Part : 2

1545 Words
Hari berganti hari. Suami istri itu masih menikmati masa masa indahnya. Kondisi negara masih sedang tidak kondusif. Kerajaan belum membutuhkan tentara tambahan. Perbatasan negara masih dijaga ketat. Li Jun masih bekerja sebagai petani dan A Hui dengan setia menemani sang suami. Mereka saling setia membantu satu sama lain. Suatu malam, hujan badai turun membasahi desa mereka. Mereka berdua Yang kedinginan itu kini saling menatap dan kemudian berciuman lagi. A Hui yanh dulu pemalu, kini dia sudah biasa dan tidak ada rasa malu lagi. Pakaian suami nya dibuka sampai telanjang. Li Jun ternyata sudah terangsang dan dia langsung melepaskan semua pakaian istrinya. Mereka berdua kembali bercinta Di tengah derasnya hujan badai. Suara desahan mereka berdua tertutup oleh gemuruh badai dan dentuman halilintar. Dinginnya malam menjadi hangat oleh bara api cinta mereka berdua. p******a itu diremaa remas dengan lembut oleh tangan kasar Li Jun. Tak ada rasa bosan yang terlintas di pikiran pemuda itu untuk menikmati p******a indah yang sedang tersaji di depan nya. Pemuda itu kembali menyusu ke istrinya. Dengan senyuman manis, istri nya membelai rambut sang suami. "Sayangku. Suatu hari kalau kamu sudah membuahi rahimku. Anak kita lah yang akan menggantikan kamu menyusu payudaraku." Katanya sambil tersenyum dan tertawa kecil. "Istriku yang cantik. Aku ingin mencicipi air s**u mu nanti." Kata Li Jun sambil tersenyum. Setelah itu, jari jari Li Jun mulai bermain di v****a istrinya. v****a itu sudah bersih. Tak ada rambut sehelaipun di sana sehingga sang suami dapat melihat jelas lubang kemaluan sang istri yang kelak akan memberikan keturunan di masa depan nanti. "Istriku. Aku ingin menjilati lubang v****a mu. Dari sini nanti, kamu akan melahirkan anak anak kita." Kata pemuda itu dengan lembut. Sang istri hanya mendesah saja sambil meremas payudaranya sendiri. Dia tampak sudah pasrah saat wajah sang suami sudah mendekati v****a nya. "Ahhhh sayangku. Suamiku. Nikmat.... terus sayang... ohhh... nikmatnya lidahmu. Ohhh... ahhh." Kata A Hui yang sudah tak malu lagi. Li Jun tampaknya terlalu menghayati pekerjaan nya. Sang istri terus mendesah dan berteriak. Alhasil... istrinya o*****e. Li Jun agak kaget dan bengong saat cairan itu muncrat membasahi wajahnya. "Maaf Sayangku. Tadi... oh... sungguh Nikmat." Kata istrinya sambil mendesah dan masih menggoyangkan pinggul nya. Mata sayu istrinya sangat menggoda. Li Jun tampaknya paham. Dia langsung bangkit dan mencium istrinya dengan buas. p***s itu Tak butuh perjuangan berat untuk menembus lubang surgawi sang istri. Li Jun langsung memompa v****a istrinya dengan cepat. Desahan istrinya hanya beberapa detik saja dan berganti teriakan. "Suamiku.... oh...... tolong....buahi...rahim ku.... buang lah.... semua...benih... mu... Di... rahim....ku...." pinta istrinya. Li Jun dan istrinya akhirnya mendapatkan orgasne bersamaan. "Su.....dah....ku...siram....air...mani ku... Di rahim mu...." kata Li Jun terbata bata. Dia akhirnya ambruk di atas tubuh indah istrinya. Sang istri meneteskan air matanya karena terharu. Dia tahu dia akan menjadi wanita sejati setelah rahim nya dibuahi oleh sang suami. Mereka berdua akhirnya tertidur dengan nyenyak. Besoknya A Hui terlihat sangat gembira. Dia terus mengelus perutnya. Dia semalam sudah dibuahi oleh sang suami dan akan menjadi seorang wanita sejati. Sang suami selalu mencium perut istrinya berharap ada kehidupan baru yang akan dimulai di sana. Di tengah kebahagian itu, tiba tiba 3 orang tentara kerajaan datang membawa titah kaisar. Semua pria di sana kecuali lansia dan di bawah 18 tahun wajib ke istana menjadi tentara. Musuh dari timur jauh akan menyerang dengan kekuatan penuh. A Hui ketakutan dan cemas. Sang suami berkata kalau Dia akan kembali dengan selamat. "Jangan cemas istriku. Aku akan kembali. Saat itu kamu sudah mengandung benih cinta kita berdua. Percayalah padaku." Kata Li Jun dengan mata berbinar binar penuh api semangat perang. Li Jun meletakan cangkul nya dan langsung berangkat. Dia berpamitan dengan kakek nenek beserta kedua mertua nya. Setelah itu dia memeluk istrinya dengan erat. Dia pun berangkat mengemban tugas negara. A Hui melambaikan tangan nya dari jauh. A Hui meneteskan air matanya dan berharap sang suami betul kembali dengan selamat. Tugas Li Jun kini berada di angkatan laut. Kali ini jenderal Ta Ma De memimpin 300 kapal perang nya melawan tentara dari kekaisaran Jepang. Para tentara Jepang itu membawa 500 kapal perang dan 10 kapal besar berisikan meriam. Li Jun meski seorang petani, dia juga bisa berenang. Sang jenderal sudah mendengar sepak terjang tentara muda ini dari teman sejawatnya yang lain adalah Cao Ni Ma. Jenderal Ta Ma De awalnya Tak percaya. Itu sebab Cao Ni Ma meletakan Li Jun di angkatan laut untuk membuktikan kata katanya. Bagi Li Jun, ini adalah saat pembuktian. Pedang pedang musuh itu terlihat asing. Agak berbeda dengan pedang yang dipakai oleh dia dan teman teman nya. Muka mereka mirip dengan muka dia dan teman teman nya tapi bahasa mereka beda jauh. Tulisan mereka juga mirip dengan tulisan bahasa Cina tapi dia tak bisa membaca beberapa tulisan mereka. Jenderal Ta Ma De akhirnya memberikan aba aba untuk menembak. Meriam meriam itu kini mengeluarkan asap dan semua isi meriam itu mengenai sasaran dengan tepat. Beberapa kapal musuh sudah tenggelam. Mereka juga mengeluarkan dan menembak meriam meriam mereka tapi beberapa serangan mereka meleset. Parah nya lagi adalah mereka menembak kapal kosong yang sengaja disiapkan untuk mengecoh musuh. Meriam saat itu adalah benda mahal. Tak heran pemakaian nya harus sangat extra hati hati. Musuh mulai bingung karena tak ada awak kapal di sana yang terlihat. Sebetulnya di sana ada seorang awak kapal yang ahli berenang. Mereka sengaja "dikorbankan" tapi selalu selamat karena kekuatan fisik dan keahlian mereka dalam berenang. Merasa kecele dan kesal, jendral musuh memberikan aba aja untuk serangan penuh. Semua kapal Musuh mendekati kapal Li Jun dan kawan kawan. Li Jun dan yang lain nya mengambil posisi siap tempur. Perang jarak dekat akhirnya dimulai. Tentara Ta Ma De melawan semua musuhnya. Kekuatan sejauh ini seimbang. Korban sudah banyak yang berjatuhan. Li Jun dengan mudah membantai semua tentara musuh. Dia sendiri hampir tewas terkena sabetan pedang musuh karena dia salah mengukur jarak aman dengan panjang pedang musuh. Untung saja dia selamat. Baju dia sobek karena sabetan pedang musuh. Li Jun menjadi murka. Dia kini habis habisan menyerang lawan yang hampir membuat istrinya menjadi janda. Lawan Li Jun adalah salah 1 tentara elite musuh. Tendangan Li Jun ke tangan lawan nya berhasil membuat pedang itu terjatuh. Musuh itu ternyata masih memiliki pedang cadangan tapi lebih pendek. Li Jun dengan gesit menghindari semua serangan musuh nya. Tak mau terbawa emosi, dengan tenang dia membiarkan musuhnya menyerang sampai Li Jun berhasil menemukan moment tepat untuk menyerang dan dalam 1 sabetan saja, kepala lawannya terjatuh. Korban yang berjatuhan sama sama banyak. Li Jun kini mengincar jenderal musuh yang dengan hebatnya membantai semua teman teman nya. Jenderal Ta Ma De juga sibuk membunuh semua tentara lawan. Sayang jenderal Ta Ma De tidak muda lagi. Dia sudah berusia 65 tahun dan karir nya sudah mau tamat. Meski demikian, dia tidak mau mengakhiri perjalanan karir nya dengan kekalahan. Semua pertempuran di laut selalu dimenangkan olehnya. Kalau dia kalah, ini akan menjadi cacat dalam karir gemilangnya. Li Jun tak mau melihat teman teman nya jatuh lagi. Dia langsung menerjang jendral lawan. Ramen Konkatsu, nama jendral itu terkejut. Dengan gesit dia menghindari serangan Li Jun. Li Jun dipandang sebelah mata oleh jendral musuh itu. Dia merasa yakin dalam 2 serangan saja, Li Jun akan tewas. Keyakinan itu ternyata jauh dari harapan. 10 sabetan pedang samurai itu sudah dilakukan berkali kali dan tak ada 1 pun yang mengenai sasaran. Sang jenderal kini mulai memasang kuda kuda tanda dia mulai serius dan menganggap tentara ini bukan sembarang orang. Jenderal itu mengira kalau Li Jun adalah tentara elite yang menyamar. Li Jun menyerang dengan cepat dan jendral itu hampir saja kecolongan. Jubah perangnya mulai rusak karena serangan Li Jun. Jenderal itu baru berusia 40 tahun dan jubah perang itu sudah menemani nya selama 20 tahun. Li Jun adalah orang pertama yang berhasil merusak jubah itu. Bagi Jenderal itu, ini adalah suatu penghujatan. Kesal, jenderal itu mengambil 1 pedang nya lagi dan menyerang Li Jun tanpa ampun. Li Jun yang masih muda dan lincah itu terdesak ke tepian kapal. Li Jun salto ke belakang dan begitu dia mendarat, dia langsung salto ke depan dan sebelum dia mendarat, pedang itu dilempar tepat dan dengan kekuatan penuh ke kepala jenderal musuh itu. Pedang itu menancap di dahi jenderal musuh itu menembus kepalanya. Hasilnya sudah sangat jelas. Li Jun menang. Pedang itu dicabut dan dengan pedang yang sama, Li Jun memotong leher jenderal musuh tersebut. Kepalanya dimasukan ke dalam meriam dan ditembak ke arah kapal musuh. Musuh Di kapal itu melihat kepala sang jenderal menggelinding di lantai. Mereka kaget dan langsung mundur. Mental tentara musuh langsung jatuh. Beberapa bahkan melompat dari kapal karena panik. Jenderal Ta Ma De melihat langsung duel Li Jun dengan jenderal musuh itu. Teman sejawat nya tidak berbohong. Tentara 1 itu memang memiliki kekuatan dan keahlian di atas rata rata. 2 jenderal musuh sudah tewas di tangannya. Yang pertama itu mungkin saja kebetulan, tapi kali ini taji nya sudah terbukti. Kalau saja dia tidak ada, mungkin Ta Ma De akan berakhir di dasar lautan. Dengan bangga dan senyum besar dia memanggil Li Jun. "Wahai anak muda. Jasa mu tiada tara. Kemampuan mu luar biasa. Masa depan cerah telah menanti dirimu. Penghargaan akan diberikan langsung oleh kaisar untukmu." Kata jenderal Ta Ma De. Mereka semua pulang dan kembali membawa berita kemenangan dan bendera musuh. Kaisar yang mendengar berita itu sangat bangga dan senang dengan angkatan lautnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD