Chapter 3

1256 Words
“Tapi…” ucap Davina sambil menggaruk tengkuknya. “…Dia agak sedikit bermasalah, banyak rumor yang mengatakan jika dia gay.” Freya mendengus kesal. “Apa kau akan menikahkanku dengan gay?” Davina mengulum senyum. “Bukankah itu lebih baik, kau tak perlu khawatir dengan keamananmu di ranjang. Selebihnya dia akan membantumu menuju White House.” “Apa menurutmu orang-orang akan memilih seorang gay untuk menguasai White House huh?” Freya meninggikan suaranya. “Kan itu cuma rumor, saat kalian menikah yah rumor itu akan terbantahkan sendiri.” Freya menggelengkan kepalanya dengan cepat. Freya menatap dua pria lain secara bergantian. “Apakah dia cocok denganku?” Freya menyandingkan dirinya dengan gambar presdir WF Group. Davina menggeleng perlahan. “Jika dengannya?” Davina kembali menggeleng. “Lantas dengan siapa aku cocok huh?” Freya siap menerkam Davina dengan tatapan tajamnya. “Pertanyaanmu kan siapa yang cocok, jujur tidak ada pria yang cocok denganmu. Pilih sajalah salah satunya” ucap Davina. Freya tampak berpikir dan akhirnya ia menunjuk putra pertama Menteri Perdagangan. “Aku tau alasan kau memilihnya, kau pasti ingin meminta mobil balap pada suamimu sepuasnya.” Freya tersenyum lebar. Yah, WF Group adalah perusahaan yang memproduksi mobil-mobil mahal di Amerika. WF Group telah memproduksi mobil sejak ratusan tahun silam. Bisnis keluarga Wilfred memang hanya berkutat di produksi mobil, tapi penghasilannya tak bisa dipandang sebelah mata. WF Group sudah berhasil menjelajahi pasar internasional. Mobil-mobil keluaran WF Group sudah terjual hingga seluruh dunia. **** Setelah beberapa kali mengamati Keenan Griffin Wilfred secara diam-diam, akhirnya Freya melangkah dengan percaya dirinya untuk menemui langsung pria pilihannya. Freya memang sudah menentukan pilihannya untuk menikahi presiden direktur WF Group. Akan Freya pastikan jika pria itu siap ia bawa ke White House demi tujuannya. Selain memiliki wajah tampan, Keenan yang berusia 30 tahun benar-benar hebat dalam urusan bisnis. Ia bahkan mendapatkan berbagai penghargaan karena kehebatannya dalam memegang tampuk kekuasaan di WF Group. Tampan, berbakat, pintar, kaya, berkuasa, memiliki tubuh atletis, dan sederet kehebatannya membuat Freya yakin memilih pria yang lebih tua 3 tahun darinya. Freya diantar masuk oleh sekertaris Keenan ke ruang kerja sang presdir. Sebelumnya Freya telah membuat janji dengan alasan kerja sama. Freya tidak pernah kehabisan akal untuk setiap hal yang dia inginkan. Karena itu, ia mendatangi calon suaminya itu dengan alasan untuk memintanya menjadi salah satu donatur di yayasan yang ia pimpin. Selama ini Freya memang bekerja di yayasan amal yang ia dirikan sejak masih kuliah. Awal-awalnya hanya sebuah yayasan kecil, namun lambat laun yayasan FV tersebut sudah semakin meluas dan telah membantu ribuan bahkan jutaan orang yang membutuhkan. FV sendiri adalah singkatan dari namanya, Freya Volker. Volker adalah nama keluarga mommynya. Tak ada yang tahu apa arti di balik penamaan yayasannya selain orang-orang terdekatnya. Freya juga sengaja menutup rapat dari media, bukan maksudnya untuk menyembunyikan siapa dirinya yang sebenarnya. Ia hanya belum siap, saat nanti tiba waktunya, ia akan mengumumkan kepada seluruh dunia siapa dirinya sebenarnya. Keenan menyambut sang founder FV Foundation di ruang kerjanya. Tentu saja Keenan menyambut ramah wanita cantik itu. Selain cantik, siapa yang tak mengenal Freya, puteri bungsu dari keluarga Mallory. Dua orang itu kemudian mendiskusikan pengajuan Freya kepada Keenan. Mereka masih membicarakan seputar menjadi donatur FV Foundation. Freya belum mengajukan dirinya untuk menjadi istri Keenan. Keenan berkali-kali manggut-manggut karena dibuat takjub dengan keahlian Freya dalam berkomunikasi. Freya adalah lulusan S1 dan S2 di jurusan komunikasi, makanya tak mengherankan jika ia sangat handal dalam urusan meyakinkan orang lain melalui kata-katanya. Freya dan Keenan akhirnya saling berjabat tangan setelah saling menyetujui kesepakatan mereka. Freya juga mengundang Keenan untuk berpartisipasi dalam acara amal yang akan ia adakan seminggu ke depan. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Selain mendapatkan sponsor, Freya juga bisa sekalian PDKT. Setelah mengobrol ringan sebentar, akhirnya Freya berpamitan pada Keenan. “Tuan Wilfred, apakah anda sudah memiliki calon istri?” Pertanyaan Freya membuat Keenan mengernyitkan dahinya. “Jika belum, saya ingin mendaftarkan diri” ucap Freya dengan begitu percaya diri. Keenan merasa cukup terkejut dengan keberanian Freya. “Bagaimana jika saya sudah punya?” Freya tersenyum manis, tatapan matanya lurus memandang bola mata Keenan. “Bahkan jika sudah punya, saya masih ingin mendaftarkan diri.” Keenan menyeringai lebar sambil bertepuk tangan. “Wow, saya mengagumi kepercayaan diri anda.” Freya sedikit membungkuk sambil tersenyum. “Terima kasih atas pujian anda Tuan Wilfred, sampai jumpa di acara amal pekan depan.” Setelah itu Freya keluar dari ruangan Keenan. Pintu ruangan Keenan kembali tertutup rapat. “Wow, dia luar biasa” ucap Keenan sambil menggelengkan kepalanya. “Dia bahkan menyembuhkan sakit kepalaku.” Keenan kembali melanjutkan pekerjaannya yang menggunung sambil sesekali tersenyum. **** Tepuk tangan bersahut-sahutan dengan riuh saat Freya menyudahi sambutannya. Acara amal yang telah ia persiapkan sejak berbulan-bulan yang lalu akhirnya sukses ia gelar. Puluhan media meliput kegiatan amal tersebut. Bahkan beberapa pejabat pemerintah juga turut hadir dalam kegiatan tersebut. Keenan juga tak ketinggalan menjadi salah satu saksi kesuksesan kegiatan yang ia sponsori. Keenan tak bisa menyembunyikan kekagumannya pada sosok Freya yang mampu membuat acara amal tersebut sesukses ini. Setelah acara penutupan, Freya menyalami satu persatu tamu undangannya termasuk beberapa pejabat dan istri-istri pejabat. Setelah selesai dengan acara ramah-tamahnya, Freya menghampiri Keenan yang sejak tadi memandanginya. “Terima kasih atas kedatangan anda Tuan Wilfred” ucap Freya sambil menunjukkan senyum terbaiknya. Keenan hanya mengangguk. “Apakah anda bersedia meluangkan sedikit waktu berharga anda untuk berbicara dengan saya?” tanya Freya dengan sopan. Keenan berbalik melihat asisten pribadinya untuk memastikan jadwalnya. Gibson, asisten Keenan terlihat membisikkan sesuatu di telinga Keenan. Keenan kemudian mengangguk dan kembali menatap Freya. Freya berjalan lebih dahulu untuk menunjukkan jalan kepada Keenan. Dua orang itu akhirnya masuk ke sebuah ruangan khusus. Keenan mengikuti langkah Freya sambil menatap koridor panjang di panti asuhan itu. Acara amal yang digelar Freya memang diadakan di sebuah panti asuhan yang selama ini dikelola oleh FV Foundation. Keenan tak menyangka jika sebuah panti asuhan memiliki koridor panjang dengan sebuah lift megah di ujungnya. Keduanya masuk ke dalam lift dan Freya menekan tombol tujuannya. Freya dan Keenan saling terdiam hingga lift terbuka. Satu demi satu pintu kaca terbuka secara otomatis saat Freya mendekat. “Silahkan duduk Tuan Wilfred” Freya mempersilahkan Keenan duduk setelah ia sampai di ruangan khususnya. Ruangan besar yang didesain dengan gaya klasik. Ruangan yang Freya pastikan sangat aman dari para penyusup. Hanya Freya dan orang-orang kepercayaannya yang memiliki akses untuk masuk ke ruangan tersebut. Pintu-pintu kaca di luar akan secara otomatis menutup jika ada penyusup dan memberikan sirene yang tersambung di ponsel milik Brandon, ketua tim keamanan Freya. “Apakah anda mempertimbangkan pertanyaan saya pekan lalu Tuan Wilfred?” tanya Freya tanpa basa-basi. Keenan menaikkan alisnya tak percaya. Keenan belum menjawab, ia menunggu Freya kembali angkat bicara. Karena Keenan yakin jika wanita muda itu pasti memiliki banyak hal untuk diajukan kepadanya. “Apakah anda tertarik untuk masuk ke White House bersamaku?” Keenan cukup tercengang namun ia masih berusaha untuk memasang wajah datar. “Apa untungnya bagiku?” Freya tersenyum. “Kekuasaan” Reaksi Keenan biasa saja mendengar kalimat itu. Freya bisa menyimpulkan jika pria di hadapannya tidak begitu tertarik. “Saya membutuhkan kekuasaan untuk menciptakan keadilan” Keenan tertawa mendengar kalimat Freya. Freya menatap tajam mata Keenan mendapati kekehan pria itu. “…dan kuyakin anda juga membutuhkan kekuasaan untuknya” Freya tersenyum puas saat Keenan terkesiap kaget karena foto yang Freya letakkan di meja. “Mengancamku?” Wajah Keenan tak bisa menunjukkan ekspresi datar lagi, sebaliknya wajahnya sudah memerah menahan emosinya. Rahangnya mengetat saat salah satu rahasia yang ia jaga mati-matian diketahui oleh wanita itu. Freya menggeleng sambil tersenyum penuh kemenangan. “Bagaimana jika menganggapnya sebuah kerja sama?” ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD