Percobaan Pertama

1597 Words
“Ish, pake lagi cepet.” Gerutu Sivia merebut kaca mata yang berada di tangan Kelvin kemudian memasangkan kembali kepada Kelvin dengan rusuh, “berisik tuh.”   “Kamu emangnya gak mau ya sama kakak?” Kekeh Kelvin seraya menatap Sivia yang tengah menatapnya kesal.   “Tau ah, kesel.” Gerutu Sivia seraya mengalihkan pandangannya.   “Kakak juga kesel lah, masa gak ketemu dua tahun kamu udah lupa.” Ucap Kelvin meniru gaya bicara Sivia yang sedang kesal.   “Ya abisnya Kak Kelvin jadi beda, kok malah makin ganteng sih? Gimana kalo Sivia jadi pindah haluan, kan repot nanti.” Ketus Sivia.   “jadi mau dong sama kakak?” Tanya Kelvin mengedipkan matanya pada Sivia.   “Ish, tenang – tenang. Jangan sampai oleng.” Gumam Sivia di depan Kelvin, “tenang, lo kan punya Reyno. Jangan oleng – jangan oleng.” Lanjut Sivia berkali – kali mengingatkan dirinya untuk tidak melirik Kelvin yang terlihat sangat tampan.   Tawa Kelvin semakin pecah, melihat tingkah Sivia, “ah gak seru ngegodanya, kamu terlalu kuat.” Kekeh Kelvin.   “Ish.” Gerutu Sivia seraya mendorong tubuh Kelvin, “jangan deket – deket.”   “Panik amat sih.” Kekeh Kelvin.   “Ish kakak masih aja godain Sivia, Sivia gak suka ah.” Ketus Sivia seraya memalingkan wajahnya.   “Jadi gimana? Mau gak sama kakak?” Tanya Kelvin sekali lagi.   Sivia pun memberanikan untuk menatap manik mata Kelvin, “jadi kakak lagi nembak Sivia sekarang?”   “Enggak sih, ini lagi latihan aja. Paling nanti resminya kalo kamu udah bosen dicuekin sama Reyno, baru kamu bisa datang ke Kakak.” Canda Kelvin.   “Aku serius kak.” Ujar Sivia.   “Kakak gak serius dek.” Kikik Kelvin seraya mencuri kecupan pada pipi Sivia.   Saat Sivia hendak protes, tiba – tiba Kelvin membalikkan tubuhnya menghadap ke arah balkon.   “Kamu lihat ke arah kantin.” Tunjuk Kelvin, “kalo kamu bisa bantu jauhin Niki dari Reyno, kamu hebat.” Ujar Kelvin seraya pergi meninggalkan Sivia.   Sivia memicingkan matanya, “wah Reyno selingkuh, gawat nih.” Ujar Sivia seraya berlari tergesa – gesa menuruni tangga. Sesampainya di kantin, Sivia tak menemukan keberadaan Reyno dan Niki. Dia mengedarkan matanya mencari sosok itu namun nihil tidak ada, sampai sebuah suara mengintrupsinya.   “Lo nyari siapa dek?” Tanya Jason seraya menarik pelan lengan Sivia, “kita duduk di sana ayo.”   “Nyari bebep, tadi gue lihat dia lagi selingkuh eh pas gue kesini kok gak ada ya.” Ujar Sivia masih mengedarkan pandangannya.   “Lo nyari Reyno?” Tanya Jason.   “Iya Bang, abang tahu?”   “Dia dari tadi duduk sama anak – anak.” Ujar Jason menunjuk ke arah meja pojok.   “Lah terus yang duduk sama Niki siapa?” Gumam Sivia pelan.   “Apa?” Tanya Jason.   “Enggak, ya udah ayo.” Ajak Sivia menarik tangan Jason.   “Santai dek, gak usah buru – buru.” Ujar Jason.   “Ish Bang, gue kan mau nyobain skill baru ke Reyno.” Sahut Sivia menatap Jason kesal.   “Skill apaan elah.” Ujar Jason malas.   “Gue kan kemarin abis belajar ngegombal dari Bang Ariq, nah kan kalo gak dipraktekin mubazir.” Ujar Sivia seraya terus berjalan.   “Jangan aneh – aneh dek, kasihan Reyno.”   “Gak akan kok, hehe.” Ujar Sivia seraya menhampiri meja dimana Reyno dan teman – temannya berada.   “Halo guys!” Sapa Via yang hanya dibalas deheman saja karena mereka sedang makan. Sivia memberikan kode kepada Ariq dan Geva untuk bergeser kemudian membuat Sivia bisa duduk di depan Reyno, “Hi!” Sapa Sivia menatap Reyno yang tengah duduk di depannya, “masih sakit gak punggungnya?” Tanya Sivia masih diacuhkan oleh Reyno.   “Kenapa dia?” Tanya Ariq pada Jason.   Sementara Jason hanya menggelengkan kepalanya, “lihat aja.” Ucapnya seraya mengangkat bahu acuh.   “Lo mau pesen apa dek?” Tanya Ariq kepada Sivia, “biar abang pesenin.”   “Aku jus jeruk sama bakso aja bang, biar samaan kayak Reyno.” Cengir Sivia menatap Reyno yang masih mengabaikannya, “mau couple an.” Kikik Sivia.   ‘UHUk’   Reyno yang asyik memakan bakso dalam diam pun langsung tersedak kala mendengar ucapan Sivia, “nih.” Ujar Sivia membukakan botol minum miliknya kemudian menyodorkannya kepada Reyno.   Reyno mengambil botol air minum Sivia kemudian menyeruputnya sampai habis.   Melihat Sivia yang terlalu blak – blakkan memperlihatkan perasaannya kepada Reyno, membuat Silvi, Jason dan yang lainnya menggeleng – gelengkan kepalanya.   “No, jangan dihabisin. Entar adek gue minum apaan.” Ujar Jason kesal.  “Gak papa kok, nanti bisa beli lagi.” Ujar Sivia. Reyno langsung menatap botol berwarna pink yang ada di genggamannya, “thanks.” Ujar Reyno seraya menyodorkan botolnya kepada Sivia. “Gak papa kok Kak habisin aja, Sivia kan tadi pesen jus jeruk.” Ujar Sivia seraya menerima uluran botol dari Reyno, “sama – sama sayang.” Genit Sivia seraya mengedipkan sebelah matanya menatap Reyno. “Dek, udah cepetan makan.” Ujar Ariq menyodorkan nampan berisi semangkuk baso dan segelas es jeruk. “Cepet banget.” Kekeh Viia, “Makasih Bang.” Ucap Sivia seraya tersenyum.  Tiba – tiba di sela makannya, Sivia membuka suara. “Kak.” Panggil Sivia menatap Reyno.  “Apa?” Sahut Kelvin. “Kenapa?” Sahut Jason. “Hm?” Sahut Ariq barengan bertiga. Sivia menggerutu kesal, “diem deh.” Sungut Sivia menatap kesal ketiga lelaki di sampingnya. “Rey.” Panggil Sivia seraya memajukan menepikan mangkok di depannya kemudian menumpukkan kedua tangannya di atas meja dan mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kak Rey.” Panggil Sivia. “Hm.” Ujar Reyno seraya mengambil beberapa lembar tisu untuk membersihkan mulutnya. “Rey ish, lihat dulu.” Rajuk Sivia seraya mengulurkan tangannya untuk mengangkat dagu Reyno agar bisa menatapnya. “Dek.” Ucap Jason ingin menghentikan tingkah adiknya itu. Sivia melirik sebentar ke arah Jason, “diem dulu bang.” Geram Sivia. “Sini, Sivia lihat matanya.” Rajuk Sivia seraya menatap balik Reyno, “gimana masih sakit punggungnya?”  “Gak.” Geleng Reyno. Tangan Sivia masih memegangi dagu Reyno, “lepasin.” Ujar Reyno dingin. Sivia pun menghempaskan tangannya, “he he.” Cengir Sivia. “Kenapa?” Tanya Reyno seraya menatap mata Sivia. Merasa di tatap oleh Reyno semakin membuat Sivia tersenyum gemas, “eungh.” Gugup Sivia seraya mencengkram celana Ariq menggunakan tangan kirinya , “gimana ya bang.” Bisik Via pada Ariq. “Apa?” Tanya Ariq bingung. “Yang kemarin.” Bisik Sivia pelan membuat Ariq mengendikkan bahunya acuh, “terserah.” Melihat kegugupan Sivia membuat Reyno semakin menajamkan tatapannya, “why?” “Kaki lo gak papa kan?” Tanya Sivia menghela nafas lega. Reyno memalingkan wajahnya ke arah lain, “gak.” Balas Reyno. “Ish serius.” Rajuk Sivia.  Reyno pun berdecak kesal, “kan emang kaki gue gak kenapa – napa.” Ketus Reyno, “tadi jatoh kan punggung doang yang sakit.”  “Jadi kaki lo gak papa kan?” “Hem.” Dehem Reyno. Mendengar itu membuat Sivia tersenyum penuh harap, “serius?” Tanya Sivia sekali lagi. “Hm.” Dehem Reyno lagi. “Kenapa sih emangnya?” Tanya Silvi pada Sivia. Bukannya menjawab, Sivia malah menatap Silvi kesal. “Bisa jalan gak?” Tanya Sivia seraya menahan senyumnya. “Bisa.” Sahut Reyno sekenanya. “Ya udah, mau kapan?” Seru Sivia tersenyum senang.  Reyno menatap Sivia dengan sebelah alis terangkat, “maksudnya?” “Katanya bisa jalan kan? Ya udah, mau kapan?” Cengir Sivia seraya semakin melebarkan senyumannya, “nanti pulang sekolah atau besok minggu?” Reyno terdiam seketika sembari menatap Sivia, dia memikirkan ucapan Sivia barusan sampai dia menyadari akan kebodohannya.  ‘s**t!’ Umpat Reyno dalam hati seraya berdiri kemudian pergi meninggalkan kantin dengan kedua telinga yang merah. Melihat kepergian Reyno membuat Sivia tersenyum penuh kemenangan, “gak sia – sia gue nonton YouTube sama belajar dari lo Bang buat latihan ngegombal.” Kikik Sivia seraya melanjutkan acara makannya yang tertunda. “Huft.” Silvi menghela nafasnya lega, “lo bikin kita semua tegang Vi.” Ujar Silvi menatap Sivia kesal. “Anjir, gue aja yang dengernya ikutan baper.” Celetuk Chandra seraya mengacungkan jempol kepada Sivia. “Gue sih kasihan sama si Reyno nya, telinganya sampe merah gitu.” Ujar Kelvin.  “Mantap Dek, makin jago aja nih naklukin hati cowok.” Salut Ariq. “Bisa aja lo.” Kekeh Jason seraya memeluk tubuh adiknya, “adek gue keren kan Gev?” Tanya Jason pada Geva. Geva tak mengucapkan apapun, dia hanya tersenyum menanggapinya seraya menatap Sivia yang terngah tersenyum senang.  “Oh iya Dek, kata Reyno mobil lo parkir di belakang lagi ya?” Tanya Ariq. “Iya Kak, tadi gue kesiangan lagi.” Cengir Sivia.  “Nanti lo pulang sama Geva atau Chandra aja, biar sekalian dia bawain mobil lo di belakang. “ Ujar Jason, “gue ada rapat sama Ariq, Kelvin.”   “Hm.” Sahut Sivia.   “Mau sama siapa?” Tanya Jason.   “Gue aja.” Ujar Geva dengan cepat, “sekalian mau ngajak dia jalan dulu.”   Jason menganggukkan kepalanya, “ya udah, jangan terlalu malem.” Ucap Jason seraya berdiri, “cabut yu Riq, Vin udah beres kan.” Ajak Jason pada Ariq dan Kelvin. Ariq mengangguk, “hati – hati pulangnya nanti.” Ujar Ariq pada Silvi. “Loh?” Bingung Sivia, “ada apa nih?” “Kakak ke kelas duluan, jangan bolos.” Ujar Kelvin mengacak rambut Sivia. “Ish.” “Udah cepet beresin makannya, bentar lagi bel masuk.” Ujar Chandra yang langsung diangguki Sivia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD