Aku duduk terdiam disudut kamar, ranjang kecil lusuh berukuran dua orang dewasa ini menjadi saksi bisu ketika hidupku harus berubah jungkir balik hanya dengan hitungan waktu 3 bulan saja.
3 bulan yg lalu aku masih seorang gadis pelajar SMA yg tinggal menghitung hari menuju ujian nasional, namun semua itu harus ku tinggalkan saat Ayah menerima pinangan dari seorang laki laki yg umurnya terpaut jauh dariku dan menjadikanku istri ke 4 nya
Tragis bukan...???
Aku yg baru berusia 18 tahun harus rela membuang semua cita cita dan masa remajaku untuk mengabdi menjadi istri ke 4, lebih sadis dari film kanjeng Doso yg pernah ku tonton dulu semasa kecil.
Setiap hari aku menangis, aku sama sekali tak menikmati hidup yg begitu kejam ini.
Tapi aku tak mampu berbuat apa apa
Sampai hari itu tiba..
Mas Gani mengucapkan ijab qobul dan aku resmi menjadi istrinya.
Aku harus patuh, tunduk dan memberikan semua yg ku punya pada nya, sebagai kewajiban seorang istri melayani suami.
Awalnya aku belajar menerima, aku berusaha melewati pahit ini dengan tersenyum
Aku merelakan mahkota keperawanan ku dengan memberikan pada mas Gani dimalam pengantin
Dia yg beringas, kasar dan egois membuat ku seakan tak pernah menikmati kenikmatan yg kata orang adalah surga dunia nya sebuah perkawinan.
Aku hanya merasakan sakit, dan hampir setiap berhubungan selalu pendarahan, aku menjeritpun tak digubrisnya, dia akan tetap menggauliku sampai dia puas tak peduli aku sudah lemas dan pingsan.
Mas Gani juga sering memukuli ku karena aku selalu membangkang dan melawannya,
Aku merasa dia tak layak dikatakan suami yg setiap ucapannya harus selalu didengar dan dipatuhi,
Bahkan aku sering kena cambuk nya, dikurung di gudang dan dibiarkan kelaparan.
3 bulan menjadi istrinya serasa benar benar membuat hidupku hancur tak berharga,
Akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri pernikahan neraka ini, meski awalnya mas Gani tak mau menceraikanku, aku tak peduli aku tetap ngotot untuk pisah meski ku tahu, status setelah ini akan lebih menyakitkan karena aku diusia yg baru mau menginjak 19thn sudah menjadi janda dan bekas istri ke 4
Ku tutup tangis ku, aku harus bahagia
Apapun keadaan saat ini aku harus tetap melanjutkan hidup
Dari sini aku belajar jika hidup tidak selalu menurut apa kata orang, yg tahu baik buruk bahagia maupun sedihnya suatu kehidupan adalah kita sendiri karena kita yg menjalaninya
Hari ini aku resmi menjadi seorang janda muda, sebenernya aku pengen ketawa kalau aku menamatkan diriku seorang janda karena usia pernikahan yg baru paling seumur biji timun hahaha tapi ya bagaimanapun aku sudah tidak perawan lagi, sudah pernah di jamah dan dinikmati oleh laki laki.
Setidaknya aku melepas keperawanan ku dengan terhormat tidak memberikan cuma cuma pada laki laki bermulut lemes yg hanya bermodal janji cinta, meskipun aku hanya sebagai istri ke 4
Yaahhhh begitulah aib yg sedang ku ceritakan...
Hmmmm jujur aku juga sangat ingin menikmati rasanya b******u dengan lembut, diperlakukan istimewa oleh pasanganku, aku sering berandai andai bisa menikmati surganya perkawinan itu,
Apalagi setelah terjamah mas Gani aku jadi mudah terangsang apabila sedikit saja bersentuhan dengan laki laki
Aku membayangkan mendapat perlakuan manis dan sentuhan yg lembut saat bercinta
yang tak ku dapatkan saat bersama mas Gani.
Hahhhh terlalu spaneng mikirin hidup aku jadi menghayal yg jorok ini,
Aku merebahkan tubuhku di kasur lusuhku
Disinilah pertama kali mas Gani mengambil keperawananku, dia tak peduli tangis jeritanku, kesakitan ku dan memelasku memohon ampun
Dia terus bergerak liar menerobos dan merobek kepemilikanku sesukanya.
Ayah dan ibu hanya diam seakan dia membiarkan aku dalam penyiksaan ini, bagi mereka itu adalah suatu hal yg wajar bagi pengantin yg masih perawan, apalagi aku yg termasuk polos belum pernah sama sekali disentuh laki laki
Padahal mereka tak tau seperti apa menantu pilihan mereka menggauli anaknya.
Tapi semua sudah terjadi, aku tak mau mengingat kejadian menyakitkan itu, aku harus bangkit, hidupku masih panjang
Biarlah semua menjadi bagian dari cerita hidup dan pengalaman.
Ku dengar sayup sayup tetangga disekitar rumah sedang menggunjingku
Entahlah mereka hobby sekali ikut campur urusan orang, nyinyir seenak bibir dowernya mengomentari orang lain, intinya jika apa yg dilakukan seseorang tidak sesuai dengan bayangan mereka, mereka akan langsung menghakimi dan menjadi bahan konsumsi diwaktu senggang bersama kawan satu ghibah.
Huuuhhh aku hanya berdoa agar anak cucu nya kelak tak merasakan apa yg sedang aku rasakan, biarkan mereka cukup menggunjingku saja, menghakimi diriku, aku hanya takut dia atau keluarganya tak sekuat diriku, bisa bisa kena serangan mental dan gila kan kasihan...
Aku benar benar memejamkan mata, ku rileks kan tubuhku, ku tenangkan fikiranku, aku harus berdamai dengan kenyataan
Akupun tertidur pulas....
~Bersambung~
Haiii Readers....
Ini adalah novel pertama ku di sini
Bantu suport ya....
Dan kasih saran nya....
Happy Reading....