"Apa wanita menyebalkan itu akan kembali?" dengan jari telunjuknya, William menyentuh leher Hanna yang sedang menghindari tatapan matanya. Ia, menggerakkan ujung jarinya itu ke arah bawah, menuju tulang selangka adiknya itu hingga ke bagian ceruk yang terdapat di bawah leher Hanna. Hanna menahan napas merasakan usapan itu yang membuat seluruh permukaan kulitnya menggelenyar juga membuat darah yang mengalir di nadinya menjadi berdesir bak ombak menghempas pesisir pantai. "A-ku telah berkata pada Doris untuk tidak lagi meng-gangguku," ucapnya terbata. Setelah itu Hanna memejamkan matanya sembari menggigit bibirnya. Napasnya sudah mulai terasa sesak, kondisi jantungnya bahkan jauh lebih buruk. Bergemuruh bak guntur di tengah hujan lebat. "Cukup!" akhirnya ia menangkap jari telunjuk Willia

