dari menjadi si bungsu adalah Adelia bisa melihat beragam ekspresi asisten pribadi kakaknya yang lebih sering datar ketika mereka ada di luar rumah. Membuat ekspresinya barusan terlihat jauh-jauh lebih menghibur jika dibandingkan dengan orang lain. "Pas Mas Januar dipecat dari kerjaannya, aku sempat jualan cenil gitu sama ibu." Sebuah nama yang belakangan ini pantang bahkan diharamkan disebut di rumah ini, justru keluar dari bibir Adelia. Orang yang paling dijaga perasaannya semenjak ia dibawa kembali ke kediaman Padma setelah perceraian mereka. Berbeda dari sebelum-sebelumnya tak ada air mata bertumpuk di pelupuk mata atau suara bergetar menahan tangis. Tergantikan sebuah tatapan dingin, yang membuatnya sadar bahwa kedatangan si bungsu bukan hanya ingin memberikan kudapan tengah malam. Alex memperhatikan bagaimana adiknya dengan tenang kini mendudukkan diri di sebuah meja berhadapan dengan meja besar yang ada di kantor pribadi sang kakak. "Besok, lukisan itu sampai kan?" tanya Adelia tenang masih sembari tersenyum kecil. "Aku mau lihat." "Untuk apa? Lukisan itu-" "Sama seperti Mas, aku juga punya rencana." Sudut bibir Adelia terangkat membentuk senyuman tipis seolah menyiratkan dia menyadari alasan dari keanehan kakaknya belakangan ini. "Aku yakin ada alasan kenapa Mas pura-pura nggak sadar berhadapan sama penipu." *** "Mas pergi sendiri." "Jangan bilang-" "Mas juga nggak tau, tapi firasat Mas nggak enak. Jadi sampai Mas bisa pastiin itu, kamu harus pergi dari sini. " TBC footnote: sus: slang yang diambil dari kalimat suspicious yang berarti mencurigakan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD