Pertemuan Kedua

1628 Words
Via mendengar pertanyaan sahabatnya itu pun langsung tersadar, “bukan gitu maksud gue Sil, ck.” Cibir Via tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok di sebrang sana. Silvi pun ikut menatap Via dan mengikuti kemana arah pandangan Via. “Lo kenal mereka?” Tanya Silvi. "Viiii." Ujar Silvi saat melihat Sivia mengabaikannya.  Via langsung tersadar lalu menatap Silvi di depannya “Hah? Kenapa?” “Lo kenal mereka?” Tanya Silvi sekali lagi. Via menggeleng, “gak kenal tuh, tapi kalo yang pake kaos item kayaknya gue kenal.” Ucap Via. Tiba – tiba Silvi membulatkan matanya kaget, “Jangan bilang kalo cowok yang ngambil first kiss lo itu Reyno yang ada di sana? Gak mungkin kan?” Sivia melebarkan senyumnya, “Oh jadi bener dia Reyno.” Gumam Via pelan. “Gue bener kan Vi?” Heboh Silvi mengguncangkan lengan Via. Via memandang temannya jengah, menurutnya respon Silvi itu sangat berlebihan. “Jawab dong Vi.” Paksa Silvi seraya menggoyangkan bahu Via. Via yang sudah terlanjur kesal pun terpaksa mengangguk, “iya yang itu.” “WHAT!!!” Teriak Silvi kencang seraya berdiri, hal itu membuat seluruh pengunjung Cafe menatap ke arahnya termasuk Reyno dan teman – temannya. “Ops!” Cicit Silvia saat dirinya menjadi pusat perhatian, “gue duluan ya Vi, malu. ” Pamit Silvi seraya mengambil kunci mobil miliknya.  Via mulai panik saat Silvi kabur meninggalkannya sendiri di Cafe dan banyak yang memperhatikannya, temannya yang satu itu malah kabur disaat mereka jadi bahan tontonan pengunjung lain. Via bergegas membereskan mejanya, memasukkan ponsel dan dompet milik Silvi yang tergeletak setelah itu dia tersenyum pada semua pengunjung yang masih memandangnya heran lalu pergi menuju kasir. Sesampainya dia di parkiran, matanya sibuk mencari keberadaan Silvi temannya. Sudah hampir sepuluh menit lamanya dia mencari keberadaan temannya itu, “ck, itu anak kemana sih?” gumam Via tengah berdiri di depan Cafe seraya mengibaskan tangannya pada leher karena kepanasan. ‘TRING’ Ponsel Via berdenting, menandakan sebuah pesan masuk. “Udah gue bilang, itu anak pasti lupa kalo ada gue.” Kesal Via saat melihat isi pesan dari Silvi yang sudah pulang terlebih dahulu. “Ah iya, gue kan masih punya grup line sama temennya Bang Jason.” Ujar Via, “Oke, kita lihat siapa yang bakal jemput gue.” Ucap Via seraya mengetikkan sesuatu pada ponselnya. Group Chat “Q and K” SviaEvndr : Gue di Cafe XXX ada yang mau jemput gak? Satu menit kemudian, pesannya masih belum ada yang membacanya. Dua menit berlalu...  Sampai pada menit ke lima...  JsonEvndr : Gue lagi di Bogor sama Kelvin dek SviaEvndr : Oh, iya lupa KlVn : Maaf SviaEvndr : G pp bang  KlVn : Nanti gue ajak main deh SviaEvndr : Ok Bang JsonEvnd : Coba si Geva suruh jemput SviaEvndr : Emang dia udah balik ke sini? JsonEvnd : Kan kalian pulang bareng. SviaEvndr : Oh SviaEvndr : Gue masih sebel sama dia bang, huhu KlVn : Knp GVaRo : Maafin Geva dong Vi ;( JsonEvndr : Kalian putus? KlVn : Kalian putus 2? Gvaro : Iya bang, maaf  SviaEvndr : Bang Ariq sibuk ga? KlVn : Gk th SviaEvndr : Oh ya udah, kayaknya gue pesen online aja Via hanya membaca pesan terakhir dari Geva tanpa ada niat untuk membalasnya, tiba – tiba line masuk dari Ariq teman abangnya sekaligus teman kecilnya. AriQFath : Lo tunggu di sana, gue juga ada urusan di sana. SviaEvndr : Aaaah Bang Ariq emang tersayang deh, jadi pengen cium wkwkwk AriqFath : Simpen aja buat nanti kalo ketemu, udah dua tahun gak ketemu cewek cantik nih SviaEvndr : Hahaha, bisa aja lo Bang. Jangan kaget ya kalo lihat gue, soalnya cantiknya makin nambah.  Read ... “What? Dibaca doang?” Kaget Via, “ish dasar.” "Tapi gak papa deng. " Ujar Via tersenyum menatap isi pesan dari Ariq, “Bang Ariq emang paling tahu cara meluluhkan hati cewek.” Kekeh Via tersenyum senang. “Eh, lo gak boleh baper sama Bang Ariq. Lo kan punya Reyno.” Ujar Via kemudian. AriqFath : DIEM DI SITU JANGAN KEMANA – MANA!! SviaEvndr : Y “Ck, baru aja gue mau geser ke sana.” Gerutu Sivia sembari melirik ke arah tukang es krim yang berada di gerobak. Tiba – tiba saja ada dua cowok menghampiri Via yang sedang duduk di salah satu bangku yang disediakan Kafe, “Hei!” Sapa seorang lelaki pada Via. Via yang memang pada dasarnya mempunyai sifat yang sangat ramah terhadap orang lain pun akhirnya tersenyum lalu menyapanya balik, “Hai juga.” “Ikut duduk ya.” Pinta Cowok itu menatap Via. Via mengangguk, “oh iya boleh .” Angguk Via seraya tersenyum. “Kenalan dong, gue Fahrul dan dia Bobby.” Ucap Fahrul memperkenalkan dirinya dan Bobby. Via mengangguk paham, “Gue Via. “ Ucapnya seraya terus menampilkan senyumnya. “Lo kelas berapa?” Tanya Fahrul, “kayaknya lo anak SMA Putih deh.” Selidik Fahrul memperhatikan Via. “Emangnya kenapa?” Tanya Via. “Temen lo yang tadi kayaknya gue pernah lihat di sana, dia anak SMA Putih kan?” Via menganggukkan kepalanya, “iya.” “So? Lo baru kelas sepuluh berarti.” Tebak Fahrul, “tapi kayaknya gue belum pernah lihat lo di sana.” “Gue murid pindahan.” Ujar Via menjelaskan. Fahrul menganggukkan kepalanya paham kemudian tersenyum senang, “kalo gitu, selamat datang di SMA Putih ya.” Seru Fahrul senang. Via mengernyit heran, namun dengan cepat dia tersenyum kemudian mengangguk pelan. “Vi, lo tinggal dimana?” Tanya Fahrul. “Gue tinggal di Komplek Matahari.” Ujar Via seraya menatap Bobby yang masih terus memperhatikan penampilannya. “Kenapa?” Tanya Via pada Bobby. Bobby menatap Via datar, “kayaknya gue pernah lihat lo deh, tapi masih belum yakin di mana.” Jelas Bobby. “Loh, lo juga mikir gitu ya? Gue juga lagi nginget nih.” Seru Fahrul. Via tersenyum samar, “masa sih? Tapi gue gak inget ya kalo kita pernah ketemu.” Ujar Via seraya tersenyum. “Ah udah lah, gue salah lihat mungkin.” Ujar Bobby yang langsung diangguki Fahrul. Fahrul terus mengajak Via berbincang, begitu juga dengan Bobby yang sesekali melempar candaan untuk Via dan Fahrul. Itulah salah satu kehebatan Via, dia bisa beradaptasi dengan cepat saat bertemu orang baru sehingga membuat orang itu akan merasa cepat nyaman jika bersamanya. “HAHAHAHA” Tawa Via pecah saat Bobby melayangkan candaan untuknya, “Kak Fahrul nemu Bobby dimana sih? Aku bawa pulang boleh?” Kekeh Via seraya memegang perutnya yang mulai sakit karena terlalu sering tertawa. Sampai sebuah suara membuat Via menghentikan tawanya, “Yo buruan pulang.” Titap cowok yang baru saja datang menghampiri Via, Fahrul dan Bobby. “Bentar dulu lah, sini kenalan dulu. “ Ucap Fahrul berusaha memperkenalkan keduanya, “nih duduk.” Titah Fahrul seraya menarik kursi di samping Via. “Gak usah.” Ujar cowok itu dingin. Hal itu membuat Via berdiri kemudian berjalan menghampiri Reyno. ‘Keep calm, Vi’ Batin Via melangkahkan kakinya. ‘Angkat dagunya’ Via mengangkat dagunya sedikit ke atas, ‘senyum’ Batinnya kembali. Reyno hanya memperhatikan Via yang tengah berjalan ke arahnya, ‘gadis itu sungguh sangat cantik.’ batin Reyno. Via mendekatkan tubuhnya pada Reyno, dia mulai berjinjit lalu mengarahkan bibirnya ke arah telinga Reyno dengan kedua tangan berada di depan d**a Reyno. “Akhirnya kita ketemu lagi.” Bisik Via seraya meniup telinga Reyno, hal itu membuat Reyno mengeraskan rahangnya. Via menjauhkan dirinya, lalu mengulurkan tangannya ke arah bahu lebar milik Reyno. “Kakak gak akan lupa kan sama aku?” Tanya Via tersenyum sinis seraya menepuk – nepuk bahu Reyno. Reyno menggertakkan giginya membuat tulang rahangnya semakin tercetak jelas. “Aku kembali Kak Reyno.” Senyum Via menatap mata lelaki di depannya, tangan kanannya terulur untuk mengusap rahang Reyno. Reyno menyentak tangan Via, hal itu membuat Via tersenyum sinis. “I'll have you.” Ujar Via kemudian berbalik menghampiri Bobby dan Fahrul yang tengah menatapnya penuh kejutan. Baru saja Fahrul ingin bertanya, namun seseorang memanggil Via. “VI!!” Panggil seseorang dari arah belakang Via. Via menengok ke arah suara itu, “eh udah dateng hehe.” Ujar Via seraya menggandeng tangan Ariq. “Lah Riq, lo kenal sama Via?” Tanya Fahrul seraya mengepalkan tangannya ke depan d**a berniat memberi salam pada Ariq. “Lah, tadinya gue yang mau nanya gitu sama kalian. “ Balas Ariq. Fahrul menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “eh gue baru kenal dia tadi kok Riq.” Ariq terkekeh pelan, “Gimana seneng gak udah ketemu si Reyno?” Tanya Ariq pada Via, yang langsung membuat Via mengerucutkan bibirnya lalu mencubit lengan Ariq. Reyno merasa namanya disebut, “maksud lo gimana Riq?” “Lah emang dia kenal sama Reyno?” Tanya Fahrul. Via menggelengkan kepalanya, “gak kok mana ada, kita kan baru kenal tadi.” Ujar Via. Ariq menganggukkan kepalanya, “bukannya lo pernah cerita ya Rul, kalo si Reyno putus sama Niki gara – gara taruhan dua tahun yang lalu.” Fahrul terdiam sebentar seraya menatap wajah Via, “lo cewek itu?” Tanya Fahrul pada Via. Via tak menjawabnya, saat Ariq hendak menjawab malah ditahan oleh Via, “Ayo pulang ih, udah lengket gini badan aku.” Rengek Via seraya menarik ujung sweater yang Ariq kenakan sembari menampilkan puppy eyes andalannya. Ariq menatap Via jengah, lalu pandangannya tertuju pada ketiga temannya itu. “Gue cabut duluan, kayaknya besok aja kita urusin lagi pulang sekolah. Gue harus bawa pulang dia dulu, emaknya udah nyariin.” Pamit Ariq seraya membawa Via pergi. “Ish, aku udah gede ya!” Kesal Via membuat Ariq menariknya ke dalam pelukan lalu mencium kepala Via gemas. “Bye – bye Fahrul, Bobby!” Teriak Via kencang seiring dengan dirinya yang mulai menjauh dari Cafe.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD