#Daily 5

2068 Words
Selama penerbangan, Ody tidak mengetahui jika, pesawatnya mengalami turbulensi berkali-kali. Mulai dari waktu yanh sebentar, hingga pesawatnya yang memutar di langit, hingga terlambat untuk mendarat di Vancouver. Kenapa bisa begitu? Padahal, boleh dibilang Ody adalah gadis yang sangat peka dalam berbagai macam hal. Mungkin 5 jam yang lalu, semua indera Ody seolah menutup diri, hingga sang empu hilang rasa. Ody begitu lelah dengan semua yang terjadi di Toronto. Ia bahkan menggelontorkan berliter-liter air mata demi orang yang tidak penting baginya. Saat ini keadaannya begitu rapuh, hingga membuat tubuhnya erkukai lemas di kursinya. "Miss. Kita sudah sampai tujuan." Salah seorang pramugari mengguncang pelan tubuh Ody. Namun, tidak ada balasan sama sekali. Membuatnya bingung, harus melakukan apa dengan Ody. Pasalnya, pramugari ini adalah seorang pramugari pindahan rute yang mendadak berpindah jadwal atas permintaan atasannya. Ia meninggalkam Ody yang masih terkulai lemas, untuk menemui rekan kerjanya. Ia bergegas mencari dengan raut wajah yang sangat panik, hingga membuay jantungnya sendiri berdegup dengan sangat cepat. Ia menegaskan beraoa kali, jika, ini bukanlah kutukan yang selama ini berkembang pesat di dunia penerbangan. "Tessa!" Pekiknya. Ia langsung menghampiri rekannua yang sedanh merapihkan kursi penumpang di kelas bisnis pesawatnya. "Ada penumpang pingsan. Help!" Suaranta gemetar kala menjelasakan keadaan yang menimpa Ody. Mata Tessa terbelalak sempurna. Telapak tangannya menutup katup mulutnya, "Gak mungkin kejadian gara-gara gua kan ya, Tess?" Tessa bingung untuk membalas pertanyaan dari rekan kerjanya yang bernama Julia. Pasalnya, ini adalah peristiwa pertama saat ia terbang dengan pesawat airbus 707. Sebelumnya, tidak ada penumpang yang tidak sadarkan diri ataupun hal-hal janggal seperti ini. Tapi, karena ada Julia pesawat inu berulang kali mengalami kejanggalan yang sempay membuatnya takut. "Calm down, Jull. Kita lapor ke kapten aja dulu." Seru Tessa. "Hah? Gimana lapor dulu. Bantuin penumpangnya dulu, Tess..." Julia menggantungkan nafasnya, "Kalau dia lagi kritis gimana?" Sambungnya. Membuat Julia langsung mendekap mulut Tessa. Dan, menggiringnya ke penumpang tersebut. Mereka berdua menyusuri lorong pesawat kelas bisnis hingga kelas ekonomi dengan perasaan bercampur jadi satu. Mulai dari was-was, mencekam, hinhha ketakutan. Semuanya tercamour dengan sangat sempurna, layalnya smoothies buah strawberry dengan kiwi. "Di kursi mana? Tanya Tessa. Ia mencoba setenang mungkin, saat sampai di kelas ekonomi. Dirinya, yang lebih senuor satu tahut daripada Julia mau tidak mau harus mencontohkan sikap tenang dalam melayani penumpang. Agar mereka terasa aman dan nyaman. "Di kursi F dekat jendela." Setelah mendapatkan jawaban pasti, Tessa langsung bergegas. Meninggalkan Julia yang menghentikan langkah di kursi A. Tiga baris dari penjuru, Tessa menoleh ke kiri ujung tepat di kursi F dekat jendela. Sontak jantungnya dibuat berpindah posisi kala mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Bulitan keringat tanpa sadar menetes dari pelipis hingga dahi. Tapi, tangannya tidak sempat untuk menyeka semuanya. Ia harus menoleh dan memberitahu lebih dulu pada Julia di belakang. "GAK USAH BERCANDA, TESS! GAK LUCU!" Teriak Julia, membulatkan kedua tangannya pada mulut, agar suaranya semakin kencang. Namun, Tessa seolah tidak mendengar semua itu. Membuat Julia khawatir, dan berjalan ke depan untuk memastikan. "Argghhh" Kini gantian, Julialah yang terkapai ke lantai. Membuat Tessa semakin tertekan serta kesusahan. Kini, bebannya bertambah dia kali lipat. Dirimua harus memapah Julia yang terkulai lemas, dan mencari penumpang misterius yang mendadak hilang datri kursinya. Untungnya, tidak lama kemudian pilot serta co-pilot pesawat keluar dari ruang kemudi. Tessa langsung berteriak meminta tolonh pada mereka berdua. Karena, dirinya tidak sanggup memapah Julia sendirian. Tubuh Julia yang lebih besar darinya adalah masalah yang utama. Sesapainya pilot dan co-pilot ke tempatnya. Tessa langsung menceritakan kejadian yang baru saja ia alami. Karena, ini semua adalah alasan terkaparnya Julia. "Husss, gak boleh aneh-aneh. Udah kiya keluar dari sini dulu." Jelas pilot muda yanh bernama Garend. Ia adalah pria yang berfikiran sangat positif, hingga bisa dibilang dirinya masih belum percaya akan cerita-cerita yanh berbau takhayul atau semacamnya. Tessa yang tidak mau memperpanjang semuanya langsung mengekori kedua pria yanh sedang memapah Julia untuk keluar dari pesawat. Mereka berempat menuruni tangga demi tangga dengan keheningan. Hanya helaan nafas dan suara mesim peswat yang tedengar. Hingga sampai Julia yamg teriak seketika, "Itu penumpangnya!" Tubuhnya tegap seketika. Telunjuknha lurus ke depan mengarah pada gadis yang sedang berjongkok dengan ransel yang sangat ia kenali. Sementara, di kejauhan sana Ody tidak merasa ada yang sedang mengawasinya. Karena, ia sedang sibuk membasahi lintasan pesawat dengan derasnya air mata. Entah kenapa, sekembalinya Ody ke Vancouver, hatinya kembali sesak hingga membuatnya seperti ini. Sebenarnya, hati dari Ody sudah berbisik pada sang empu mengenai alasan ini. Tapi, otaknya menolak mentah-mentah. Tidak mungkim Ody merindukan sosok Jorjia yang sudah ia perlakukan seenaknya kemarin. Tidak mungkin Otaknya terus mencamkan kedua kata tersebut, hingga membuat Ody merasa pusing. Sebenarnya yang mana yang benar. Ia merindukan sosok sang ibu ataukah membencinya. Ody tidak mampu menjawab ataupun menjabarkan semua hal itu. Karena, baginya sosok Jorjia akan tetap menjadi orang yag paling ia kasihi setelah sang ayah. Tapi, kenapa Ody mampu mengatakan semua itu jika, berjauhan dengan sosoknya itu. "Mengapa jika, sosok itu dekat dengannya hanya ada kebencian yang memehui fikiran serta hatinya. Percayalah, perasaan ini sungguh menyiksa ketika hanya ada luapan amaran yang kurasa saat raga ini dekat dengannya. Namin, berbalik rindu yang tiada henti bila akhirnya ia jauh dari sisi." "Aaarghhh!" Ody berteriak sekeras mungkin. Meluapkab segala emosinya. Tidak perduli akan kondisi yang masih ramai akan kru pesawat atau semua penumpang yang berlalu lalang. "Pardon..." Ody menoleh pada orang asing yang mendadak menghampirinya. Tidak peduli akan air mata yang masih membasahi kedua pipi, ataupun raut wajah suramnya. Toh, juga Ody tidak mengenal mereka semua. Jadi, dirinya aman dari beebagai ledekan yang akan terjadi nanti. "Kau penumpang pesawat rute Toronto-Vancouver kan?" Ody menggerinyitkan keningnya. Tidak mengerti dari pertanyaan barusan. "Iya—kenapa?" Tanya Ody. Setelah mendengar balasan Ody yang ternyata membenarkam pertanyannya. Kini, tangannya langsunh menggadeng tangan Ody, "Ayo ke klinik bandara." "What?!" Ody yang terkejut langsung melepaskan tangannya dari genggaman waniya aneuh di depannya. 