Keegoisannya menjadi bumerang yang tidak bisa ia hindari, dan menghantam tajam ke arah Nila. Kata- kata beruntun Aditya seperti dakwaan dosa yang ia lakukan dan harus ia pertanggungjawaban. Tidak ada jalan menyangkal karena semuanya sudah jelas. Nila menunduk dan menggigit bibirnya. Sedangkan Aditya masih betah dengan menghakimi Nila. " Yang terburuk, kamu sudah diberi tahu kalau Angel bisa kehilangan hidupnya sewaktu- waktu, dia memohon agar kita menerimanya. Astaga, kamu benar - benar kejam Nila. Ternyata kelembutan mu dulu itu palsu." Nila tidak mau diam tanpa membela diri. Sungguh pengecut menyalahkan dirinya, padahal Aditya yang memulai semuanya. "Aku sudah bilang kalau tidak ingin anakku minder jika ibunya adalah wanita kedua. Aku sudah menjelaskannya padamu,'' Nila masih ingin m

