Note

1008 Words
Nisa menepuk pundak Kai, karena laki-laki itu termenung dengan pandangan kosong. Terlihat sekali, dia sedang memikirkan sesuatu. "Kau pagi-pagi sudah melamun. Semangat dong!" Nisa menyemangati, semakin hari, Kai jadi semakin tampan, terutama dia paling suka aroma parfumnya. "Lalu, kenapa kamu sekarang jadi senyum-senyum?" Kai melirik Nisa yang tersenyum dengan mata terpejam di sebelahnya. Nisa tertawa canggung. Dia malu, dan tidak menjawab pertanyaan tadi. Keduanya berjalan menuju meja resepsionis. Sudah ada Andi di sana. "Kenapa dia senyum-senyum?" tanya Andi pada Kai. "Entahlah!" jawab Kai mengangkat bahunya. Nisa memukul keduanya, bisa-bisanya kedua rekannya itu membicarakan dirinya di depan wajahnya. Dia kan jadi malu. Seperti biasa, mereka mulai melayani para tamu. Di sela jam kerjanya, Andi masih sempat melihat berita online di ponselnya. Berita yang ditontonnya tidak lain dan tidak bukan adalah tentang bosnya. 'Anima Lampauta dikabarkan akan menjalani hubungan serius dengan Anggar Anggoro, setelah acara jamuan makan yang diselenggarakan oleh keluarga Lampauta' "Bos kita memiliki pilihan yang bagus!" Bisik Nisa yang berdiri di sebelahnya. "Yah, mereka sangat serasi!" Andi memutar beberapa tangkapan foto yang beredar di media sosial akun ** seseorang. Kai melirik ke ponsel Andi, dia melihat betapa serasinya mereka. Hatinya seperti sedang cubit. Meskipun dia tidak memahami, kenapa dia jadi kesal melihat foto-foto itu, tapi Kai tidak menunjuk respon berlebih. "Jangan membicarakan tentang bos. Kadang yang terlihat mata belum tentu benar!" tegur Kai dengan wajah datar, dia mengatakannya seakan mengetahui sesuatu. Nisa dan Andi mencibir karena hanya Kai yang bilang begitu. Sedangkan orang lain pasti akan berpikir mereka memiliki hubungan. Apalagi melihat betapa mereka terlihat sebagai pasangan yang sangat cocok. Bukan hanya Nisa dan Kai, anak buah Anima juga sedang panas-panasnya membicarakan berita tentang bosnya. Mereka gemas melihat foto itu, ada yang juga itu, karena mereka akan jadi pasangan yang sempurna. Pasangan kaya, berasal dari keluarga terpandang dan juga terpelajar, yang paling menggemaskan, adalah penampilan yang sangat serasi. Netizen langsung memberikan dukungan atas hubungan mereka. Jika saja mereka tahu, ada hati yang terbakar. Kai rasanya ingin pergi dimana tidak ada orang yang membicarakan pasangan serasi tersebut. Di sebuah apartemen, seorang wanita cantik dengan rambut singa terlihat anggun dengan wajah bantalnya. Dia baru bangun saat pukul delapan pagi. Padahal dia adalah orang yang sangat disiplin. Tapi sepertinya hari ini jadi pengecualian. Pertama yang Anima rasakan adalah rasa tidak nyaman di bagian bawah sana. Melihat pakaiannya, dia cukup yakin kalau dia tidak mungkin memakainya sendiri. Karena itu adalah baju tidur yang tidak pernah dia pakai, alasannya baju itu bukanlah seleranya. Itu pemberian mamanya. Tidak panik, Anima hanya memikirkan satu orang yang mungkin menggantikan pakaian untuknya. Dia menoleh ke samping, memperhatikan kalau ruangannya tampak seperti biasa, tapi dan bersih. Anima ingat dia agak marah saat pulang dari rumah mamanya. Dan biasanya dia melampiaskan amarah dengan membanting barang. Tapi tidak ada barang yang berantakan di lantai. Apakah dia bersikap baik dengan langsung tertidur setelah Hangover? Dia bangun dari tempat tidur, dan menemukan rasa tidak nyaman saat dia berjalan. Wajahnya memerah, dia ingat rasanya seperti saat dia melakukan hal itu untuk pertama kali. Dia mengingat sekilas seperti mimpi. Dan dia tahu, mungkin saja dia melakukannya dengan Kai semalam. Menggosok giginya, Anima melihat pantulan wajahnya di cermin. "Damn!" makinya saat melihat ada tanda merah di sekitaran lehernya, hingga ke bagian atas dadanya. Anima tidak ingat apa yang telah mereka lakukan, hingga dia memiliki banyak tanda merah. Hanya Kai yang tahu. Malam kemarin, Anima sangat memprovokasi Kai. Saat pertama kali ada kecanggungan antara keduanya. Sedangkan semalam, Kai merasa lebih b*******h mendengar Anima menyerukan namannya. Tiap kali menghujam dalam, Anima akan melenguh dengan suara seksi. Sehingga membuat Kai semakin panas. Sayang sekali Anima tidak mengingat betapa liar dan lepasnya dia semalam. Tapi tanpa mengingatnya, melihat banyaknya jejak merah di tubuhnya saja dia bisa membayangkan apa yang mungkin terjadi. Anima langsung mandi dan berganti dengan pakaian biasa. Dia menghubungi Tama yang sudah sedari tadi menghubunginya. "Aku tidak masuk hari ini. Dan tolong untuk tidak memberikan pernyataan apapun tentang berita yang sedang memanas!" Anima langsung memberikan instruksi. Tama mengerti, bosnya bukan orang yang suka menjadi bahan perbincangan. Tapi ada beberapa hal yang memang sulit dikendalikan. "Anda dapat yakin. Apakah ada yang lainnya?" Anima tidak memberikan instruksi lainnya. Dia menyerahkan urusan resort hari ini pada Tama. Dia hanya akan memantau perkembangan beberapa resortnya dari rumah. Berjalan menuju ruang makan, Anima melihat ada makanan yang ditutup oleh plastik wrap. Dia melihat itu adalah nasi goreng dengan telur dadar di atasnya. Makanan yang tidak pernah dia makan sejak tinggal sendirian. Membuka plastiknya, Anima menuangkan minum ke dalam gelas dan bersiap untuk makan. Satu suap pertama dia sedang mencoba merasakan, dan ternyata tidak buruk. Anima melirik ada kertas menempel di toples kopi, dekat mesin kopi. Dia hanya meliriknya, karena sedang makan. Rasanya agak aneh saat melihat hal manis seperti itu. Ujung bibirnya sedikit terangkat diantara kunyahannya. Kai tadi menuliskan pesan, setelah dia selesai makan. Karena melihat Anima tak kunjung bangun. Dia berpikir untuk memberikan note. Alasan sederhana, dia belum memiliki ponsel lagi. Anima menyelesaikan makan dan langsung mencuci piringnya. Dia melirik lagi ke kertas kecil yang masih belum tersentuh di sana. Saat akhirnya dia mengambil keras tersebut, ada dua baris kalimat tertulis di sana. "Beristirahatlah, nona mungkin sedang marah. Anda bisa memarahi saya nanti sepulang kerja." Dahinya mengerut. Dia melipat kertas dan membuangnya ke tempat sampah. Kai berpikir dia akan marah, tapi Anima adalah orang yang berpikir terbuka. Dia yakin, kalau mungkin dia juga ambil andil dalam peristiwa semalam. Karena dia sedang tidak sadar. Anima membuat kopi untuk menemaninya bekerja. Dia menghubungi nomor Kai, tapi tidak tersambung. Melihat nomor itu lagi, dan benar itu memang nomor Kai. Dia menaruh lagi ponselnya. Anima udah tahu, kalau Kai sudah menjual ponselnya. Laki-laki itu menggunakan uangnya untuk membayar kebutuhan adiknya. Seperti uang saku, dan uang makan selama dia tidak ada di rumah. Hidupnya benar-benar sulit. Perjanjiannya dan Anima hanya untuk membiayai biaya pengobatan ibunya. Itu tidak termasuk biaya hidup dirinya dan sang adik. Dulu Kai bekerja pagi dan malam. Tapi sekarang, dia langsung pulang setelah bekerja dari resort. Karena tidak enak dengan Anima. Benar-benar layak jika dia merasa semakin kecil, melihat laki-laki yang dikabarkan dekat dengan bosnya. Karena dia bahkan terlalu memalukan untuk bisa berdiri di belakangnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD