Menahan Rasa

1079 Words
“Mas lagi ngapain? Apa mas lagi sibuk malam ini?” tanya Benar setelah berada di hadapan suaminya yang sedang membaca koran di ruang tamu dengan ukuran kecil itu. Revan yang sedang fokus dengan surat kabar di tangannya seketika meletakan surat kabar itu ke atas meja yang berada di hadapannya saat ini. Revan mengalihkan perhatian saat mendengar suara lembut wanita yang sangat dicintainya itu. Tampak sosok wanita cantik dan sederhana itu sedang menatap ke arah dirinya dengan tatapan penuh tanya. “Mas lagi nyari lowongan kerja sayang. Kenapa sayang?” jawab Revan tidak lupa bertanya balik kepada istrinya. Binar menautkan kedua alis saat mendengar jawaban yang diberikan suaminya. Banyak tanya di dalam benak Binar dengan apa yang sedang dilakukan oleh suaminya. Namun Binar memutuskan untuk bertanya kepada laki-laki tampan itu agar tidak merasa penasaran lagi saat ini. “Kenapa mas mencari pekerjaan? Apa mas dipecat dari pekerjaan di cafe?” tanya Binar dengan penuh rasa penasaran. Revan menggelengkan kepala dengan gerakan cepat karena mengerti apa yang sedang ada di dalam benak istrinya. Ya. Revan tidak ingin membuat istrinya merasa sedih dengan asumsi wanita cantik itu sehingga Revan memutuskan untuk memberikan penjelasan kepada istrinya. “Nggak sayang. Alhamdulillah.. Mas tidak dipecat dari cafe sayang. Mas ingin mencari pemasukan tambahan untuk keluarga kita. Mas tahu semakin hari kebutuhan keluarga kita semakin banyak sayang. Apalagi kebutuhan si kecil. Jadi mas memutuskan untuk mencari pekerjaan lagi sayang. Siapa tahu mas bisa mendapatkan pekerjaan tambahan apa pekerjaan yang lebih baik daripada pekerjaan mas saat ini. Apa kamu setuju sayang? Kalau kamu tidak setuju juga tidak apa-apa sayang. Mas tidak akan memaksakan diri untuk nyari kerja tambahan,” jawab Revan sembari memberikan penjelasan kepada istrinya agar wanita cantik yang telah memberikan satu buah hati itu tidak merasa sedih dan takut lagi. Binar menghela nafas lega setelah mendengar semua penjelasan yang diberikan oleh suaminya. Namun ada perasaan sedih yang menyelimuti di dalam hati Binar saat ini. “Mas.. Binar dan Olivia minta maaf iya karena telah merrepotkan mas. Bagaimana kalau Binar kerja apa buka usaha kecil saja mas? Biar mas tidak usah nyari pekerjaan lain lagi nanti. Siapa tahu Binar bisa menambah penghasilan keluarga kuta nanti,” sambung Binar dengan penuh rasa bersalah kepada suaminya. Revan meraih telapak tangan istrinya lalu menggenggamnya dengan erat. Revan menatap ke arah istrinya itu dengan tatapan yang dalam dan penuh arti. “Nggak sayang. Mas tidan mengijinkan kamu kerja sayang. Kamu cukup merawat mas dan Olivia di rumah. Kamu itu istri mas. Kamu tanggung jawab mas. Mas yang mencari nafkah untuk kamu dan anak kita. Bagaimana pun keadaan kita saat ini. Mas tetap nggak akan pernah mengijinkan kamu untuk mencari nafkah sayang. Insha Allah mas masih bisa mencari uang untuk keluarga kita. Kamu doakan mas agar mas sehat dan lancar dalam mencari rejeki untuk keluarga kita. Mas minta maaf karena belum bisa memberikan yang terbaik dan layak kepada kamu dan Olivia seperti mereka semua,” seru Revan dengan nada sendu. Binar yang tidak ingin berdebat dengan suaminya lantas menganggukan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh laki-laki tampan itu. “Iya mas. Binar nggak akan kerja mas. Binar menjaga mas dan anak kita saja di rumah. Tanpa mas minta sekali pun kepada Binar. Binar pasti akan mendoakan mas,” balas Binar. “Terima kasih iya sayang karena kamu selalu menurut dengan mas selama ini. Mas minta maaf karena belum bisa membuat kamu bahagia sejak pertama kali kita menikah,” imbuh Revan. Binar menempelkan jari telunjuk di atas bibir merah tanpa nikotin milik suaminya setelah mendengar ucapan laki-laki tampan itu. “Mas nggak boleh bicara begitu. Siapa bilang Binar nggak bahagia menikah dengan mas! Binar bahagia menikah dengan mas. Apalagi mas itu cinta pertama Binar sejak sekolah,” ujar Binar berusaha mencairkan suasana dengan candaannya. Revan terkekeh lalu menjawil hidung istrinya dengan gemas. “Iya sayang. Kamu yang selalu ngelihatin mas dari jauh kan? Cinta dan hati kan sayang? Kalau teman kamu nggak keceplosan dulu. Mas nggak akan tahu perasaan kamu. Kamu juga nggak akan tahu perasaan mas.” Binar meringis menunjukan cengiran khasnya ke arah suaminya. “Mas juga cinta dalam hati kan? Jadi kita tidak boleh saling meledek mas. Dosa.” Binar tergelak dengan kencang setelah menjawab ucapan laki-laki tampan itu. Revan menganggukan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh Binar. “Iya sayang. Mas cinta sekali sama kamu. Mas takut kehilangan kamu. Tapi mas juga takut ditolak sama kamu karena mas bukan orang kaya seperti laki-laki yang lain. Mas tudak punya apa-apa sayang. Mad juga masih belum memiliki apa-apa hingga detik ini. Mas hanya memiliki cinta saja sayang. Mas minta maaf untuk semua kekurangan yang ada sama kamu.” Entah kenapa ada perasaan sedih dan tidak enak yang menyelimuti di dalam hati Binar setelah mendengar apa yang diucapkan oleh sang suaminya itu. Binar meraih telapak tangan sang suami lalu mengusap dengan sentuhan lembutnya. “Mas tidak boleh bicara seperti itu lagi iya sama Binar. Mas itu memiliki semuanya. Mas itu laki-laki yang baik dan penyayang. Bukannya kita sudah berjanji untuk tidak seperti itu mas? Kita bisa mencari materi bersama mas. Tapi kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk berubah sifatnya kan mas? Cinta dan kasih sayang dari mas untuk Binar dan anak kita itu sudah lebih dari cukup mas. Binar bahagia menikah dan hidup dengan mas. Ekonomi kita memang belum baik seperti mereka semua mas. Tapi belum tentu mereka semua yang memiliki ekonomi baik hidupnya bahagia kan mas? Bukannya cobaan di dalam rumah tangga itu berbeda mas? Tidak hanya dari faktor ekonomi saja kan mas? Mungkin dari pasangan mertua dan ipar mas. Bisa kan mas?” balas Binar dengan nada pelan dan hati-hati agar tidak menyakiti dan menyinggung hati suaminya. Senyuman manis nan hangat terukir di wajah laki-laki tampan itu setelah mendengar jawaban yang diberikan oleh sang istrinya. “Iya sayang. Terima kasih iya sayang karena kamu telah menerima mas apa adanya. Semua kekurangan mas,” sambung Revan. “Iya mas. Binar istirahat dulu iya mas. Mas nggak boleh tidur terlalu malam. Nggak baik buat kesehatan mas,” ujar Binar. “Iya sayang,” tukas Revan. Binar melangkahkan kaki pergi meninggalkan sang suaminya itu menuju ke arah kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah hari ini. Revan menatap ke arah istrinya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan hingga bayangan wanita cantik yang sangat dicintai oleh dirinya itu menghilang dari tatapan matanya saat ini. “Mas tahu ada yang ingin kamu katakan malam hari ini. Mas minta maaf karena belum bisa membuat kamu dan anak kita bahagia hingga detik ini..”

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD