Kecurigaan Putri kecilku

2180 Words
Bab2 Tok ... tok ... tok! ketukan pintu kamar mengejutkan aku dari lamunan panjang. "Bunda ... bunda!" Suara kakak Nisa dan adek Kamal memanggilku, buru-buru ku sapu air mata dan sedikit memakai bedak juga lipstik agar mukaku tidak terlihat kusut di depan mereka, aku nggak mau anak-anak melihatku seperti ini, setelah memakai jilbab aku membuka pintu kamar. "Hai ... anak-anak bunda yang soleh dan solehah sudah pulang dari ngaji ya?" aku menyambut uluran tangan mereka dan mereka mencium tangan serta memelukku, kebiasaan yang selalu di lakukan anak-anak setiap pulang sekolah atau ngaji pasti seperti itu, seolah mereka baru pergi jauh dan lama tidak berjumpa dengan bundanya, seperti biasa juga membalas pelukan dan mencium kening mereka satu persatu. "Tumben bunda berkurung di kamar apa bunda sakit?" tanya Nisa menyelidik. "Oh iya bunda Tante yang di ruang tamu itu siapa? Kakak Nisa nggak suka deh sama Tante itu!" ucap gadis kecilku yang berumur 10 tahun cemberut. "Iya Adek Kamal juga nggak suka deh" Ucap jagoan tampan yang berumur 7 tahun menimpali. "Stttt ... kalian nggak boleh begitu! tante itu namanya tante Farah dan beliau adalah teman ayah kalau teman ayah berarti tante Farah juga teman kalian juga kan?." Jawabku demi kebaikan dan mencoba membohongi keadaan sebenarnya. "Kakak nggak mau berteman dengan tante Farah bund!." Nisa bicara sambil mencebik, raut kebencian terpancar jelas di wajahnya. "Iya Adek juga." Kamal menimpali sambil me naruh tangannya di depan d**a dan memonyongkan mulutnya sepanjang 3cm, ku usap kepala mereka dengan sayang, meskipun hati masih di selimuti rasa kesal, namun saat melihat tingkah mereka sukses membuat aku tersenyum. "Ya sudah kalau kalian tidak mau berteman, tapi kalian harus menghormati setiap tamu yang datang di rumah kita okey? kan kalian tahu kalau satu tamu yang datang ke rumah kita itu membawa 2 malaikat keberkahan." Kutatap mata anak-anak, entahlah sikapku benar atau salah, sebab menyuruh mereka mau berdamai dengan istri baru papanya. "Iya bunda tapi kakak nggak janji deh." "Adek juga nggak janji" Jawab mereka sepakat, entah apa yang tadi terjadi antara mereka dengan Farah sehingga mereka bersikap seperti itu, padahal biasanya kalau ada tamu mereka nggak seperti ini, mungkinkah Nisa dan Kamal ada filling bahwa sebenarnya Farah itu istri kedua dari ayahnya?, ah sudahlah aku nggak mau berfikir secara jauh. "Bunda ... kenapa bunda merenung dan nampak sedih! apa bunda ada masalah dengan ayah dan tente itu!" ucap Nisa menyelidik. aku menghela nafas menatap satu persatu wajah anak-anak ku lalu membawa mereka kedalam pelukan, saat aku memeluk mereka aku mendapat kekuatan baru, ya! aku harus kuat dan sanggup menghadapi apapun yang akan terjadi nanti, demi anak-anak akan aku rebut kembali suamiku dari Farah. "Bunda sayaaaaang banget sama kalian nak?" Sambil mengurai pelukan dan mencubit pipi mereka satu persatu. "Kakak juga sayaaaaang banget sama bunda" jawab Nisa kembali memelukku. "Adek juga!" Seperti biasa Kamal si jagoan kecil mengikuti apa yang kakaknya lakukan. setelah mereka melepaskan pelukan aku mengajak mereka keluar kamar sambil melirik ke ruang tamu menatap dua insan yang sedang bercanda dengan mesra dasar m***m tega sekali kamu bermesraan dengan wanita lain di depan anak-anak mu yah! batinku menggerutu. Lalu aku menyuruh anak-anak masuk ke kamar untuk ganti baju, biasanya sepulang dari ngaji aku akan mengecek buku prestasi mereka tapi karena hari ini pikiran benar-benar sedang kacau aku sampai lupa melakukannya. Akhirnya ku putuskan mengikuti anak-anak masuk ke kamar berniat untuk mengecek buku prestasi mereka, sebelum membuka pintu aku mendengar anak-anak sedang ngobrol dengan serius akhirnya kuberhenti di depan pintu untuk menguping obrolan mereka. "Dek kakak curiga deh!" Bisik Nisa kepada adiknya. "Curiga apa kak!" jawab Kamal penasaran. "Kayak nya Tante Farah itu pacar ayah deh!." "Pacar? pacar itu apa sih adek nggak tahu kak!" Jawab kamal dengan kata lugunya. "Aduh kamu ini! pacar itu teman dekat deeeek!" Jawab Nisa dengan suara kesal. "Ya kan tadi bunda bilang kalau Tante Farah itu teman ayah, itu artinya mereka berteman bukan pacar!" Jawab kamal membela dirinya. "Aduh Kamal! bukan itu maksud kakak" "Jadi apa?" Hatiku terasa nyeri sebab anak gadisku sudah mulai faham dengan sebuah kedekatan, hampir saja airmata ini terjatuh namun buru-buru aku hapus, mencoba menarik nafas panjang dan segera mengetuk pintu kamar mereka lalu masuk. "Anak-anak bunda yang cantik dan ganteng lagi ngobrolin apa sih!" Tanyaku pura-pura tidak mendengar apa yang mereka katakan. Aku menatap Nisa yang sedang menunduk sedih. "Kenapa kakak nampak sedih? pasti gara-gara tadi ngajinya nggak lanjut kan?" aku menjeda kalimat sebab melihat raut muka Nisa yang sedang kurang bersahabat, akhirnya ku dekati Kamal, jagoan kecil yang sedang menaruh tas di gantungan. "Adek sini? bunda tengok buku prestasi adek, kira-kira tadi ngajinya lanjut apa ulang ya?" aku pura-pura berfikir sambil mengerucutkan bibir dan menaruh tangan di daguku. "Adek lanjut lah bunda! lihat ini, dan tadi hafalan adek juga lanjut ustadzah juga ngasih bintang, lihat tangan adek dua-duanya dapat bintang kan bund!" jawab anakku semangat. "Waaaah anak bunda yang soleh ini memang benar-benar pintar dan cerdas deh!" ucapku sambil melihat gambar bintang di tangan Kamal. "Waaah ini bintangnya juga bintang tertawa aduuuuh selamat ya dek! nanti malam kita murojaah dan baca ulang lagi iqro nya ya biar besok adek bisa dapat bintang ketawa lagi!" Aku melirik Nisa yang masih juga cemberut. "Kakak Nisa tadi lanjut atau ulang?" "Lanjut!" jawab Nisa ketus "Tapi kok wajahnya sedih gitu atau jangan-jangan hafalan kakak yang di ulang ya sama ustadzah?" selidik ku mencoba mencairkan suasana hati anak perempuan ku agar dia nggak sedih lagi. "Hafalannya juga lanjut!" Jawab Nisa masih dengan suara ketusnya. Aku pura-pura mengecek buku prestasi baca dan tahfidz milik Nisa sambil berfikir bagaimana nanti akan menjelaskan semua kepada Nisa, sebab Sekarang saja dia sudah bisa menilai keadaan. "Bund...?" Ucap Nisa lirih sambil mendekati aku yang masih pura-pura sibuk membaca buku prestasinya, jantungku berdegup kencang, entah kenapa perasaan takut tiba-tiba meremas sanubari ku. "Iya ...?" jawabku sambil masih tetap pura-pura menunduk padahal jantung ini sudah berdegup kencang menunggu pertanyaan Nisa yang pasti dia akan bertanya tentang Farah. "Ayahnya Fadilla itu selingkuh loh bund, dan sekarang bundanya Fadilla sedang mengurus perceraian!" Deg bener-bener aku nggak menyangka mendengar apa yang Nisa katakan. Astaghfirullah hal adzim ... partanyaan apa ini ya Allah!. "Kakak tahu dari mana?" jawabku sambil terus pura-pura sibuk mengecek buku prestasi. "Dari Fadilla lah bunda! kan Nisa teman curhat nya Fadilla" Aku menarik nafas yang tiba-tiba sangat berat, menatap wajah cantik Nisa matanya, hidungnya, bibirnya kulitnya adalah foto copy dari papanya yaitu mas Arga. Aku berjongkok di depan gadis kecilku, mencoba meredam kekhawatiran sambil menaruh kedua tanganku di pundak nya. "Kasihan Fadilla, tapi kakak Nisa jangan terlalu memikirkan masalah Fadilla ya? tugas kakak mikir pelajaran ngaji dan sekolah saja, bunda nggak mau lho gara-gara curhatan Fadilla nanti kakak jadi nggak fokus belajar". "Bun ...!" "Iya ...." "Ayah sama tante Farah nggak pacaran kan?" Jawabnya sambil menatap mataku seolah mencari kejujuran disana. "Enggak ayah dan tente Farah cuma berteman mereka itu dulu teman satu kantor, jadi wajar dong kalau Tante Farah main kesini." Jawabku bohong, padahal sesungguhnya aku benar-benar tidak tahu siapa Farah yang sebenarnya. "Tapi menurut Kakak tante Farah dan ayah itu pacaran loh bund, dan Nisa nggak suka kalau ayah punya pacar." Aku terdiam berfikir secepat inikah anak-anak jaman sekarang menjadi dewasa, Ya Allah apa yang harus aku lakukan. Rasanya sesak sekali d**a ini aku rasakan, ingin teriak tapi tak bisa mataku juga sudah nggak kuat menampung air yang akan segera meluncur ke pipiku, untuk menghindari bertambahnya rasa curiga dalam diri putri kecilku, aku segera menyudahi obrolan kami. "Kakak Adek, bunda kedapur dulu ya mau masak! jangan lupa ganti baju dan ingat jangan berantem okey?" "Baik bunda..." Jawab mereka serempak. Setelah itu aku menuju ke dapur, karena merasa sudah nggak kuat menahan sesak di d**a aku buru-buru masuk ke kamar mandi, kunyalakan shower dengan kuat dan berteriak di bawah guyuran air, aku menangis sambil menepuk-nepuk d**a yang nyeri sungguh aku nggak menyangka suami yang tercinta dengan sepenuh hati dan yang aku hormati suami yang selama ini menjadi kiblat buat tempat ku bersandar tiba-tiba datang membawa wanita yang sudah di nikahi selama dua tahun. Bodohkah aku atau terlalu poloskah aku hingga aku tidak mengetahui pernikahan yang mas Arga sembunyikan selama ini. Sungguh rasanya sakit sekali apabila sebuah kepercayaan telah terkhianati, rasanya nyeri sekali saat cinta harus di dustai. Setelah puas menangis aku keluar dari kamar mandi untuk mengganti baju, saat aku akan masuk ke kamar aku masih melihat suamiku sedang bersenda gurau dengan istri barunya. Lalu masuk ke kamar dengan terburu-buru, ingin segera ganti baju dan ikut nimbrung dengan mereka. "Belum cukupkah kalian memadu kasih di rumahku!" Ku bentak mereka tanpa rasa takut dan gamam. "Bunda! jaga mulutmu!" baru sekali ini seumur pernikahan mas Arga membentakku, demi membela istri barunya itu. "Ayah yang harus menjaga kelakuan ayah bunda tidak bisa menjaga mulut karena sikap ayah yang keterlaluan." Ucapku histeris. Plak !!! ... Mas Arga menamparku, mataku membulat sempurna, air mata langsung mengalir di kedua pipiku, benarkah dia menampar demi wanita itu. Aku tatap Farah yang menatapku dengan senyum mengejek penuh kemenangan, sakit dan pedih akibat tamparan mas Arga tidak bisa menandingi sakit di hati karena goresan luka karenanya. "Ayah jahat! apa salah bunda pada ayah!" Setelah itu aku berlari masuk ke kamar dan mas Arga mengikuti ku. Setelah kami sampai di kamar mas Arga mendorong tubuhku hingga aku terjerembab di pembaringan, tidak cukup sampai di situ mas Arga menindih tubuh sambil mencengkeram bahuku. "Kamu harus tahu Ningrum! bahwa wanita yang aku cintai di dunia ini bukan kamu! tapi dia yang sekarang ada di ruang tamu rumah kita, dan kamu! kalau kamu bersikap kurang ajar lagi aku tidak akan segan-segan menceraikanmu." Setelah puas mas Arga mengancam dia pergi keluar kamar, dan kudengar mereka meninggalkan rumah sebab aku mendengar suara mobil mas Arga keluar dari garasi. Sakit ... ini sangat sakit, sungguh aku tak menyangka di usia pernikahan yang ke 12 tahun cobaan berat menyapa rumah tangga kami. Aku pikir mas Arga sudah bisa mencintai ku, ku pikir nggak ada wanita lain selain diriku dalam hidup mas Arga meskipun aku tahu pernikahan ini atas dasar perjodohan, meskipun aku tahu susah payah mas Arga belajar mencintaiku. Aku pikir selama 12 tahun aku mengabdi akan berbuah manis tapi nyatanya?. Tidak ... aku tidak boleh lemah, aku harus kuat dan tetap mempertahankan rumah tangga ini demi Nisa dan Kamal aku akan mencoba menerima Farah sebagai maduku. Jam di dinding sudah menunjukan ke angka enam pas, sudah waktunya adzan Maghrib namun aku belum masak apa-apa untuk makan malam, lalu aku membuka hp untuk membeli makanan siap saji melalui aplikasi, sebab kalau aku memaksakan diri untuk memasak aku takut jam makan malam akan mundur dan kasihan anak-anak, jangan sampai mereka menahan lapar gara-gara menunggu aku masak buat makan malam. Setelah kami selesai sholat Maghrib dan makan malam, seperti biasa aku memurojaah hafalan mereka. Rasanya adem dan menenangkan mendengar ayat demi ayat yang mereka lafadz kan, aku menatap kedua malaikat di depanku ini, mereka tumbuh sehat cerdas dan memiliki paras yang rupawan. Aku tersenyum seandainya tidak ada Farah didalam rumah tangga kami, akan ku sebut rumahku adalah syurgaku tapi sayang Farah datang dan menghancurkan syurga yang dengan susah payah aku bangun selama ini. Sampai adzan isya murojaah baru selesai, dan kamipun sholat isya bersama-sama. "Bunda?" tanya Nisa masih di atas sajadah. "Ya sayang?" Jawabku sambil melipat mukenah. "Ayah mana?" Tanyanya penuh selidik. "Ayah ... ayah tadi pamit keluar sebentar untuk nemenin Tante Farah" "oowh" hanya itu jawaban dari Nisa. "Bunda ... Nisa benci ayah!" "Lho ... kenapa?" jawabku pura-pura nggak tahu. "Memang bunda nggak cemburu sama Tante Farah!" "Cemburu? kenapa bunda harus cemburu!" "Tapi Nisa cemburu bund!" ku rengkuh Nisa dalam pelukan, ya Allah apa yang harus hamba lakukan dan katakan kepada putri kecil hamba yang sudah Faham dengan ini semua. "Kenapa kakak cemburu sama Tante Farah!" tanyaku masih memeluk Nisa. "Hati Nisa bilang tante Farah itu akan mengambil ayah dari kita bund" Nisa menjawab dengan mendongokkan kepalanya sambil menatapku, kulihat ada air mata menggantung disana. "Sttt ... itu tidak akan terjadi sayang! dan bunda tak akan membiarkan tante Farah mengambil cinta ayah untuk kalian sudah jangan berfikir yang macam-macam berdoa saja semoga apa yang Kakak hafatirkan tidak akan terjadi, sudah malam sebaiknya kalian tidur ya!" Nisa tidak menjawab lalu dia melipat mukenah nya dan naik ke atas pembaringan. Setelah aku menyelimuti anak-anak aku keluar dari kamar mereka, seperti biasa Kamal tidur di ranjang atas dan Nisa tidur di ranjang bawah, sebab tempat tidur mereka bertingkat. Setelah memastikan mereka tidur aku juga memutuskan untuk tidur sebab bukan badan saja yang hari ini benar-benar capek, namun pikiran ini juga sangat lelah. Sampai dikamar aku langsung tidur di pembaringan, mataku menatap foto pernikahan kami yang terpajang di dinding, aku baru sadar setelah kuwperhatikan raut wajah kami di dalam foto itu mensiratkan ketidak bahagaiaan, kalau aku di dalam foto masih bisa tersenyum dengan bahagia, namun saat aku perhatikan senyum mas Arga benar-benar seperti di paksakan, tapi kenapa aku baru menyadari keganjilan foto ini setelah sekian puluh tahun kami menikah. "Ayah ...." aku bicara pada foto itu, benarkah ayah tidak pernah bahagia bersama bunda? apakah waktu 12 tahun itu belum cukup untuk ayah menilai kadar cinta dan kesetiaan bunda!." aku turun dari ranjang dan menatap foto kami dari jarak lebih dekat, kubelai wajah tampan mas Arga, seandainya mas Arga tahu bahwa dia adalah cinta pertama dan terakhirku, mungkinkah dia masih akan tetap menghianati ku?. Kembali ku belai wajah mas Arga dalam foto setelah itu aku kembali ke tempat tidur dan berusaha memejamkan mata agar sedikit hilang beban ini, semoga esok aku terbangun dalam keadaan bahagia dan mendapatkan petunjuk jalan apa yang harus aku tempuh untuk mempertahankan rumah tangga ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD