PART. 3

925 Words
Lee mengetuk pintu kamar Alea. Setelah percintaan panas mereka  subuh tadi, Alea langsung kembali ke kamarnya. Sedang Lee segera mandi, dan menggantikan tugas Bibik untuk membersihkan rumah, dan memasak sarapan. Ia sendiri yang menyanggupi untuk melakukannya. Dan, ia membantu kedua bibik, dan suaminya untuk membujuk Alea, agar memberi ijin libur beberapa hari kepada dua pasang pegawai di rumahnya. "Nyonya," panggil Lee pelan. Tapi tidak terdengar sahutan, meski Lee mengulangi panggilannya. Ragu, Lee memutar handel pintu, ternyata tidak terkunci. "Nyonya!" Lee masih ragu untuk masuk, karena terasa lancang baginya. 'Lancang? Lancang mana, masuk ke kamar boss nyonya, atau memasuki boss nyonya? Arghhh .... ' Lee mendekati kamar mandi, telinganya ditempelkan ke daun pintu. "Eeh .... " pintu terbuka, tubuh Lee jatuh miring ke lantai. Alea menundukan wajahnya, ia melotot gusar ke arah Lee. "Apa yang kau lakukan, Lee!? Mengintip aku mandi!?" Alea berdiri di dekat tubuh Lee yang sudah dalam posisi telentang. Lee mengintip dari bawah handuk yang dililitkan Alea dari d**a sampai setengah pahanya. "Bantu aku berdiri," Lee mengulurkan satu tangannya pada Alea. "Bangun saja sendiri!" jawab Alea ketus, ia bertolak pinggang dengan angkuhnya. "Hhhh, oke," Lee menghela napasnya, lalu bangkit dari berbaringnya, dengan berpegangan pada tepi handuk yang dikenakan Alea. "Awww ... dasar pria m***m gila!" Alea berteriak karena handuknya terlepas, tanpa sadar, karena rasa marah yang membuncah, ia menduduki perut Lee, lalu memukul Lee dengan kedua tangan kecilnya. Lee menangkap kedua tangan Alea. "Itu salahmu, Nyonya. Kenapa tidak membantu aku berdiri!" "Lee lepaskan aku, dasar supir kurang ajar!" Lee tidak melepaskan tangan Alea, dengan segala kemampuannya, jemari Alea menarik-narik kemeja Lee, sehingga lepas semua kancing kemeja yang dipakai Lee. Lee bangkit dari berbaringnya, ia duduk, dan tanpa melepaskan kedua tangan Alea dari genggamannya. Wajah Alea terlihat merah, dan semakin garang. Lee meletakan kedua tangan Alea ke belakang punggung, lalu bibirnya meraup ujung buah d**a Alea yang terpampang membusung di depannya dengan cepat. "Lee .... " "Aku sudah katakan Nyonya, aku jenis pria m***m, yang jika sudah merasakan nikmat, tidak akan lagi ingin melepaskan," gumam Lee di hadapan wajah Alea. "Dasar ku .... " ucapan Alea terhenti, karena Lee membekap mulutnya dengan ciuman. Ciuman yang membuat Alea terhanyut karenanya. Lee berdiri, dengan membawa Alea dalam bopongannya. Diturunkan Alea di atas ranjang. Lee melepaskan ciumannya. "Anda harus ke kantor Nyonya. Julie tadi menelponku, mengingatkan, kalau anda ada meeting penting pagi ini," Lee bergerak menuju lemari, Alea meraih bantal untuk menutupi tubuh polosnya. Lee mengeluarkan satu stel pakaian kerja untuk Alea. Yang menjadi tugas bik Tumini biasanya. Lee meletakan pakaian itu di atas ranjang, di dekat Alea. "Ingin pakai sendiri, atau ingin aku bantu memasangkan pakaian?" Mata Alea mendelik gusar ke arah Lee, Lee tersenyum "Aku tunggu di meja makan," ucap Lee, lalu ia segera ke luar dari dalam kamar Alea tanpa bicara lagi. Alea menatap perginya Lee dengan kemarahan yang berada di puncak kepalanya. Kemarahan yang tidak bisa ia tumpahkan, karena sekarang ia tahu, Lee tidak takut lagi padanya. Lee punya senjata untuk melawannya. "Dasar bodoh, bodoh kau Alea! Kenapa kau bisa terjebak dalam perangkap supir sialan itu. Arhhgg, ini semua gara-gara Martin, pasti dia yang memasukan obat perangsang itu ke dalam minumanku. Awas kau Martin! Awas!" Alea mengepalkan kedua telapak tangannya, ia bertekad untuk membuat perhitungan dengan Martin. **** Lee membuka pintu mobil untuk. Alea, saat mobil berhenti tepat di depan pintu lobby kantor Alea. "Nyonya, aku harus kuliah hari ini, aku akan kembali sebelum waktu anda pulang nanti sore," ucap Lee. "Hmmm," Alea hanya mengangguk saja. Lalu melangkah meninggalkan Lee. Lee memarkir mobil Alea, ia serahkan kunci mobil pada Security kantor, seperti biasanya. Lalu ia mengambil motornya yang sengaja ia tinggal di parkiran motor para Security. "Kuliah, Mas?" tanya Andi, salah satu security yang sedang bertugas "Iya, Pak." "Beruntung sekali Mas Lee ini, bisa kerja sambil kuliah." "Alhamdulillah Pak, mari Pak, saya permisi dulu. Assalamuallaikum," pamit Lee. "Walaikum salam," Andi menganggukan kepalanya. Lee segera memacu motornya menuju kampus. Sementara Alea sudah berada di dalam ruangannya. Otaknya tengah berpikir untuk membalas perlakuan Martin kepadanya. Ia harus merancang sebuah rencana, agar pembalasan ini sempurna. "Martin sialan! Gara-gara dia, aku harus tunduk pada ancaman supir kurang ajar itu. Arrghhh, awas kau Lee!" Alea memukul meja dengan telapak tangannya. Suara ponsel dari dalam tas mengagetkannya. Alea membuka tas, dan mengambil ponselnya. "Mas Reno," jantung Alea berdegup kencang, rasa bersalah membuat hatinya gelisah. Ia merasa sudah menghianati Reno, mantan suami yang berharap kembali bisa menikah lagi dengannya. "Hallo, selamat pagi Sayang," terdengar suara Reno yang lembut membelai pendengaran Alea. Dan wajah klimis Reno muncul di layar ponsel Alea. "Selamat pagi, Mas. Kapan pulang?" Alea duduk di kursi kerjanya. "Aku belum tahu, masih banyak pekerjaan yang harus aku bereskan." "Ooh" "Bagaimana kabarmu?" "Aku baik, Mas." "Lee?" "Setelah mengantarku, dia pergi kuliah." "Biarkan saja, karena itu sebagai salah satu janjiku padanya, saat aku meminta dia untuk menikahimu. Apa kamu sakit Sayang, wajahmu terlihat pucat?" Reno lebih mendekatkan wajahnya ke layar ponsel. Alea tersenyum, kepalanya menggeleng, wajahnya sedikit menunduk, untuk menghalangi lehernya dari pandangan Reno. Sebenarnya, bukan lehernya yang ingin ia sembunyikan. Tapi, kiss mark buatan Lee yang ingin ia hindarkan dari tatapan mata Reno. "Aku baik Mas, hanya sedang banyak pekerjaan." "Ooh, jaga kesehatanmu, Sayang. Jangan telat, apa lagi lupa makan. Baiklah, aku juga sedang banyak pekerjaan. Aku mencintaimu, byee Aleaku." "Bye, Mas." Alea mematikan ponselnya, ini pertama kalinya ia kehilangan semangat, saat menerima telpon atau video call dari Reno, sejak mereka memutuskan untuk bersama lagi. Alea merasa tubuhnya sangat lelah, tapi ia harus bertahan, karena ada meeting penting hari ini. Ia harus menyiapkan semuanya, agar meeting berjalan dengan lancar, dan sesuai harapannya. BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD