KIENAR: Rencana Besar

1200 Words
Orang-orang panik. Mereka berusaha memisahkan kami yang sudah saling melilit seperti gurita kusut. Aku melepas bibir Angga dengan tak ikhlas dan merelakan tubuhku setengah diseret oleh beberapa orang. Kulihat Angga tersenyum dan mulutnya bergerak membentuk kata 'I Love You.' I love you too, Ga! kataku dalam hati. Senyumku semringah. Meski pada akhirnya aku dilempar keluar dari rumah Angga dan para penyeretku meneriakkan kata-kata makian, aku tidak sakit hati. Pemandangan di sekelilingku bias, yang bisa kurasa hanya tubuhku yang berputar bahagia mengingat kekacauan yang baru saja kami perbuat. Angga masih mencintaiku. Sebenarnya dia menentang pernikahan ini, hanya saja dia tak berdaya melawan Mamanya, Tante Angela yang terhormat. Ciuman kami berdua tadi seolah menjadi isyarat dan juga tanda perlawanan Angga. Well, Nadia ..., sepertinya pernikahanmu ini tidak seperti novel-novel romantis yang berawal dari one night stand dan berakhir dengan saling jatuh cinta. Pernikahanmu ini bakalan jadi sulit karena aku akan menjadi duri di dalamnya. Bersiaplah berperang sampai salah satu di antara kita menyerah. Seharusnya kamu berpikir siapa yang akan kamu hadapi ketika menyusun rencana licik untuk menjerat Angga. Well ..., Nadia ..., siapkan amunisimu. Karena ini akan sangat sulit dan menyakitkan. Selama Angga tidak menyerah, aku juga tidak. Kamu memilih lawan yang salah, Nadia! Aku meninggalkan rumah Angga, tempat di mana resepsi berlangsung secara tertutup. Meski kesal, aku sedikit lega. Angga masih mencintaiku! Masih terasa bibirnya di bibirku. Hangat. Juga lembut. Tiba-tiba aku membayangkan bahwa mungkin, aku harus berbagi bibir itu dengan Nadia. Oh, s**t! Kuraih ponsel, lalu mengetik sesuatu. 'Apa nanti malam kamu akan menyerahkan bibirmu untuk diperkosa Nadia?' Sent! Centang dua. Dia tidak mematikan ponsel meski ini hari besarnya. Aku yakin, sebentar lagi dia akan membaca dan membalasnya. Sebelum sampai di rumah, aku mampir dulu ke minimarket. Membeli setumpuk snack, minuman ringan, dan tisu. Hari ini mungkin aku menang. Namun aku perempuan. Butuh waktu untuk menangisi keadaan. Masih ada stok drakor yang bisa kujadikan alibi untuk mengeluarkan air mata. *** Balasan w******p dari Angga datang menjelang tengah malam. Ketika kesadaranku remang-remang dan mataku sembap karena kebanyakan menangis. Hidungku sakit, mungkin tadi aku terlalu banyak menyusut hidung untuk meredakan isakan. 'Kamu bisa tidur nyenyak, karena malam ini aku tidak tidur di ranjang Nadia.' Oh, apa yang terjadi? Apa  Angga minggat? Mendadak mataku menjadi awas dan pikiranku berkonsentrasi penuh. 'Di mana kamu, Ga? Jangan berbuat yang tidak tidak' Centang dua. Biru. Dia sudah membaca, tapi tidak di jawab. Aku jadi gelisah. Mungkin hubungan kita berakhir, tapi aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Angga. Walau kuragu itu bakal terjadi. Angga memang sulit diprediksi. Dia lebih banyak diam dan acuh pada pada orang-orang di sekelilingnya. Bawahannya pun banyak yang mengeluhkan sifat judes Angga. Namun tidak padaku. Bersamaku Angga bisa lebih relaks dan terbuka. Manja sekaligus menyebalkan. Dia suka memonopoli. Aku tidak boleh memberikan perhatian pada laki-laki lain, walau itu pada makhluk setengah lelaki yang ada di kantorku. "Aku yang seharusnya khawatir kalau kamu deketan sama tulang lunak, Ga. Kamu itu ...., mmm apa, ya?" "Sexy, hot, dan menggemaskan?" tanyanya sambil menjawil ujung hidungku. "Menggairahkan," bisikku sambil membasahi bibir. Kalau sudah begitu, bisa ditebak kelanjutannya, kan? Bagi sebagian orang, Angga terlihat seperti lelaki metroseksual yang suka perempuan. Kenyataannya, Angga sangat setia. Perempuan di selingkung Angga bukan satu dua yang berusaha menggodanya, tapi belum satu pun yang berhasil. Dan setelah tahu siapa pemilik hati Angga yang sebenarnya, mereka biasanya mengerling sinis. Tidak percaya tentu saja. Karena perempuan seperti akulah yang justru bisa menaklukkan Angga. Denting WA terdengar ketika aku sedang memikirkan di mana Angga. Kubuka ponsel yang telah menghitam layarnya dan ... WA dari Angga terbaca di sana. 'Aku di depan kosanmu.' What? Gegas kuraih sweater panjang untuk menutupi tubuh yang berbalut satin tipis. Aku terburu-buru keluar kamar dan setengah berlari menuruni tangga. Setelah membuka gerbang, aku melihat dirinya. Lelaki pemilik hatiku sedang berdiri gelisah sambil menggosok-gosokkan telapak tangannya. Udara memang lumayan dingin malam ini, sepertinya mau hujan. Jadi angin bertiup sedikit kencang. "Ga?" panggilku. Dia menoleh dan bergegas menghampiri. Kulihat sekeliling jalan, tidak ada mobilnya. "Kin." Dia langsung meraihku ke dalam pelukannya. Kurasakan d**a Angga berdetak kelewat kencang. Apa dia habis berlari? "Mm, aku nggak bisa napas, Ga. Kamu memelukku terlalu erat," kataku terengah. Dia melepaskan pelukan. "Ups, sorry. Aku cuma rindu aromamu. Membuatku tenang." "Aku memang morfin dalam bentuk gas buatmu," ujarku sambil memutar bola mata. "Jangan becanda, Kin. Aku lagi kabur dari rumah tau!" katanya merajuk. "Seharusnya jangan. Karena nanti Tante Angela bakalan nyewa BIN buat mencarimu. Dan aku bakal dijeblosin ke penjara karena dituduh menculik kamu." "Nggak usah berlebihan. Izinkan aku masuk. Di luar dingin banget." "Kamu, kan tahu ini sudah lewat jam malam. Mana bisa kamu masuk ke dalam. Lagian kenapa kamu nggak ke hotel aja, sih, Ga?" tanyaku sambil bersidekap. "Nggak nyimak omonganku tadi, ya? Aku, kan kabur. Nggak bawa dompet, kartu kredit, atau baju ganti. Aku keluar rumah diam-diam dan tau-tau sudah sampai sini." "Jalan kaki?" Mataku menyipit. Memandang tak percaya padanya. "Mana mungkin jalan kaki. Emang dari rumah ke kosanmu cuma lima langkah?" "Terus?" "Aku naik taksi. Seharga seratus ribu. Sisanya jogging." "Bagus untuk otot-ototmu biar makin kekar." "Kin ...." Dia memandangku seperti anak kucing persia yang minta diremet. "Oke. Oke. Tunggu di sini, aku mau ambil dompet dan ganti baju. Setelah itu kuantar kamu ke hotel." Aku pun masuk ke gerbang, menutupnya, dan bersiap hendak berlari ke kamarku. Mendadak aku teringat sesuatu. Aku membuka gerbang lagi. Lalu menarik tangan Angga dan menyuruhnya berdiri diam di balik gerbang kayu yang berat ini. Di sebelah bougenvil lima warna milik tante kosan. "Ngapain kamu suruh aku berdiri di sini?" "Aku nggak mau kamu diciduk sama intel suruhan Tante Angela," kataku sambil mengaitkan kancing kemejanya yang paling atas. "Emang aku air bak apa, pake diciduk segala?" "Ssst, jangan bersuara. Nanti Tante kosan bangun. Tunggu di sini, aku nggak akan lama. Jaga diri baik-baik, ya." "Gokil kamu. Kenapa nggak kamu bawa aku ke kamarmu saja, sih. Nanti kalau kepergok Tante gimana?" "Om lagi datang. Tante pasti lagi sibuk dikerjain si Om. Asal kamu nggak bersuara, pasti aman." Angga tiba-tiba terbatuk. "Ssttt! Dibilang jangan bersuara. Napas juga harus pelan-pelan." Angga mendelik sebal padaku. Aku memberinya kode agar diam dan langsung melesat ke kamar. Di dalam kamar buru-buru aku ganti baju, meraih sling bag yang berisi dompet dan menaruh ponsel ke dalamnya. Sebelum keluar aku berpikir sebentar, apa perlu aku membawa baju ganti? Apa aku harus menginap dengan Angga? Bayangan hanya berdua saja bersama Angga sampai pagi cukup menggodaku. Malam di mana seharusnya Angga menghabiskan waktu bersama Nadia, malahan dihabiskannya denganku. Ugh! Rasanya puas sekali jika bisa mengirim foto-foto kebersamaan kami nanti kepada Nadia dan Tante Angela. Kuembuskan napas pelan. Aku belum mau mengakhiri permainan ini cepat-cepat. Sesuatu yang diperoleh dengan cepat, biasanya akan hilang dengan cepat juga. Biar saja Nadia yang akan kehilangan Angga cepat-cepat, asal jangan aku. Hhh, permainan ini baru saja dimulai. Malam ini aku akan mengalah. Biar saja Angga tidur sendirian, biar dia punya waktu untuk memikirkan nasib pernikahannya ke depan. Nanti aku akan pulang ke kosan dan berlagak tidak terjadi apa-apa. Namun ketika aku turun dari kamarku di lantai dua, aku tidak menemukan Angga di tempatnya tadi kutinggalkan. Dadaku berdebar cepat. Ke mana dia? Apa intel Tante Angela sudah menemukan dan menciduknya. Ah, sialan!  ©elopurs - 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD