Minggu 23 oktober lima tahun yang lalu, Aku dan Gathan mengikat janji suci pernikahan di depan keluarga dan ratusan undangan.
Pernikahan yang kami rencanakan selama satu tahun,setelah hubungan serius yang kami jalanin tiga tahun lamanya.
Tiga tahun mengenal Gathan,membuatku yakin untuk menghabiskan sisa hidupku bersamanya.
Ghatan pria yang baik,dia manis dan pendiam.tipe pria yang memang kusukai.
Perawakannya tidak terlalu tinggi tapi tidak pendek juga.Dia juga tidak mempunyai tubuh atletis seperti yang kebanyakan perempuan inginkan.Tapi dia punya senyum simpul yang menawan.
Kami saling mengenal dari Reni, seorang temanku semasa kuliah.Gathan dan kekasihnya,bekerja di perusahaan yang sama.
Aku masih ingat pertemuan pertama kami.Di kedai mie ayam yang letaknya tidak jauh dari kampusku.
Setelah hari itu,kami jadi sering berkomunikasi via whatsapp.Sampai akhirnya kami dekat,dan Gathan menyampaikan niatnya untuk serius denganku.
Sebenarnya,waktu itu aku cuma memanfaatkan kebaikannya.Aku tidak pernah berpikir untuk menjadi istrinya.
Aku pernah sekali jatuh cinta,saat aku duduk di bangku kelas 10 SMA.sialnya pria yang kucintai sudah punya kekasih dan mereka menikah ketika aku sedang menghadapi ujian akhir sekolah.
Aku patah hati,sangat patah hati.Sejak saat itu,setiap pria yang mendekatiku hanya akan kumanfaatkan cintanya.
Tidak ada pria yang bisa membuatku jatuh cinta lagi,termasuk Gathan.
Reni memaksaku bertemu Gathan.Dan kupikir tidak ada salahnya bermain-main dengan satu laki-laki lagi.Lagipula,Gathan sudah mapan,dia bekerja di salah satu perusahaan rokok besar sebagai kepala gudang,dia juga sudah punya kendaraan pribadi.
Aku bisa sedikit menikmati uang nya dan memanfaatkannya untuk mengantar dan menjemputku ke kampus.
Ya,dulu aku memang sebrengsek itu.Aku memanfaatkan parasku untuk mempermainkan para pria.Jika dia sudah menyatakan cinta padaku,aku akan langsung meninggalkannya dan mencari korban baru.
Gathan tidak pernah berkata tidak padaku.Dia menuruti semua kemauanku tanpa protes.Bahkan aku pernah menyuruhnya membelikanku pembalut dan pakaian,saat aku tiba-tiba mens di kampus dan darahnya menembus rok biru ku.Dia juga pernah datang jauh-jauh dari kantornya ke kampusku hanya untuk mengantarkan kalkulatornya yang kupinjam saat aku ujian akutansi.
Suatu hari,Reni pernah bertanya"lo pake pelet apaan sih sampe cowok-cowok rela lo potekin hatinya"
hahahaha....
Jangan salahkan aku dan wajah cantikku,karena mereka yang dengan bodoh mengejarku.
Gathan juga satu-satunya orang yang mengetahui semua tentang hidupku,bahkan sebelum dia menjadi suamiku.Biasanya pria-pria yang dekat denganku,hanya akan kujadikan teman bersenang-senang.Mengantar dan menjemputku ke kampus,mengerjakan tugas,membelikan pulsa dan kuota,makan,nonton,atau pergi ke tempat-tempat menarik yang kuinginkan.Dan seperti kerbau dungu,pria-pria itu terus saja menurutiku.mereka baru berhenti setelah cintanya kutolak dan melihatku mendapat "mangsa" baru.
Aku tidak pernah membagi hal-hal pribadiku pada mereka.Tapi Gathan berbeda,dia membuatku membuka semua lembaran gelap dalam hidupku.Gathan membuatku berhenti mempermainkan pria.
Gathan yang menghiburku saat hampir setiap hari ibu memarahiku.ibu selalu punya alasan untuk mencari kesalahanku,dan Ayah seperti menutup mata dan telinga atas hal itu.
Saat kecil ayah selalu memanjakanku seperti anak perempuan pada umumnya,tapi ketika aku beranjak remaja aku kehilangan sosok ayah.aku tidak lagi menjadi gadis kecil kesayangannya sejak adikku lahir,ditambah lagi ibu yang setiap hari memarahiku.Bagiku keluarga adalah mimpi buruk dan rumah itu seperti bukan tempatku pulang.
Aku tidak bahagia di dalam keluarga,karena itu aku mencari kebahagiaan lain dengan mempermainkan para pria.Aku bahagia saat menjadi pusat perhatian para pria,aku senang membuat mereka patah hati.
Gathan seperti rumah baru untukku,keluarga dan dua adiknya juga menerimaku dengan sangat baik.
Setiap aku menangis karena ibu,Gathan akan mengajakku ke rumahnya dan membelikanku banyak ice cream.
Pernah aku begitu putus asa karena perlakuan ibu,aku meminta Gathan menghamiliku saja agar dia bisa membawaku pergi dari rumah ibu.Permintaan bodoh seorang gadis terhadap kekasihnya.
Saat itu Gathan berkata"Aku tidak akan membawamu dengan cara seperti itu.sabarlah sebentar lagi,aku pasti bawa kamu pergi dari sana"
Dua minggu setelah wisuda,aku diterima bekerja di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kotaku sebagai staff pembelian divisi elektronik.
Beberapa bulan setelahnya,Gathan melamarku.Dia meminta waktu satu tahun untuk mempersiapkan rumah yang akan kami tempati nanti.Bukan hal sulit baginya,karena orang tua Gathan yang seorang petani memiliki tanah yang sangat luas dan beberapa hektar sawah yang memang dipersiapkan untuk anak-anaknya.see....sempurna bukan?
Aku menerima lamarannya dengan satu syarat,aku mau dia membuatkanku sebuah rumah.Sebut saja aku matrealistis,tapi menurutku aku ini realistis.
Aku berasal dari keluarga sederhana yang hanya mempunyai satu buah rumah,dengan ibu yang selalu menjadikanku sasaran kemarahannya,Gathan tidak mungkin mau tinggal di rumah itu.
Gathan seperti hujan menyegarkan yang datang ditengah padang pasir bernama keluarga yang kupunya.
Saat itu yang kupikirkan hanya satu,dengan menikahi Gathan aku bisa bebas dari ibu.Gathan akan memberikanku kebahagiaan yang diinginkan setiap perempuan.
Pekerjaan yang mapan,kendaraan pribadi,rumah siap huni,dengan cinta dan kasih sayang yang melimpah,Gathan adalah calon suami yang sempurna.
Semuanya berjalan dengan baik sesuai rencana dan keinginan kami.
Gathan tidak pernah memintaku bekerja setelah menikah,tapi dia juga tidak melarangku terus bekerja.Dia bilang,kapanpun aku mau,aku bisa berhenti dari pekerjaanku.Saat itu kujawab,nanti kalau gaji nya sudah diangka lima juta aku hanya akan dirumah menjadi istri dan ibu yang baik sambil menghabiskan uang suami.Dia menanggapi jawabanku dengan tawa.
Dengan gaji yang tidak terlalu besar,sedikit demi sedikit kami bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Satu hal yang tidak kumengerti,setelah menikah Gathan berubah.Dia tidak lagi memperlakukanku dengan manis setelah aku menjadi istrinya.
Dua tahun setelah menikah,kami dikaruniai seorang bayi laki-laki.Kami memberinya nama Gibran Narayana Pratama.
Lima belas hari setelah melahirkan Gibran,kami bertengkar.Satu sifat buruk Gathan yang baru kutahu setelah menikah adalah,dia selalu mendiamkanku dan menganggapku tidak ada setiap kali dia marah.Satu minggu lamanya dia tidak menyapaku,bahkan menyapa anaknya.
Tidak tahan lagi dengan sikapnya,aku meminta cerai.Aku mengemasi barang-barangku dan berencana menelpon sepupu ku untuk menjemputku.
Saat itu,dia baru pulang dari bekerja.
"kamu ngapain?"tanyanya
"Aku mau pulang ke rumah ibu"
"Ra..."dia mencegahku yang sudah bersiap menggendong Gibran
"Aku capek Mas,aku salah apa?ngomong.jangan diemin aku begini.kalau kamu nggak sayang lagi sama aku,ceraikan aku."aku menantangnya sambil berurai air mata.
"kamu ngomong apa sih?"
"aku.minta.cerai."
"jangan begini dong Ra"
"aku minta cerai,Mas.toh Gibran baru dua minggu,dia belum kenal Ayahnya."
Gathan memelukku sambil terus mengucapkan maaf.
"maaf...maaf...ya...jangan pergi"mohonnya.
"Mas pikir aku nggak capek didiemin seminggu.aku ini istri mas,bukan patung.bahkan belum genap satu bulan aku melahirkan anakmu.kamu sendiri lihat gimana perjuanganku.kamu lihat gimana aku menahan sakit,aku bercucuran keringat,darah,air mata.dan sekarang kamu memperlakukan aku begini?aku sudah bilang berkali-kali,kalau aku salah,ngomong,kasih tahu aku salahku dimana"
"Maaf sayang,maaf..maafin aku.maaf ya"
Gathan tidak pernah tega melihatku menangis.Dia akan ikut terisak jika melihatku berlinangan air mata.
Ibu mertuaku pernah berkata,semarah apapun,jangan pernah keluarkan kata cerai.Tapi aku terlanjur marah dan kesal,sampai kupikir perceraian adalah jalan singkatnya.
Ditahun keempat pernikahan,perusahaan tempat Gathan bekerja menjual sahamnya pada perusahaan asing.
Untungnya,mereka masih mau merekrut karyawan dari perusahaan lama,tentu saja dengan kontrak dan kebijakan baru.Gaji yang Gathan terima pun tiga kali lipat dari yang dia dapat di perusahaan lama.
Itu artinya,gaji nya bahkan lebih dari lina juta rupiah.
Tentu saja aku senang,separuh dari gaji itu bisa kumasukkan ke rekening tabungan,aku juga bisa membayar asuransi pendidikan Gibran tanpa pusing lagi.
Aku bukan tipe perempuan yang senang foya-foya dan belanja.Jadi seberapapun gaji yang Gathan terima,sebisa mungkin ku sisihkan untuk tabungan.Aku hanya akan membeli beberapa baju sesuai kebutuhan, juga satu buah tas dan sepatu jika yang lama sudah mulai rusak,itupun kubeli dengan gajiku sendiri.
Tapi sejak hari itu,setiap kali pulang ke rumah, Gathan selalu mengeluhkan pekerjaannya.
Semakin banyaknya brand baru yang masuk,pembaruan cara kerja yang semuanya dikendalikan oleh sistem,sampai chief admin baru yang perkataannya sering membuatnya sakit hati.
Sebagai istri,tentu saja aku hanya bisa menasehati dan memberinya semangat.Toh aku juga merasakan dikejar target dan deadline promo yang tidak pernah ada habisnya,yang sebisa mungkin kunikmati saja tanpa mengeluh.
Gathan sering pulang malam.Karena tempatku bekerja dan kantornya satu arah,sepulang kerja biasanya aku membantunya di kantor.
Kuakui Gathan memang sedikit kesulitan menghandle pekerjaannya,apalagi dia hanya memiliki satu orang asisten yang lambat.
Karena itu,aku membantunya mengecek barang loading dari 50 orang sales yang pulang setiap sore.terkadang aku juga membantunya mengecek dan menjawab beberapa email yang masuk dari kantor pusat.Bisa dibilang,aku juga menguasai seluk beluk pekerjaan Gathan.
Sore itu,seperti biasa aku membantu Gathan mengecek barang loading di gudang samping,sementara Gathan mengurus sistemnya di meja kerjanya.Ketika ada sales yang hitungan barang dan laporannya tidak sesuai,aku juga tidak segan untuk memarahinya.
"jadi ini berry nya ada berapa yang bener?"tanyaku kesal
"1 slop 3 bungkus ya mbak?"tanya Yudi,sales yang kini sedang kumarahi.
"salah"
"berapa dong mbak?"tanyanya lagi.
"ya itung yang bener dong,jangan plin plan."
"buseeet...galakan bini nya ini mah"Yudi menggerutu
"ngomong apa?buruan itung"bentakku
Tiba-tiba ada laki-laki yang menghampiri kami.
"Loh,ini siapa?"tanyanya
"ibu kepala gudang,pak"Yudi menjawab
"oh,istrinya Gathan."
"ehehehe...iya pak"jawabku
"Than,Kowe ki kudune galak koyo bojomu ki lho,ben ora di kadali neng sales teros"Laki-laki itu berkata pada Gathan.
Gathan hanya tertawa menanggapinya.
Gathan tidak pernah marah dengan suara keras.Jika dia marah,dia akan diam saja sampai kemarahannya hilang.
"itu tadi siapa mas?"tanyaku saat perjalanan pulang
"itu pak Bagas.Chief admin yang baru."
"oooh...yang omongannya sering bikin kamu kesel?"
"iya"
"kayaknya orangnya baik,mas."
"kamu belum pernah kerja bareng dia.dia baiknya sama mba fitri aja,admin yang baru di dalem"
"loh,kok gitu?"
"mereka pacaran"
"heeemm...pantesan"
Pak Bagas adalah atasan kedua setelah area manager di kantor Gathan.Segala laporan mengenai gudang,diserahkan kepada Pak Bagas itu.
Satu tahun Gathan bergabung di perusahaan baru itu.Meskipun dia sering mengeluh lelah dan stres,aku masih berusaha menghiburnya.Sikapnya bahkan sangat banyak berubah.Setiap pulang bekerja,dia hanya akan makan,bermain sebentar dengan Gibran,lalu tidur.
Dia tidak lagi tidur satu ranjang denganku dan Gibran.Dia bilang Gibran sudah semakin besar,ranjangnya sempit untuk bertiga.
Gathan bahkan jarang sekali menyentuhku,mungkin hanya satu bulan sekali.
Aku memakluminya.Aku tidak pernah protes akan perubahan sikapnya.Kupikir dia hanya sedang beradaptasi dengan sistem baru di kantornya.Jika sudah terbiasa nanti,dia akan kembali menjadi Gathan yang manis dan hangat seperti dulu.Aku hanya perlu memberikannya semangat dan pengertian.
Beberapa bulan kemudian,tepatnya di bulan september,ibu mertuaku sakit.Dia terjatuh di kamar mandi dan dirawat di rumah sakit selama satu minggu.Tulang di lutut kanannya keropos dan bergeser, dia harus menggunakan kursi roda.
Sehari-hari,Gibran diasuh oleh ibu mertuaku itu.Aku tidak mungkin menitipkan Gibran padanya lagi.Apalagi anakku sudah mulai aktif bermain bersama teman-temannya di luar rumah.
Kuputuskan untuk berhenti dari pekerjaanku,lagipula gaji yang Gathan terima sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan kami.
Saat aku membicarakannya dengan Gathan,dia menyetujuinya.
Hari itu,aku menghadap atasanku langsung agar mengizinkanku resign.
"kok mendadak Aira?"tanyanya
"anak saya nggak ada yang jaga pak.jadi suami saya minta saya resign"
"saya minta kamu bantu sampai akhir tahun ya,sampai saya dapat pengganti kamu juga"
"saya omongin sama suami saya dulu pak"jawabku saat itu.
Sebagai salah satu staff purchasing,aku memegang peranan penting di divisiku.Aku yang menghandle segala urusan yang berkaitan dengan divisi elektronik.Pusat perbelanjaan tempatku bekerja tidak hanya memiliki satu supermarket saja,ada lima anak cabang di luar kota dan 20 minimarket yang tersebar di beberapa tempat.Ketersediaan barang,promo harga,target penjualan,sampai barang retur dari seluruh cabang dan pusat ada di bawah kendaliku.Sangat wajar jika atasanku tidak bisa dengan mudah mendapatkan penggantiku.
Ketika kubicarakan dengan Gathan,lagi-lagi dia menyerahkan keputusan di tanganku.
Sebenarnya,aku belum mau resign dari pekerjaanku.Aku menyukai pekerjaanku.Meskipun harus dikejar target,deadline promo,belum lagi masalah-masalah t***k bengek yang tidak pernah ada habisnya,aku menikmati semua itu.
Aku belum rela meninggalkan 3 laki-laki "gila" di divisiku,juga teman-teman dari divisi lain.Belum lagi pramuniaga dan para promotor yang akan sangat ketakutan jika sudah kumarahi,tapi kami bisa jadi sangat dekat jika sedang bercanda dan bekerja.
Aku harus meninggalkan semua itu,apa aku sudah siap?