'Gua emanh teriak tadi, tapi, gak gila. Masa disuruh ke klinik.' Batinnya mencerva gadis yang berpenampilan layaknya pramugari. Tapi, sayangnya hari sudah malam. Jadi, Ody tidak bisa melihat paras indah dari para pramugari yang selama ini menjadi idolanya. "Kau sakit! Ayo cepat ikut saya!" "Jul! Lepasin. Dia gak nyaman sama lo." Teriak Garrend. Melerai semuanya. Kali ini malah tangan Garrend yanh berada di genggaman Ody. Membuat jantungnya berdetak dengan cepat. Entah apa alasannya. "Kalian siapa sih? Gak usah lah sok deket gitu. Kalo emang lagi nyari penumpang, bukan saya. Yang naik rute Toronto-Vancouver ada lebih dari 100 orang. Belum lagi kalo beda pesawat." Bentak Ody. Ia juga melepaskan genggamanya dari Garrend. Bisa keenakan tiuh cowok. Gila aja, emang Ody orang tua yang harus digandeng-gandeng. "Tapi, hanya anda yang duduk di kursi F dekat jendela." Desak Julia. Ia tidak mau kalah demgan batahan Ody. Karena, dirinya sangat yakin jika, Odylah penumpah yang sudah membuat para kru pesawatmya geger. Tessa yang sudah pusing dengan semua ini, lagsung mengambil alih perdebatan. Ia melontarka satu kalimat, denga intonasi yang sangat tenang. Tapi, salut. Suara itu membuat Ody mengerti maksut baik dari mereka semua. Memag Ody orangnya sangat lemah dengan buaian belaka. Hanya modal suara tenang dan alasan yag matang, Ody akan termakan suasana. Seperti hal nya sekarang. Ia sudah duduk di kursi tunggu dengan keempat kru pesawat yang ia naiki. Julia menoleh pada Ody, melihat wajahnya yang semakin memerah. "Ini kompres dulu. 10 menit gak ada apa-apa kita ga usah ke klinik." Ia memberikan kompresan instan yang selalu tersedia di dalam koper pramugarinya. Ody mengambilnya dan berterimakasih. Dirinya juga tidak lupa meminta maaf atas perbuatan dan intionasi suaranya tadi. Ody menyuruh Julia agar semua itu tidak ia masukkan ke dalam hati. Karena, bagaimanapun juga itu adalah perbuatan refleks dari seorang manusia. Julia terkikih tidak percaya, saat mendengar seorang remaha ababil yang mencoba menasihati dirinya. Karena, tanpa disuruh oleh Odypun, Julia tidak akan mengambil hati semuanya. Ia juga membenarkan situasi yang tadi dijelaskan tadi oleh Ody. Sembari menunggu 10 menit, untuk menegaskan suhu tubuh Ody turun. Mereka juga menunggu kedatangan Tessa yang katanya ingin mengambil sesuatu untuk Ody. Hal ini bukan didasari oleh kebaikan seorang Tessa, ya. Melainkan dirinya yang tidak suka jika, melihat kaum hawa dengan wajah yang tidak mencerminkan keindahan dari kaum yang paling diagungkan. Oleh sebab itulah, Tessa merelakan barang yang ia sangat cintai untuk dihibahkan pada Ody. "Nih! " "Woah!" Mata Ody melotot seketika. Ia melihat barang dengan kilauan yang lebih dari cincin berlian. Yaitu, sati paket perawatan mevvah dari brand internasional yang selama belum kesampaian ia bawa ke dalam rak skincarenya. "Seriusan? Buat saya semua?" Ody menegaskan pemberian Tessa. Tesaa mengangguk pasti, tidak ada raut wajah keraguan sama sekali yang terpancar. Membuag Ody kebingungan. 'Jadi pramugari bisa bikin tajir melintir kali, ya.' Batinnya masih tidak habis fikor dengan pemberian Tessa yanh sangat berlebihan. Ya, walaupun pemberiannya ini hanyalah travel size. Ya, mungkin tidak akan berpengaruh pada kehidupan keungannya. Tapi, bagaimanapum juga perawatan travel size ini masih dibandrol dengan harga yang cukup tinggi. Untuk ukuran mahasiwi seperti Ody~ Membuat mata Ody tidak lepas dari paket perawatan yang bewarna olive tersebut. Ia menatap lekat pemberian Tessa yang belum ia ambil alih. "Serius? Nanti gak ada bill yang dikasih kan? Tesaa terkikih mendengat kegusaran dari seorang gadis yang meragukan pemberianmya. Ody merasa kini genre hidupnya hari ini sangat spectrum. Belum lama sejak adegan nangis bombay di landasan pesawat yang memyebabkan gundah gulana, kini, berubah menjadi adefan komedi yang tidak sangka ia lakukan. "Habis sedih terbitlah senang, setelah terluka terbitlah bahagia. Habis diuji dengan manisia setengah dakjal, kemudian semesta menghadirkan ibu peri yang ku rasa sedang menyamar." " Ten--" "Tenang aja, kalo ada bill biar saya yanh bayar." Celetuk Gerrand. Mendahulukan Tessa yang tadinya ingin mengatakan, "Kalo ada billnya sama rembes ke teman-teman ini." Gerrand tersenyum renyah pada Ody, "Ergghh lucu banget si." Gumamnya pelan. Tapi, sayangnya gumaman itu terdengar oleh mulut ember Julia. Ia langsung berteriak untuk mengulanh kembali ucapan Gerrand tadi. Ody yang mendengat itu semua tidak ambil pusing. Karena, ia juga mengetahui jika, itu adalah bentuk dari bercandaan. Selama ini Ody sudah mampu membedakan semua itu, membuatnya tidak mudah untuk terbaw perasaan. "Btw, udah lebih dari 10 menit kayaknya. Saya pamit dulu ya, papah udah nunggu di luar." Ody melepas kompressan pada dahinya. Dan, mengambil alih satu paket perawatan wajah dari tangan Tessa. "Yep.bye-i! Take care." Julia menepuk bahu Ody. Begitu juga dengan Tessa yang malah merapihkan sedikit rambut Ody, "Jangan lupa dipake sebelum ketemu bokap. Muka lu air mata semua. Mana sembab lagi tu mata." "Siap, bye semuanya." Kikih Ody, dan langsung berpamitan pada mereka. Ody tidak menoleh ke belakang sama sekali. Untuk apa juga. Dirinya kan hanya kenal sekilas dengan keempat orang baik yang tidak sengaja memergoki kondisinya yang hancur lebur. "Salam sama papah ya, Dy!" "Yeuuu! Cemen banget. Giliran orangnya udah gak ada berani begitu." Firgo menepak kepala temannya. Membuat Garrend menoleh seketika, "Berani banget begini sama pilot utama." Imbuh Garrend. Membuat Tessa dan Julia tertawa kecil, dan kembali melanjutkam aktivitasnya yang sempat terlambat akibat insiden penumpang misterius yang ternyata sedang terlibat dalam konflik batinnya sendiri. ** Ody sampai di gate keluar, ia melamun sejenak. Kini, ia bingung untuk pulang menggunakan apa. Pasalnya Ody mengatakan pada Yohannes agar tidak usah menjemputnya di bandara. Karena, katanya Yohannes juga sedanb sibuk membuat konten dengan semua temannya. Ody tidak mau menganggu semua itu, toh, semua temannya juga akan beranggapan Ody pulang besok pagi dan buka malam ini. Ody menghembuskan nafas beratnya, ia mencoba mengadu kembali keberuntungannya untuk memesan uber taxi khusus bandara. Setelah 3 membiarkan ponselnya terus mencari pengemudi, akhirnya tiba saatnya Ody beruntung. Ia mendapatkan seorang pengemudi yang masih berasa di lingkungan bandara. Cyiiit' Sebuah mobil mewah bewarna silver berhenti tepat di depan Ody. Ia mengacuhkannya. Berfikir, jika mobil se-mewah itu bukanlah uber taxi yang selama ini ia tunggu. "TLD" Ody kebingungan kala melihat ketiga huruf pada plat nomor mobil tersebut yang sama dengan plat ubernya. Ody langsung bergegas bertanya pada si pengemudi, untuk memastikan, "Ody?" Tanyanya. Pengemudi itu langsung mengangguk dan mempersilahkam Ody untuk masuk ke dalam mobilnya. Ody yang langsung masuk ke dalam mobil, langsumh dibuat terperangah dengan interior yang super mewah dan membuat rasa nyamannya berlipaf ganda. "Ini dewi fortuna lagi seneng sama gua nih, makanya gua ditemuin sama yanb baik-baik mulu." "Sorry, miss? Anda bicara dengan saya?" Ody terkejut kala mendengar suara supir tersebut. Rupanya gumaman itu begitu keras, hingga membua orang lain mendengarnya. Ody langsung saja menggeleng serta tersenyum ramah pada pengemudi tersebut. Pengemudi itu hanya mejawab oh begitu, dan langsung melajukan mobilnya dengan sangat mulus. Hingga membuat Ody sangat menikmati perjalanannya... dan, bahkan tertidur. Astaga... Pelor. Nempel molor. Kalo kata si Guntur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD