BAB 4 - Keputusan

1406 Words
BAB 4 " Arrggghhhh....! kenapa aku ada disini ? dan... Astaga! apa yang telah kamu lakukan padaku ?" Aira menatap tajam laki-laki yang kini beranjak turun dari atas ranjang dan menghilang masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Aira dengan segudang pertanyaannya . Aira berusaha keras mengingat tentang apa yang telah terjadi padanya, tetapi yang dia ingat hanyalah saat dia sedang berada di club bersama teman-teman nya. Aira terlihat sangat frustasi, ditambah kepalanya yang masih terasa pusing, efek dari alkohol yang dia minum semalam. Aira memijat pelipisnya, dia sungguh tidak mengenal lelaki itu dan bagaimana bisa dia berada disini, hingga akhirnya harus kepergok ibu dari lelaki itu. Aira merasa sangat malu. Seakan baru tersadar dari pemikiran nya, saat dia melihat laki-laki itu keluar dari dalam kamar mandi, hanya dengan berbalut handuk yang melilit di bagian bawah tubuhnya. d**a bidangnya dibiarkan terekspos begitu saja, membuat Aira terpesona dalam beberapa detik, sebelum akhirnya kesadaran nya kembali saat dia mendengar lelaki tersebut bersuara. " Kamu mau terus berada di dalam selimut itu ? Mami sudah menunggu di bawah. Buruan bersihkan dirimu secepatnya." Aira melilitkan selimut ke tubuhnya dan dia segera berlari menuju kamar mandi tanpa menghiraukan lelaki itu. Aira merasa marah, sedih, serta malu karena dia sudah dilecehkan oleh lelaki yang bahkan dia tidak mengenalnya sama sekali. Sementara Malvin, bukan nya tidak ingat apa-apa, justru dia ingat betul saat dia membawa gadis itu dengan taxi menuju rumahnya, dan berakhir menidurkan gadis itu diranjangnya. Malvin juga ingat bahwa dia tidak sampai bertindak terlalu jauh terhadap gadis itu. Malvin hanya menciumi gadis itu hingga meninggalkan bercak kemerahan di beberapa bagian tubuh wanita itu. Bagaimanapun juga dia lelaki normal yang akan sangat tergoda hanya dengan melihat kulit mulus seorang wanita . Dilihatnya baju gadis itu yang masih tergeletak di bawah ranjang. Baju yang sudah ternoda oleh muntahan gadis itu sendiri. " Bagaimana dia nanti berpakaian kalau bajunya kotor seperti itu ." gumam Malvin seorang diri. Dengan baik hati, diambilnya dari dalam lemari kaos yang ukuran nya paling kecil dan celana pendek miliknya. Diketuknya pintu kamar mandi. " Hei, dengarkan aku. Bajumu sangat kotor. Kalau kau mau berpakaian, sementara bisa menggunakan bajuku yang ada di atas ranjang. Aku tunggu kau dibawah dan buruan turun karena mamiku tidak suka menunggu terlalu lama. Kau paham! " Tanpa mau menunggu jawaban gadis yang sedang berada di dalam kamar mandinya, Malvin keluar dari kamarnya dan segera turun untuk menemui mami nya. ***** Sementara itu, Aira yang sedang berada di dalam kamar mandi terlalu shock melihat pantulan tubuhnya sendiri dari kaca yang ada di wastafel kamar mandi itu. Hampir seluruh tubuhnya terdapat bercak merah. Mulai dari leher, d**a, perut . "Astaga! apa yang laki - laki itu perbuat pada tubuhku ." pertanyaan Aira yang membutuhkan jawaban karena dia sangat penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada dirinya. Aira sedikit lega begitu melihat bra dan celana dalam nya masih melekat di tubuhnya. Hingga tiba-tiba dia tersadar saat pintu kamar mandi di ketuk dan laki- laki itu mengatakan jika telah menyiapkan baju untuk nya. Secepatnya Aira mengguyur tubuhnya , menggosok bercak- bercak merah di tubuhnya. Kepalanya benar - benar pusing memikirkan apa yang telah terjadi padanya. Berbagai pikiran berkecamuk di otaknya. Selesai mandi Aira mendapati kaos oblong dan celana pendek yang ada di atas ranjang. " Apa baju ini yang dia maksud tadi. Lantas Dimana bajuku? " Aira menepuk dahinya teringat ucapan laki- laki tadi, jika bajunya kotor terkena muntahannya semalam. Dengan ragu Aira mulai memakai kaos yang kebesaran di tubuhnya. Dan juga memakai celana yang tak kalah besarnya. Dia melihat penampilan nya yang menurutnya sangat aneh. Dengan ragu Aira keluar dari dalam kamar. Menuruni anak tangga dan yang pertama dia lihat adalah lelaki itu yang tersenyum geli melihatnya. Aira juga melihat laki-laki paruh baya yang sedang duduk membaca koran. Saat kakinya menginjak undakan tangga paling bawah, muncul wanita paruh baya yang tak lain adalah mama lelaki itu yang tadi memergokinya. "Ayo kita sarapan dulu ." ajak Bu Aldy seraya menarik tangan Aira menuju ruang makan dan diikuti oleh Malvin juga papinya. Aira duduk disalah satu kursi ruang makan yang berhadapan langsung dengan Malvin. Dia begitu canggung berada ditengah keluarga yang tidak dia kenal sama sekali. "Oiya, cantik kenalin saya maminya Malvin. Nama kamu siapa ? Tante sampai lupa tadi belum berkenalan. " Mami Malvin bertanya sambil meletak kan piring di hadapan Aira. " Nama saya AIRA, tante " jawab Aira takut-takut. Bahkan gadis itu hanya menunduk tak berani mendongak untuk melihat orang-orang disekitarnya. " Aira, kenalkan itu papi nya Malvin. Om Aldy namanya. Ayo kita makan dulu baru setelahnya nanti kita bicara, " ucap mami Malvin memperkenalkan suaminya. Aira dengan canggung mendongak menatap lelaki yang diperkenalkan sebagai papi Malvin. Saat pandangan mata mereka bertemu, Pak Aldy tersenyum ramah membuat Aira sedikit lega karena berada di tengah keluarga yang bersikap baik kepadanya. **** Rasa- rasanya Aira ingin sekali berlari sejauh yang dia bisa, daripada harus berada di suasana canggung dan memalukan ini. Pasalnya, dia dan Malvin sedang berhadapan dengan Bu Aldy dan Pak Aldy yang tak lain adalah kedua orang tua Malvin. " Jadi, bagaimana Malvin, kamu sudah siap bertanggung jawab atas semua yang telah kamu lakukan? Papi sama Mami tidak pernah mendidikmu untuk jadi seorang pengecut. Dari kecil kamu kami didik untuk selalu menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. " dengan penuh wibawa Pak Aldy berbicara kepada putranya. " Pi, Malvin kan sudah bilang tadi. Malvin tidak melakukan apapun pada dia. Kok disuruh tanggung jawab. Maksud papi tanggung jawab yang seperti apa ?" Aira yang sedari tadi hanya mendengarkan, merasa bingung apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Hingga dia tersadar dari pikiran-pikiran nya saat Pak Aldy bertanya padanya. " Aira, kami pastikan Malvin akan bertanggung jawab atas semua yang telah dia lakukan. Kami sudah sepakat akan melamarmu secepatnya. Dan kami pastikan Malvin akan segera menikah denganmu. Jadi Aira tidak perlu khawatir. Om tidak akan membiarkan Malvin lari dari tanggung jawab nya. " Rentetan kalimat yang baru diucapkan papinya Malvin membuat Aira tambah bingung. " Aira sayang, tante dan Om ingin bicara dengan kedua orang tuamu untuk membahas masalah ini. Bisakah Aira menelpon atau mungkin video call saja dengan papa dan mama Aira. sekalian Om dan tante ingin berkenalan dengan mereka. " Mami Malvin ikutan bicara, yang langsung diprotes oleh sang tersangka. Siapa lagi kalau bukan Malvin. "Mami, Papi.... kalian ini kenapa? siapa juga yang mau menikah. Bentuk tanggung jawab kan tidak harus dengan menikah . Kalian tidak bisa memutuskan secara sepihak ." Malvin masih berusaha memprotes keputusan yang telah diambil oleh Pak Aldy. " Eh anak nakal. Mami nggak pernah ya ngajarin buat jadi laki-laki pengecut. Ini sudah merusak masa depan anak gadis orang, main lepas tangan. Pokoknya mami sama papi sudah sepakat buat meniahkan kamu sama Aira. Titik dan tidak ada bantahan ." "Lagian Malvin kan sudah bilang kalau Malvin nggak ngapa-ngapain dia. Kenapa Mami ngotot Malvin harus menikahi Aira. Tanya saja sama Aira. Semalam kita memang mabuk, tapi sama sekali tidak melakukan hal apapun. " " Mami tidak percaya. Tadi, mami lihat sendiri kau memeluk Aira Yang hanya menggunakan pakaian dalam saja. " Bu Aldy masih ngotot dan tak mau kalah berdebat dengan Malvin. Muka Aira memerah mendengar perdebatan anak dan ibu di depan nya. Apalagi yang dibahas adalah dirinya yang kepergok tadi pagi. " Sudah-sudah, kalian ini kenapa jadi ribut sendiri. Malvin...! papi sudah memutuskan bahwa kamu harus menikahi Aira. Dan Aira, apapun yang sudah Malvin lakukan tolong di maafkan. Kami sudah tidak tahu lagi harus berkata apa. Sebagai orangtua, Om dan tante sangat malu melihat anak laki-laki satu- satunya sudah berbuat hal yang tidak sepantasnya. Jadi, Om mohon tolong terima permintaan maaf kami dengan menerima keputusan ini. Om harap Aira tidak keberatan untuk menerima lamaran kami. Dan tolong hubungi orang tua Aira karena kita harus segera membicarakan mengenai hal ini. " Begitulah penuturan Pak Aldy yang justru membuat Aira semakin tak mengerti. Dia dipaksa harus menikah dengan laki-laki yang baru ditemuinya tadi malam. Bahkan namanya pun baru beberapa menit yang lalu dia ketahui. Jujur Aira sangat bingung harus berkata apa. Tidak sedikitpun terlintas di benaknya tiba-tiba dia dilamar oleh orangtua Malvin. Lelaki yang tadi malam dia muntahi. Lelaki bernama Malvin yang tidak Aira pungkiri ketampanan nya di atas rata-rata orang Indonesia. Dengan tubuh yang tegap berotot, hidung mancung, bibir yang seksi. Pasti banyak perempuan yang tertarik pada lelaki tersebut. Ah, kenapa pikiran nya jadi berkelana membayangkan lelaki tampan yang duduk di hadapan nya ini. Aira terpikir sesuatu mengenai papi nya Malvin yang memintanya untuk menghubungi ayah dan bunda nya. Dan seperti baru tersadar Aira ingat jika handphone nya ada di dalam tas dan tas tersebut dia tinggal kan di club. ******** Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD