Di hapus dari kartu keluarga

1981 Words
Yang Rou We memasang wajah datarnya ketika dia dengan terpaksa menemui tamu milik ayahnya, ada seorang pemuda dan kedua orangtuanya, Yang Rou We tidak mengenal mereka namun Yang Rou We bisa menembak dari bagaimana mereka memperhatikan Yang Rou We, Yang Rou We tidak akan menunjukkan senyuman palsu karena hanya ayahnya memintanya untuk menemui tamu ayah Yang Rou We. "Dia begitu cantik," kata seorang wanita yang duduk di samping pemuda itu. Ini adalah kali pertamanya Yang Rou We di dalam hidupnya tidak suka di puji karena memiliki wajah yang cantik, itu karena pujian itu bukan dari orang yang di harapkan oleh Yang Rou We, Yang Rou We ingin sekali mengacak-acak rambutnya dan melihat reaksi apa yang akan di berikan orang-orang ini, apakah mereka masih menganggapnya cantik atau menganggap Yang Rou We terkena gangguan mental. Yang Rou We membuang muka ke arah aquarium yang berada tidak jauh darinya, ikan-ikan yang berenang di sana lebih menarik daripada obrolan mereka. Ikan berwarna-warni menghiasai aquarium kecil di ruang tamu itu, menari-nari dengan siripnya yang menjuntai, dan ada satu pasang yang nampaknya sedang beradu kasih yang membuat Yang Rou We iri karena mereka bebas melakukan apapun yang mereka inginkan tanpa ada tekanan dari sekeliling mereka. Yang Rou We menoleh dari aquarium yang sudah menyita perhatiannya karena dia merasa ada sebuah tangan yang menyentuhnya dengan lembut dan itu milik ibunya, ibunya memintanya untuk bersikap sopan, karena ada tamu dan tamu itu sekarang sedang memperhatikan dirinya. Membuang napas melalui mulutnya akhirnya Yang Rou We kembali menghadap ke depan, namun dia tidak tahan menghadapi tatapan dari pemuda yang ada di depannya, dia dengan terang-terangan begitu menunjukkan ketertarikannya pada Yang Rou We. Pemuda didepannya ini Yang Rou We tidak mengenalnya namun wajahnya cukup pasaran yang membuat Yang Rou We takut salah mengingat karena nampaknya ini bukan kali pertama pertemuan mereka. Namun Yang Rou We tidak memikirkan lagi tentang orang-orang yang ada di depannya yang ada di pikiran Yang Rou We jika dia harus mencari cara untuk keluar dari zona tidak nyaman ini. "Maaf semuanya, saya akan ke belakang sebentar," Yang Rou We memang benar pergi ke kamar mandi di dekat dapur, namun dia tidak melakukan apapun di sana, dia hanya duduk di atas kloset hanya untuk menghabiskan waktu, Yang Rou We berharap jika tamu-tamu itu segera pergi dan Yang Rou We tidak harus menemui mereka lagi, Yang paling membosankan Yang Rou We lupa tidak membawa serta ponselnya, dan itu membuat Yang Rou We di landa kebosanan berada di dalam kamar mandi. Mungkin ada 30 menit Yang Rou We berada di dalam kamar mandi dan sebuah ketukan dia dengar beberapa kali. "Rou We, kenapa lama sekali di dalam kamar mandi," suara ibunya terdengar dari balik pintu. "Apakah mereka sudah pulang?" tanya Yang Rou We dari dalam. "Belum, mereka masih ingin menunggumu." "Sepertinya aku tidak akan menemui mereka lagi ibu." "Kenapa?" "Perutku sakit." "Rou We, alasanmu itu tidak akan mempan pada ibu," Ibu Yang Rou We juga pernah muda jadi alasan konyol dan sudah ketinggalan jaman itu tidak akan mempan lagi di gunakan di tahun yang sudah milenial ini. Yang Rou We membuka kamar mandi dan melihat ibunya sedang menunggunya di depan kamar mandi. Dengan tatapan mengintrogasi, seperti Yang Rou We sedang tertangkap basah. "Siapa bilang jika ini alasan untuk ibu, katakan pada mereka apa saja yang terpenting aku tidak akan menemui mereka lagi." "Rou We, apakah ibu mengajari kamu seperti ini, tolong hormati tamu." "Aku tidak lupa apa yang di ajarkan ibu padaku, tapi juga tolong jaga perasaanku, jika ibu tetap memaksa aku menemui mereka lagi aku tidak menjamin jika aku tidak akan berulah dan membuat keributan dan tentunya itu tidak di harapkan oleh ayah dan ibu. Karena aku hanya akan membuat malu ayah dan ibu di depan tamu-tamu itu." Setelah mengatakan hal itu Yang Rou We kembali ke kamarnya, meninggalkan ibunya yang harus membuat alasan karena gagal membawa Yang Rou We kembali bertemu tamu suaminya. Pertengkaran tidak lagi bisa di hindari saat setelah tamu-tamu ayah Yang Rou We pulang, bahkan Yang Rou We sudah siap akan hal itu, dia tidak rebahan di kamarnya dia naik ke kamar hanya untuk mengambil ponselnya setelah itu dia kembali lagi turun ke bawah menunggu ayahnya di ruang tengah. Mempersiapkan diri menunggu ayahnya menumpahkan kekecewaan dan rasa marahnya pada Yang Rou We. "Kamu banyak berubah setelah kenal pemuda itu," kata ayah Yang Rou We berdiri di samping tv yg sedang di tonton oleh Yang Rou We. Yang Rou We mengalihkan pandangannya dari tv ke arah ayahnya, melihat amarah di mata ayahnya, namun Yang Rou We menolak berkomentar dia kemudian kembali pada posisinya semula. Melihat acara televisi yang sebenarnya sama sekali tidak ada menarik di mata Yang Rou We. "Aku selalu mengajarimu hal yang baik, menghormati orang tua ketika bicara, bersikap baik pada tamu, apakah karena kamu sudah merasa dewasa jadi kamu melupakan semuanya?" "Ayah, aku bercermin padamu. Ayah yang pertama mengingkari janji ayah sendiri, ayah yang membuat syarat namun ayah sendiri yang mengingkarinya, apakah aku tidak bisa melakukan kesalahan juga?" "Kamu sudah berani dengan orang tuamu Rou We?" "Tidak ayah, aku tidak berani, tapi jika ayah sudah mengecewakan aku apakah aku boleh sedikit membangkang?" Ruangan ini mengalami kenaikan suhu yang membuat ibu rumah tangga ini angkat bicara, "Rou We, sudahlah jangan membuat ayahmu marah lagi, pertengkaran ini tidak akan membuahkan hasil apapun," kata ibu Yang Rou We, dia duduk di samping putrinya sambil mencoba menenangkan Yang Rou We yang nampaknya sedang menahan amarahnya juga. "Ibu, tolong katakan pada ayah juga, bahwa aku juga punya perasaan, bukan hanya orang tua saja yang bisa kecewa, aku juga saat kecewa dengan ayah, di mana lagi aku harus mencari seorang yang seperti Hanan? Namun dalam versi yang seiman. Aku sangat mencintainya dia juga sangat mencintaiku, dia rela keluar dari rumah, di benci orang tuannya bahkan Hanan terancam tidak bisa bekerja lagi sebagai dokter dan semua dia lakukan hanya untuk aku, lalu apa balasan yang harus dia di terima, dia di tolak mentah-mentah di buang setelah kehilangan semuanya, apakah ini adil untuk dia? Hanan keluar dari zona nyamannya, melepaskan semua kenyamanan yang dia punya hanya berharap bisa memulai semuanya dari awal denganku, dan apa yang aku berikan? jangankan memulainya Hanan tidak pernah di bukakan pintu di rumah ini." Tangis Yang Rou We pecah dan ibunya memeluknya erat, ibunya juga ingin menangis, dia seorang ibu dan dia tahu bagaimana perasaan putrinya tapi tatapan suaminya membuat wanita itu tidak berkutik, dia tidak bisa melakukan apapun selain memeluk tubuh putrinya yang sedang terisak. "Kamu boleh kecewa pada ayah, tapi kamu tidak boleh lupa Jia ayah adalah orang yang berjasa di dalam hidupmu, hanya karena pemuda itu kamu mulai berani dengan ayah." "Apakah ayah menyesal sudah membesarkan putri pembangkang seperti aku?" Yang Rou We melepaskan pelukannya dari ibunya, ibunya sudah menahan Yang Rou We agar dia tidak meladeni ayahnya yang sedang dalam suasana hati yang buruk. Namun himbauan itu sama sekali tidak di gubris oleh Yang Rou We. Wanita itu di buat pusing oleh kemarahan suami dan putrinya, dan dirinya tidak bisa memilih salah satunya. "Aku akan melupakan kejadian ini, jika kamu kembali menjadi putri yang patuh. Ayah memberikan waktu untukmu untuk bersedih karena berpisah dengan kekasihmu, dan setelah itu kamu harus memulai semuanya dari awal, lupakan Hanan dan mulailah lembaran yang baru dengan Wen Gunawan." Yang Rou We mengerutkan keningnya, siapa Wen Gunawan, namun setelah berpikir sejenak dia ingat jika tamu-tamu yang baru saja pergi itu adalah keluarga Wen, keluarga itu cukup terpandang dan juga memilih hubungan baik dengan ayahnya, karena kerja sama yang mereka lakukan. Dan tentu saja Wen Gunawan adalah pemuda yang sejak datang terus memandangi Yang Rou We. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pemuda itu tapi hanya saja Yang Rou We tidak menyukai bagaimanapun pemuda itu memandangnya. "Keluarga Wen sangat puas dan menyuakiamu," lanjut ayahnya. "Tapi aku tidak," jawab Yang Rou We di dalam hatinya. "Wen Gunawan adalah pewaris tunggal dari keluarga Wen. Dia juga seorang kontraktor muda yang sukses, meski dia tidak setampan Hanan tapi dia juga tidak kalah baik dari Hanan. Dia juga bertanggung jawab." "Sudah ada minusnya," sahut Yang Rou We di dalam hatinya. "Kamu akan di bahagiakan oleh Wen Gunawan karena sesungguhnya dia sudah menaruh hati padamu sejak lama saat pertama kali melihatmu pulang dari Jerman." "Sangat terlambat, bahkan Hanan sudah jatuh cinta padaku ketika kami masih sama-sama masih muda." Yang Rou We terus membalas perkataan ayahnya dalam hatinya, dia mencibir apapun yang di katakan oleh ayahnya tentang pemuda yang akan mencoba menggantikan posisi Hanan di dalam hatinya, dia lebih unggul di mata ayahnya hanya karena dia satu keyakinan dengan keluarga Yang Rou We, jika tidak mungkin Hanan adalah kandidat utama yang tidak akan pernah tergantikan oleh yang lain. Itu mungkin juga sebuah sugesti yang di buat Yang Rou We sendiri, karena dia sudah terlalu menaruh hatinya pada Hanan, dia tidak akan membuka pintu hatinya untuk orang lain dalam bentuk apapun meski pendatang baru itu lebih sempurna dari pada Hanan, namun kembali lagi, standar yang di buat oleh Yang Rou We untuk semua laki-laki yang akan mendekatinya harus yang seperti Hanan, jika tidak. Maaf anda tereliminasi. Jangankan untuk detik ini setelah Hanan dan Yang Rou We yang sudah resmi menjalin hubungan selama 5 tahun. Dulu ketika mereka hanya dekat tanpa kepastian apapun Yang Rou We sanggup hidup sendirian tanpa berkomitmen dengan siapapun, hanya gara-gara dia sudah jatuh cinta pada Hanan dan tidak menemukan sosok yang seperti Yang Rou We inginkan, yaitu seperti Hanan, padahal Hanan saat itu bisa di bilang menyakitkan Yang Rou We, bersikap dingin seakan-akan mereka orang asing yang tidak pernah mengukir kenangan bersama, padahal saat itu Yang Rou We tinggal menunggu detik-detik Hanan akan menyatakan cinta padanya namun malah luka yang harus dia terima. 4 tahun lamanya Yang Rou We bisa menutup pintu hatinya untuk siapapun dan pada akhirnya di ketuk oleh orang sama yang membuat Yang Rou We membuka pintunya lagi pada orang yang pertama kali membuat Yang Rou We jatuh cinta. Apalagi sekarang Hanan sudah membuktikan ketulusan cinta yang dia miliki untuk Yang Rou We, dia rela melakukan segalanya untuk Yang Rou We, dan saat ini waktunya Yang Rou We yang berjuang menunjukkan betapa dia juga sangat mencintai pemuda yang dia cintai saat dia masih mengunakan seragam abu-abu itu. "Lalu apa yang akan terjadi jika aku membangkang?" tanya Yang Rou We dengan wajah datarnya meski matanya masih merah dan bengkak, setelah meluapkan emosi yang dia miliki pada ayahnya dalam pelukan ibunya. "Silahkan pergi dari rumah ini, aku akan mengeluarkan mu dari kartu keluarga. Aku tidak akan sudi melihat anak yang membanggakan dengan orang tua." "Tan Zao Yang." Suara ibunya menggema di ruangan ini, ini adalah kali pertama Yang Rou We mendengar ibunya itu memanggil ayahnya dengan nama lengkapnya dan dengan nada yang sangat tinggi. "Jaga bicaramu," imbuh wanita itu dengan melebarkan kedua matanya pada suaminya. Ibu Yang Rou We juga seorang ibu, dia marah, melotot pada suaminya sendiri. Karena tidak terima dengan apa yang di katakan suaminya. Ibu di belahan bumi ini tidak akan rela melihat anak-anak di sakiti oleh orang lain meski itu suaminya sendiri, meski mereka sering melakukannya sendiri pada anak-anak mereka, mereka memarahi bahkan dengan cubitan juga, tapi itulah seorang ini, dia memarahi anaknya yang nakal tapi tidak akan rela jika anak mereka di marahi oleh orang lain. Selama ini wanita itu masih diam saja karena tidak ingin memperburuk keadaan, tapi setelah mendengar suaminya yang sudah keluar batas taringnya yang tajam keluar, dan menunjukkan seberapa besar berpengaruhnya dirinya di rumah ini. Yang Rou We membalikkan tubuhnya dia menapaki anak tangga kembali ke kamarnya, Yang Rou We tidak ingin mendengar pertengkaran yang di lakukan oleh ayah dan ibunya, ini adalah hal yang langka karena ibunya amat sangat jarang bertengkar apalagi melawan ayahnya jika ini tidak benar-benar buruk, Yang Rou We tidak ingin mendengar dan melihat mereka berdua karena pertengkaran mereka tentu saja itu karena dirinya, dia menutup telinganya seakan tidak ada yang terjadi di rumah ini. Yang Rou We membanting pintu dan melemparkan tubuhnya di kamarnya tanpa gelap gulita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD