Author’s Point of View
Karena keinginannnya untuk memecahkan pesan di dalam cryptex itu Sam tidak menggunakan waktu tidurnya malam ini. Padahal hari ini adalah hari Senin, dimana biasanya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan atau sebutan lainnya adalah working day. Semangat para pekerja juga lebih memanas pada hari ini. Sam juga biasanya seperti itu. tapi tidak untuk hari ini. Ia keluar dari kamarnya dengan katntung mata yang tebal dan berwarna gelap. Mulutnya juga tidak berhenti untuk menguap karena kekorangan oksigen setelah begadang tadi malam.
Berbeda dengan senin pagi Sitma yang penuh semangat. Setelah menerima banyak pelajaran dari Zlo, Sitma lebih percaya diri dalam menjalankan tugas barunya. Tak lupa ia selalu bersyukur atas apa yang ia dapatkan tiap hari. Tak pernah ia bayangkan, dari seorang tahanan, kini dirinya bekerja pada tim inti misi ini. Selain itu Sitma juga sangat bersyukur karena sekarang dirinya memiliki sesorang yang mau menjadi temannya, yaitu Kare, Sam, dan Zlo. Walaupun Kare dengan sifatnya yang kaku dan Sam yang masih belum pasti statusnya diantara teman atau lebih dari itu. Ini juga hari pertama bagi Sitma untuk langsung bekerja bersama tim inti karena sebelumnya ia harus melakukan pekerjaan divisi lain secara rotasi untuk mengenal sistem kerja yang ada.
Terakhir, senin pagi Kare. Kare keluar kamarnya dengan semangat dan penampilan baru. Ia tidak lagi terlihat sedih dan mengurung diri. Entah itu karena tuntutan profesionalitas atau ia benar benar sudah dapat menyelesaikan konflik batinnya. Hari ini semua mata tertuju pada Kare, penampilan barunya itu menghipnotis banyak mata. Rambut pendek di bawah telinga dengan tubung yang jenjang membuatnya terlihat sangat tinggi sepeti super model. Entah siapa yang harus dipuji antara rambut Kare atau tangan Sitma yang terampil.
Karena terlalu banyak yang memujinya (Kare) sepanjang jalan. Hal ini malah membuat Kare sedikit kesal karena cukup menganggu mobilitasnya.
Tidak terlepas dari pagi mereka bertiga, Sam, Kare, dan Sitma memiliki jadwal yang sama pagi ini. Mereka akan melakukan simulasi kedua pesawat E-7.
“Apa tekanan penahan suhu sudah dipasang?” Sam bertanya pada mekanis pesawat itu, ia bertanya karena yang menyebabkan kegagalan simulasi kemarin adalah tempat aktivasi Lapsoina yang belum sempurna.
“Sudah Sam, kami juga sudah melakukan test simulasi suhu dan tekanan sebelum itu.” Jawab Victor.
“Baiklah, ayo kita mulai” Sam menaiki simulator itu, menggunakan helm, duduk di bagian kemudi dan memasang seat beltnya.
Kare dari luar memberikan acungan jempolnya dari balik kaca tebal, hal itu artinya ia menanyakan apakah Sam sudah siap atau belum. Sam membalasnya dengan acungan jempol juga. Artinya Sam sudah siap untuk itu. Kare memberikan aba-aba pada Sitma untuk menyalakan simulator dengan mengatakan,
“Ia sudah siap”
Ini merupakan debut pertama mereka bertiga sebagai tim. Sam dan Kare memang sudah terbiasa bertiga, tapi dengan partner yang berbeda yaitu Zlo.
Sitma menyalakan simulator itu.
Sam mencoba memutara tombol merah di depannya, tombol itu mengatur tekanan pesawat.
“Tekanan baik” Laporan Sam yang ia beritahu melalui clip yang tertempel di dekat bibirnya
Mereka menaikkan suhu dalam simulator itu hingga 50 derajat celcius.
“Sam apa kau merasa panas?” Tanya Kare
“Tidak”
“Sam coba nyalakan aktivasi Lapsoina” Perintah Kare
Sam menyalakan tombil aktivasi Lapsoina. Sejujurnya ia sedikit gugup karena kegagalan kemarin. Tapi kepercayaanya terhada seluruh tim pada misi ini membuatnya tetap melakukan itu. setelah tombol itu dipencet, proses aktivasi berlangsung. Sam harus menunggu hingga prosesnya mencapai 100 persen. Memang pada persen persen terakhir sebelum mencapai angka seratus, pesawat sedikit berguncang. Hal tersebut sedikit membuat panik Sam datang kembali. Bukan hanya Sam, semua orang yang menyaksikan proses simulasi itu juga terlihat cukup tegang. Mereka tidak punya waktu yang banyak untuk merubahnya lagi jika ini gagal. Beberapa orang terlihat memangku dagunya, sisanya pelipisnya berkeringat bahkan di dalam ruangan yang menggunakan pendingin.
“91 persen dan masih belum ada indikasi kegagalan” Sam tetap melaporkannya.
Semakin besar persentasinya semakin kuat guncangannya
“95 persen aman, tapi aku sedikit berguncang”
Semua mulai panik menunggu 95 menjadi 100.
“100 persen guncangannya berhenti. Kita berhasil”
Laporan terakhir Sam itu membuat semua orang senang dan yang terlihat paling senang tentu tim teknisi pesawat. Mereka saling bepelukan dan menangis haru karena kerja keras mereka akhirnya berbuah manis.
Setelah simulasi itu selesai dan berhasil, semua orang meninggalkan ruangan simulator dan kembali pada urusan dan pekerjaanya masing masing.
Sam yang berada di dalam kaca sendirian itu akhirnya keluar. Sam keluar sambil sibuk membuka helm dan pakaian khususnya hingga tidak sadar kalau Sitma sudah berlari ke arahnya. Sitma memeluk Sam bahagia dan mengucapkan Selamat untuk pesawat yang akhirnya selesai. Kare menyusul di belakang Sitma dan ikut memberikan selamat pada Sam.
“Kalian seharusnya lebih berterimakasih pada tim teknisi pesawat. Karena mereka yang selama ini sudah membuat pesawat E-7 dengan sempurna”
“Aku sudah melakukannya” Kare tanggap menjawabnya.
Sam dan Sitma hanya tertawa mendengar jawaban Kare yang terlihat sangat serius.
“Oh ya Sam, karena kau masih menjabat menjadi kapten dalam misi ini, dan masalah pembuatan pesawat sudah selesai, sekarang saatnya kau memimpin penuh misi ini.” Ucap Kare.
“Astaga, bahkan aku lupa jika aku kapten di misi ini.”
“Ya, karena masa persiapan sudah selesai, kau resmi menjadi kapten pada misi ini.”
Sam hanya mengangguk, ia mengerti apa maksud Kare, tapi ia belum mengerti apa yang harus ia lakukan setelah menjadi kapten.
Hari senin itu terasa sangat cepat, malam datang tanpa memberi tahu siapapun. Lelah yang dirasakan Sam hampir membuatnya terbunuh saat itu juga, itu semua karena rencananya untuk istirahat pada saat siang hari digagalkan oleh orang-orang yang mengucapkan selamat pada dirinya dan timnya para teknisi pesawat. Tulang tulang di tubuhnya seperti sudah tidak terhubungan dengan sendi, nafasnya juga semakin panas, sepertinya ia akan sakit.
Mengetahui tubuhnya yang sudah kesakitan, Sam membuka kulkas di kamarnya untuk menemukan satu obat paling berpengaruh untuk dirinya. Ini dia, s**u segar. Sayangnya s**u segar dari keluarga Orlan yang kemarin diberikan oleh Clara sudah habis seminggu setelah mereka sampai di Disep. Biasanya cukup dengan meminum segelas s**u dan istirahat yang cukup dapat membuat Sam sehat dengan sendirinya.
Setelah meminum s**u dan membersihkan tubuhnya, Sam berbaring di atas kasurnya. Memandangi langit-langit kamar sebelum matanya terpejam sepenuhnya. Menatap langit langit kamar membuatnya teringat dengan pesan TIMETRAVELLER00 dari cryptex itu. Apakah orang yang mencuri Hobit merupakan seseorang dari masa depan? Atau masa lalu? Atau mereka akan menjelajahi waktu dengan Hobit? Atau Hobit ternyata seekor anjing dari pararel yang berbeda? Ini benar benar membuat Sam tambah pusing.
Sam akhirnya tertidur setelah menutup matanya selama setengah jam agar bisa tertidur. Anehnya mimpi itu datang lagi. Mimpi yang membuat Sam seperti berguncang dan melihat benda sangat terang. Mimpi itu membuat Sam sangat gelisah hingga terbangun. Saat bangun kali ini bukan hanya kehausan karena energi yang terkuras, alat di telinga Sam juga tiba-tiba sakit. Itu adalah alat yang sebelumnya digunakan para pilot XIX Company untuk tetap terhubung dengan asistennya. Jika kalian ingat, alat ini adalah alat yang mengenalkan Sam pada Gips, asisten operatornya.
Sam sengaja tidak melepasnya karena setelah misi ini selesai ia akan kembali bekerja sebagai pilot. Tapi kenapa alat menimbulkan rasa sakit seperti sengatan? Selama beberapa tahun Sam menjadi pilot di XIX Company, ia tidak pernah merasakan ada masalah dengan alat ini.
Karena rasa penasaran, pada pagi harinya Sam menelepon Mr. Ekuador untuk menanyakan hal ini.
Matahari kembali terbit membangunkan seluruh makhluk di bumi kecuali nokturnal. Sam sudah menambahkan jadwalnya hari ini untuk menghubungi Mr. Ekuador perihal chip yang ditanam di belakang telinganya.
“Halo Mr.Ekoador?”
“Hai Sam, ada apa? Tumben sekali meneleponku, besokkan aku kesana Sam.” Mr. Ekuador mengingatkan Sam besok adalah jadwal rutinnya untuk melihat perkembangan misi ini.
“Ini bukan tentang misi itu Mr. Ekuador.”
“Lalu?”
“Ini tentang chip pilot XIX Company. Aku tidak tahu kenapa tadi pagi chip itu terasa sedikit menyetrum” Sam mecoba menjelaskan.
“Set.. Setruman?” Entah antara bingung atau panik yang dirasakan Mr. Ekuador jika dilihat dari tanggapannya.
“Iya, Aku yakin setruman itu dari alat ini.”
“Oh itu, aku baru mengingatnya sekarang. Maaf Sam kemarin sedang ada pembaharuan pada sistem chip itu. Kemarin tim pengembang sudah memberi kabar kalau hal tersebut akan sedikit memberi efek pada orang yang dipasang chip. Aku kira efeknya tidak akan begitu terasa..” Mr. Ekuador memberikan alasan yang sangat jelas dan sangat mudah diterima oleh Sam.
“Astaga mungkin aku tidak dapat pemberitahuan karena aku ada di dalam misi ini ya..”
“Nah, bisa jadi seperti itu. Ohiya Sam, aku minta maaf tapi pagi ini aku sudah punya jadwal pekerjaan yang harus ku selesaikan. Sampai bertemu besok!” Mr. Ekuador mencoba untuk menutup pembicaraan.
“Justru aku yang seharusnya minta maaf padamu Mr. Ekuador, aku meneleponmu mendadak. Terima kasih atas jawabanmu juga. Sampai bertemu besok..”
Telepon itu ditutup. Sam merasa sangat senang dapat mengenal Mr. Ekuador dengan dekat. Seorang pemimpin yang baik hati dan selalu menginspirasi.
Selesai melakukan panggilan dengan Mr. Ekuador, telepon Sam kembali berbunyi. Kali ini panggilan masuk dari Kare.
“Ya Kare?” Sam mengangkat telepon itu.
“Bersiaplah, siang ini kita akan ke Bogola untuk melihat sample lapsoina yang sudah disempurnakan.”
“Siang ini? Apa kita akan menginap?”
“Satu malam”
Kare menutup telepon. Apapun yang sudah ia hadapi tetap tidak akan mengubah sifat aslinya. Kemarin memang Lapsoina sudah siap digunakan, tapi karena sudah bergantinya pemimpin Auroert membuat Mr. Ekuador lebih berani untuk membawa Lapsiona pada pusat penelitian yang lebih baik yaitu Bogola. Walaupun Mr. Ekuador belum menyetujui untuk membuka misi ini secara keseluruhan.
Setelah menerima telepon dari Kare, Sam lantas menyiapkan barang yang harus dibawanya siang nanti. Karena perjalanan kali ini mereka akan ke Bogola sudah pasti Sam harus tampil lebih rapih dan dinamis agar tidak terlalu terlihat seperti turis di sana. Ia menyiapkan baju berwarna monokrom dan gel rambut untuk mendukung penampilannya. Sam juga harus membawa beberapa barang miliknya yang terlihat futuristik seperti jam digital dan earphone barunya. Sam cukup excited untuk pergi ke Bogola karena terakhir kali ia kesana sekitar lima atau enam tahun yang lalu, itupun hanya mengantar penumpang.
Bagi Kare, perjalanan ini seperti perjalanan pulang ke rumah sendiri. Ya, Bogola merupakan tempat Kare lahir dan dibesarkan.
Mereka melakukan aktivitas seperti biasa di pagi hari, hingga siang, mereka berkumpul di tempat parkir pesawat. Saat Sam datan, ia melihat dua wanita cantik sudah menunggunya di samping pesawat. Ternyata Sitma juga ikut!
Sam yang menggunakan kemeja, celana dan jas putih cukup menarik perhatian. Apa yang ia lakukan? Itu yang ada di pikiran Kare.
“Hai, apa aku sudah terlihat seperti bogolian?” Sam menanyakan itu sambil memutar badannya, menunjukkan pakaiannya secara keseluruhan.
“Ya, tapi 20 tahun yang lalu. Ayo kita berangkat” Kare memberikan komentar pedasnya.
Sitma hanya tertawa kecil melihat tingkah Sam.
“Tunggu, mana pilotnya?” Sam bertanya.
Sitma membalasnya dengan memperlihatkan handphonenya yang layarnya mati.
“Maksudnya? Dia tidak bisa datang?” pertanyaan kedua Sam.
“Apa yang kau lihat di handphoneku?” Sam mengedipkan kedua matanya beberapa kali, hingga akhirnya ia mengerti jika maksud Sitma, pilotnya adalah Sam karena yang Sam lihat di layar handphone itu dirinya.
Mereka melanjutkan perjalannya ke Bogola.