Author’s Point of View
Apoka Anaro atau dipenggal menjadi Anaro. Pria paru baya, seseorang dibalik kursi tinggi itu. Anaro adalah pemimpin bumi bagian 1 yang terkenal akan kontrol emosinya yang buruk. dalam mengambill keputusan ia dapat dikatakan cukup kontroversial, tapi tidak ada pejabat politik yang berani melawannya. Sebuah daerah kuasa yang tidak memiliki oposisi dalam pemerintahannya, itu yang terjadi di Auroert. Pandai memenangkan hati para sayap kiri, entah apa yang dilakukan Anaro untuk itu.
Hal ini tidak hanya terjadi di bumi bagian 1, tapi seluruh dunia. Sebagai seorang pemimpin bumi bagian adikuasa, Anaro sudah melebarkan kekuasaannya ke seluruh bumi bagian. Bagaimana dengan kelompok oposisi non pemerintahan? Misalnya kelompok-kelompok yang muncul di antara sipil? Iya juga dapat memenangkannya, dengan cara yang sangat kotor, tidak kalah kotor dari memenangkan para sayap kiri di pemerintahan. Jika Mr. Anaro mendapati kelompok penekan bermunculan, secara misterius anggota kelompok itu akan hilang satu-persatu.
Kalau kalian bertanya bagaimana tanggapan awam tentang itu? Anaro sudah membayar media untuk melakukan suatu framing. Kejadian ini dibuatnya seolah kelompok tersebut adalah kelompok radikal yang berbahaya. Pola keji ini sudah terbukti berhasil. Sitma adalah salah satu contoh nyata dari praktik ini. Kedua orang tua Sitma tergabung pada suatu kelompok penekan yang komunitasnya cukup besar di Ifralert dan dunia.
Kematian Amara menjadi awal penderitaan yang harus diterima keluarga Sitma. Anaro tidak akan puas hanya dengan membunuh, ia membuat semuanya tunduk dan bisa menjadi kaki dan tangannya. Sepanjang hidup keluarga Sitma diawasi oleh sesama kelompok, mereka mengawasi dengan mind set yang sudah berubah, bukan untuk saling melindungi melainkan saling menunggu waktu yang tepat untuk saling melaporkan. Siapapun yang dapat melaporkan pelanggaran (aturan yang dibuat Anaro) akan mendapatkan imbalan besar. Imbalan itu dapat berupa harta hingga kesempatan hidup.
Sejak kematian adiknya, Sitma sama sekali tidak mengingat jika Anaro adalah dalang di balik ini semua. Ia hanya hidup mengikuti arahan orang tua yang mengajarkannya latihan bela diri setiap malam dengan sembunyi-sembunyi di kamarnya. Sitma mengira latihan itu dilakukan malam hari karena orang tuanya tidak punya banyak waktu di pagi hingga sore. Ternyata orang tuanya sengaja melakukan itu untuk bekal Sitma menghadapi kejahatan dunia ini. Hal yang terpenting, Sitma dilarang mengatakan pada orang lain mengenai latihannya itu.
Pada suatu hari, seorang anggota kelompok yang secara individu dekat dengan ayah Sitma datang bersama keluarga kecilnya untuk merayakan ulang tahun ayah Sitma. Keluarga dengan satu anak laki-laki seumuran Sitma. Ibu Sitma dan istri dari pria itu sibuk makanan untuk makan malam. Ruangan yang dipenuhi bau butter dari pie apple yang baru keluar dari oven. Satu ekor ayam panggang, pasta, kentang, dan salad, meja penuh dengan makanan. Pria yang berulang tahun dan temannya sedang menikmati pertandingan tim sepak bola kesukaannya. Sitma, bermain dengan anak mereka di halaman belakang rumah.
“Hei Sitma, ayo kita bertarung!” Bocah 12 tahun itu mengajak Sitma berkelahi.
“Tidak, aku sedang memasak daun ini” Perempuan dengan usia yang sama menolak permintaan itu.
“Ayolah, aku telah mempelajari teknik dari anime favoritku, jika kau mau akan ku berikan coklat ini” Anak itu merajuk, kali ini dengan 3 bola coklat dari sakunya.
Sitma yang tergoda akan coklat itu akhirnya luluh.
“Baiklah, tapi serangannya tidak boleh di bagian kepala” Sitma menetapkan aturan, dan bersiap.
Mereka adu kebisaan. Sialnya, teman Sitma tidak tahu kalau selama ini Sitma melakukan latihan bela diri. Laki-laki itu kalah. Tangannya biru kena tendangan Sitma.
“Wah kau hebat sekali Sitma, bagaimana kau bisa melakukannya? Di mana kau mempelajari jurus ini?” mata anak itu berbinar, menunjukkan kekagumannya. Sitma tidak menjawab karena orang tuan Sitma melarangnya untuk membicarakan hal ini pada siapapun.
“Sitma jawablah, aku ingin bisa melakukannya..” Rayuannya semakin kuat. Rasanya tidak teg ajika terus menyembunyikannya.
“Aku berlatih bela diri dengan ayahku setiap malam”. Akhirnya kalimat itu keluar.
Setelah mendengar jawaban itu, mereka berdua langsung melupakan semua hal tentang bela diri dan masuk ke dalam rumah untuk makan malam. Saat makan baru sampai di meja makan, anak pria itu membisikkan sesuatu pada ibunya yang membuat mata ibunya membesar. Semua yang duduk dan siap untuk menyantap hidangan di atas meja melihat reaksi aneh ibu itu, suaminya sampai bertanya apa yang membuatnya terkejut, tapi wanita itu menggelengkan kepala sambil memamerkan senyumnya pada semua orang yang berarti ia baik baik saja dan tidak ada hal serius.
Melanjutkan makan malam dengan hidangan pembuka, saling memuji kemampuan memasak satu sama lain.
“Pie mu adalah apple pie terbaik yang pernah ku rasakan”
“Bagaimana kau bisa memanggang ayam hingga terasa seperti hidangan di surga?”
“dll”
Hal itu adalah biasa saat anak-anak masih bergabung dalam makan malam. Setelah anak-anak selesai makan dan bermain sesukanya, orang dewasa akan mengeluarkan minuman berakoholnya. Karena Ifralert terkenal dengan alamnya, mereka mempunyai beberapa minuman beralkohol khas yang terbuta dari tumbuhan hingga jamur.
“Bersulang!”
Mereka meminumnya dan menghabiskan malam untuk bertukar cerita. Tepat tengah malam, saat anak-anak sudah tertidur lelap di depat TV ruang tengah, akhirnya keluarga itu pulang dari rumah Sitma. Semua berjalan normal seperti tidak ada apapun.
“Mereka melatih Sitma” Ucap istri kepada suaminya di dalam mobil.
“Maksudnya?”
“Kita… bisa menjual itu pada Anaro”
“Apa kau sudah gila? Ayah Sitma adalah sahabatku!”
“Kita membutuhkan ini! Kau lupa? Waktu hidup kita sebentar lagi, Mr. Anaro bilang jika aku tidak berguna mereka merenggut anak kita seperti Amara…” Suasana di dalam mobil itu seketika menjadi emosional. Sang suami hanya bolak balik melihat anaknya yang sudah terlelap dari kaca spion dalam mobil saat mendengar kalimat terakhir dari istrinya. Ia tidak bisa menjawab apapun. Dan itulah awal dari dijadikannya Sitma sebagai mata-mata. Anaro membiarkan orang tua Sitma mengajarinya bela diri dan berpura-pura tidak tahu sampai Sitma menginjak usia remaja.
Tepat saat usianya 16 tahun, Anaro memberi tahu orang tua Sitma kalau mereka mengetahui latihan yang dilakukan Sitma. Mereka berdalih bahwa kegitan itu adalah rencana pembantahan dan perlawanan sehingga Sitma akan “dipenjara” dan dihukum untuk itu, kecuali Sitma mau dipekerjakan. Tawaran ini tentu sangat sulit bagi orang tua Sitma, pernah mengalami kehilangan anak di tangan Anaro, ia tak mau hal ini terjadi untuk kedua kalinya. Mereka mencoba sekuat tenaga untuk meminta negosiasi, hingga muncul suatu kesepakatan.
Sitma akan bekerja untuk Mr. Anaro, tapi semua peintah akan diberikan atau melalui ayah Sitma. Secara sederhana, Sitma tidak bekerja langsung pada Mr. Anaro dan itu yang menyebabkan ia tak pernah tau semua yang ia lakukan itu untuk siapa.
***
Saat ini Anaro sedang sibuk mencari tahu mengenai misi rahasia yang Ekuador jalankan. Apalagi kabar Sitma yang dibawa oleh Sam menambah kepanikan Anaro. Sebenarnya ia sudah mempersiapkan semua kemungkinan yang akan terjadi, seperti pertarungan atau penangkapan.
Mempersiapkan kedua hal tersebut bukan perkara mudah, ia sama sekali tidak tahu bagaimana mereka melakukannya dan apa rencana mereka. Salah satu yang paling ia ketahui adalah pembuktian pembunuhan dan p********n yang ia lakukan kepada keluarga Sitma dan semua kelompok penentangnya. Anaro membuat beberapa skenario rencana yang mungkin mereka lakukan. Menjadikan Sitma sebagak saksi sangat tidak cukup, pikirnya. Mereka akan mencari barang bukti untuk amunisi. Lalu apa barang bukti yang bisa dipakai saat kejadian itu? Anaro saja tidak ingat siapa saja yang telah ia bunuh selama ini.
Untuk mengingat kejadian itu, Anaro memanggil beberapa budaknya. Ia berpikir kalau salah satu di antara mereka harus ada yang ingat dengan kejadian itu.
"Perempuan, anak kecil, siapa di antara kalian yang mengingatnya?" Anaro bertanya.
Para b***k itu menunduk dan diam, mereka juga tidak tahu pasti siapa yang dimaksud oleh Anaro.
"Jika tidak ada yang ingat, semua yang ada di depanku tidak ada yang boleh keluar hidup-hidup!" Anaro menggertak. Memaksa ingatan mereka.
"Hei ambilkan racun hottentotta tamulus dan berikan pada semua b***k di depanku ini, aku tidak sudi membunuh mereka dengan tanganku" Suruhnya pada seorang pelayan.
Anaro memang terkenal dengan kegemarannya dalam mengoleksi senjata tajam. Ia selalu membuat senjatanya sendiri, dibuat khusus untuknya. Salah satunya adalah shuriken yang diperkirakan masih menyangkut di tubuh Amara. Untuk jenis senjatanya, selalu berganti sesuai dengan keinginannya. Kadang ia membawa tombak kecil, kadang membawa madu (senjata yang menggunakan tanduk rusa), sampai bakh nakh dengan bentuk seperti cakar wolverine. Ada satu ciri khas pada setiap senjata koleksi Anaro, ia selalu memberikan ukiran symbol ular berkepala dua.
Satu baris b***k sudah dihidangkan racun di depannya, mereka mengambil cangkir kecil itu sesuai dengan aba-aba Anaro. Saat melihat satu orang yang muntah sesaat setelah meminum racun itu, salah satu orang akhirnya angkat suara.
“Aku mengenalnya” Ucap salah satu pria. Seorang pengawal bergerak untuk mengamankan pria itu namun dihentikan oleh satu gerakan tangan anaro yang mengisyaratkan berhenti.
“Siapa namamu?” Anaro bertanya pada pria itu.
“Robert, aku adalah teman ayah anak itu. Anak itu bernama Amara” semua orang melihatnya, beberapa yang belum sempat meminum racunnya menaruh lagi hidangan itu.
“Oh ok, apa dulu kau membunuhnya?” Anaro bertanya santai.
“Tidak mungkin! Kau yang telah membunuh anak itu dengan tanganmu sendiri!” Pria itu tidak sadar terlihat begitu emosional. Robert adalah teman dekat orang tua Sitma dan Amara, yang waktu itu mengetahui jika Sitma diajarka bela diri oleh orang tuanya adalah istri Robert. Malangnya setelah memberi tahu mengenai pelatihan yang orang tua Sitma secara diam-diam, Robert dan istrinya malah mendapat tugas untuk mengamati Sitma dan keluarganya. Hingga saat orang tua Sitma dibunuh dan Sitma berhasil melepaskan diri dari Anaro, Rober menjadi b***k Anaro di rumah Iflaert.
“Hey tenang, apa benar aku membunuhnya? Dengan tangankku?” berbanding terbalik dengan emosi yang ditunjukkan Robert, Anaro terlihat sangat santai dan seperti mempermainkan omongannya.
“Tunggu dulu, jika aku benar membunuhnya, bisa kau ceritakan dengan detail? Aku sungguh tidak bisa mengingatnya” Lanjut Anaro.
Robert makin naik pitam, kekesalan ditambah perasaan menyesalnya membuat ia di ujung tanduk. Haruskah ia mengatakan semuanya dan terus diinjak oleh Anaro? Bahkan sampai mengorbankan kehidupan temannya. Tidak satu katapun keluar dari mulut Anaro, ia mengambil cawan di hadapannya dan meminum cairan itu tanpa sisa. Robert memilih untuk mengakhiri hidupnya.
“Cari kerabat terdekatnya, pria ini pasti memiliki hubungan emosional dengan anak yang ku maksud” Anaro memerintahkan pada bawahannya, emosi yang ditunjukkan Robert memang jelas memperlihatkan kedekatan dirinya dengan anak itu.
Sesorang dengan tabnya memperlihatkan hasil temuannya. Di situ terdata dengan cepat siapa saja orang yang pernah dekat dengan Robert. Ia menemukan nama istri Robert yang menjadi budaknya juga namun sedang tidak di sini. Istri Robert adalah satu-satunya kunci, yang mungkin akan mengingat kejadian itu. Anaro memang tidak memasang kamera pengawas di manapun. Tempat ini illegal, tempat p********n, jika ia memasangnya bisa saja kamera itu menjadi senjata yang akan membunuhnya saat benda itu dapat membuktikan semua kejahatannya. Satu satunya cara untuk mengetahui kejadian itu adalah bertanya langsung pada saksi mata. Saat mereka menemukan istri Robert, mereka langsung menyerahkannya pada Anaro.
“Apa kau mau tahu kabar suamimu?” Tanya Anaro pada wanita yang terlihat sudah tidak waras itu. Setelah kaburnya Sitma, wanita itu menjadi gila karna rasa bersalahnya. Jika ia tidak melaporkan kejadian itu, latihan yang dijalani Sitma, tidak akan pula ia dan seluruh keluarganya terseret dalam jebakan Anaro.
“Suamiku? Di mana dia? Suami ku..” Istri Robert memberikan emosi yang tidak stabil. Terkadang ia terlihat seperti anak usia 6 tahun, kadang marah yang tidak bisa dikontrol, menangis, tertawa lepas, dan murung.
“Kau akan segera bertemu dengannya.” Ucap Anaro, membohongi wanita itu.
“Benarkah? Akhirnya aku akan bertemu dengan suami ku! hahaha” Wanita itu terlihat kegirangan.
“Tapi bagaimana caranya? Suamiku, Robert sedang dihukum oleh Anaro yang kejam” Ia tak sadar jika orang dua meter di depannya adalah Anaro, pria kejam yang ia bicarakan.
Anaro hanya menanggapinya dengan tawa kecil. Ia bangga bisa membuat seseorang menjadi seperti ini.
“Mudah saja, apa kau ingat tentang kematian Amara? Seorang gadis kecil yang dibunuh Anaro?” Tanya Anaro.
Wanita itu terkejut mendengar nama Amara, ingatan masa lalu yang menyakitkan itu mengembalikan jiwanya yang rusak. Pelan-pelan kepalanya melihat kedepan, tepat wajah Anaro. Akhirnya ia menyadari jika lawan bicaranya dari tadi adala Apoka Anaro.
“A..A..Anaro?” Mulutnya bergetar hebat ia ketakukatn. Dalam waktu kurang dari 10 detik ekspresinya berubah secara drastis lagi, sekarang ia menunjukkan kekesalan dan amarahnya.
“KAU! ORANG YANG TELAH MEMBUNUH AMARA! KATAKAN SEKARANG JUGA DI MANA SUAMI DAN ANAKKU?!” Teriakannya memenuhi seluruh ruangan yang sangat luas, kontrolnya terlewat lepas.
Melihat tindakannya yang sudah tidak dapat diterima, Anaro langsung memasukkan pisau kecilnya kedalam perut wanita itu.
“Apa kau mau bertemu suami dan anakmu?” Tanya Anaro sekali lagi.
Wanita yang sudah tidak berdaya itu memamerkan senyumnya, “Kau, membunuh anak itu, dengan tanganmu, anak kuat itu, kau…” Istri Robert menghabiskan sisa nafasnya untuk memberikan sebuah fakta yang dibutuhkan oleh Anaro.
“Kau akan bertemu dengan mereka sekarang”
Kata terakhir dari Anaro, itu bukan sebuah kebohongan. Suami dan anaknya sudah tidak ada di dunia, dan maksud dari dipertemukan adalah dengan membawa mereka semua pada kematian.
Akhirnya Anaro yakin jika ia yang membunuh anak itu, tapi ia masih belum mengetahui bagaimana cara ia membunuhnya dan akankah hal tersebut menjadi masalah besar.