21. PENGHALANG

1341 Words
Ketiga murid Kakek Hamzo yaitu Stev, Chely dan Ricko sedang dalam perjalanan menuju lokasi tempat bersemayam pedang suci legendaris. Seperti apakah pedang legendaris tersebut, mungkinkah memang pedang yang memiliki kekuatan hebat? Kemungkinan besar memang seperti itu. *** Pagi hari sudah tiba, namun keadaan masih gelap. Terlihat Stev masih tidur dengan lelapnya, kondisi tersebut sengaja dilakukan Stev karena dia harus menunggu agar keadaan hutan benar-benar terang, supaya bisa melakukan perjalanan dengan aman dan mudah. Sekian detik kemudian, terdengar suara ayam hutan berkokok. "Kukku Ruyuuk!" Stev mendengar dan terbangun mendengar itu, dia juga sedikit terheran. "Hah, tumben ada suara ayam hutan berkokok. Dari mana asalnya?" gumam Stev sambil mengucek kedua matanya. "Hooaamm, tapi kondisi hutan masih gelap. Nanti sajalah bangun," lanjutnya memilih tidur kembali sebentar, sementara suara ayam jantan hutan terus berkokok. Stev tersenyum mendengar itu, meski sambil memejamkan mata. Sekitar 30 menit berlalu, Stev sudah bangun dari tidur dan wajahnya sudah tampak fresh, karena dia mencuci muka dengan embun yang ada di sekitar hutan ini. Saatnya Stev melanjutkan perjalanan mencari pedang suci legendaris, dia merasa semangat dan bahagia karena lokasi tersebut sudah dekat, akan tetapi mungkin banyak rintangan dan bahaya yang bisa datang. Stev tidak memikirkan itu berlebihan, mungkin karena saat ini dia adalah kesatria, meskipun belum menjadi kesatria hebat. "Semoga gak ada bahaya dan aku bisa mendapatkan pedang legendaris itu dengan mudah," ucap Stev penuh harap. Dia terus menelusuri hutan dengan semangat yang menggebu-gebu, tidak lama kemudian, dia mendapati sesuatu yang aneh. "Kenapa perasaanku berbeda? Sepertinya di depan akan ada sesuatu yang berbahaya. Aku harus hati-hati," gumamnya menduga sesuatu. Matahari semakin meninggi dan sinarnya mulai hangat, namun karena ada di dalam hutan, sinarnya banyak terhalangi pepohonan. Stev semakin waspada mulai saat ini, karena dia merasakan aura yang lain dari yang lain. Ketika Stev berjalan, tiba-tiba ... "Brukk! Aduh!" keluhnya kesakitan karena menabrak sesuatu, bahkan terdorong mundur dan hampir terjatuh. "Ada apa ini? Perasaan gak ada tembok atau pun pohon di depan," ucapnya terheran, kemudian Stev mencoba lanjut berjalan, namun dengan sangat hati-hati. Saat itu, Stev tidak bisa melewati jalan di depannya, karena ada sesuatu yang tidak terlihat di depannya, dia meraba-raba seperti dinding tebal yang sangat kokoh. "Apa jangan-jangan ini yang dimaksud Kakek Hamzo, dinding pelindung? Aku harus melakukan sesuatu," kata Stev, kemudian kedua matanya menyala biru dan merah. Dengan itu, Stev mampu melihat medan pelindung tersebut, ternyata medan pelindung sangat menarik dan memanjang di depan Stev, kemungkinan besar mengelilingi area tertentu, bisa jadi untuk melindungi pedang suci legendaris. Medan pelindung tersebut mirip seperti energi yang berkobar, energi dengan perpaduan warna biru dan merah, sungguh unik, tapi mampukah Stev melewati medan pelindung tersebut? Mungkin tidak akan mudah. "Siaal, sepertinya ini memanjang. Apa yang harus aku lakukan?" Stev mencoba berpikir sesaat dan melakukan sesuatu agar bisa melewati dinding pelindung tersebut, di area yang terlindungi tersebut masih hutan, tapi mungkin tidak luas. Kemudian Stev mencoba mendorong-dorong medan pelindung tersebut, akan tetapi hasilnya sia-sia, bahkan mencoba memukulnya pun malah tangan Stev yang kesakitan. Dia tidak akan menyerah, selanjutnya mencoba membelah dengan pedang dari Kakek Chimon. "Clenk! Clenk! Clenk!" Bahkan tidak mempan sama sekali, terdengar seperti dinding baja, itu pasti sulit ditembus. "Siaal, keras sekali ternyata. Mungkin ada rahasia tersembunyi di balik medan pelindung ini," ucap Stev. Dia berpikir lagi sesaat, kemudian mendapat ide yang perlu dicoba. Stev memasukkan pedang itu kembali ke wadahnya yang ada di belakang. Selanjutnya bersiap sambil menarik napas panjang. "Semoga berhasil." Stev meletakkan kedua telapak tangannya ke dinding pelindung, dia memusatkan energi dalam tubuhnya ke semua telapak tangan, sambil teriak dia berusaha sekuat tenaga mendorong medan pelindung itu. "Hooaaaaa!!!" teriaknya berusaha sekuat mungkin menekan penghalang itu. Kedua mata Stev semakin menyala terang dan energi dalam tubuhnya juga mengalir cepat. Sesaat kemudian, medan pelindung bereaksi, aura energi warna biru dan merah bergerak cepat tidak beraturan. Stev terus berteriak dan berusaha mendorong penghalang di depannya itu. "Whoooaaa!" kaget Stev tiba-tiba maju hingga terjatuh ke depan, ternyata dia berhasil melewati medan pelindung, dia merasa kaget dan hampir tidak percaya. Stev segera mengecek kondisi Medan pelindung dan ternyata sudah menghilang entah ke mana, sungguh ajaib. Mungkin medan pelindung tersebut ada hubungannya dengan Stev, apalagi warnanya sama dengan kedua mata Stev, sungguh menarik. "Yess, berhasil. Menghilang ke mana dinding penghalang tadi?" ucap Stev bertanya-tanya, padahal kedua matanya masih menyala namun tidak seterang saat mendorong tadi, seharusnya bisa melihat medan pelindung jika masih ada. "Sepertinya penghalang itu memang hilang. Entahlah, gak perlu memikirkan itu, yang penting aku bisa melewati itu," lanjutnya merasa bahagia, dia segera melanjutkan perjalanan. Sepertinya Stev memanglah orang yang terpilih, ini sungguh menarik. Akan tetapi mungkinkah pedang suci legendaris bisa cocok dengan Stev? Semoga saja memnag cocok, sehingga Stev bisa menjadi kesatria hebat. Baru sekitar 1 menit Stev, melanjutkan perjalanan dia menemui sesuatu yang berbahaya, dia terkejut melihat itu. "Hah, ular? Banyak sekali. Siaal, kenapa ular-ular itu ada di situ?" ucapnya merasa kesal. Sepertinya Stev tidak bisa menghindar dari ular-ular tersebut, karena binatang berbisa itu sangat banyak dan menyebar di sepanjang hutan. Stev harus bisa melewati para ular itu apapun yang terjadi, dia yakin bahwa ular itu adalah penjaga pedang suci legendaris. Stelah dilihat-lihat, ternyata tidak jauh di belakang para ular, ada lautan. Itu berarti lokasi pedang suci legendaris sudah ada di depan mata. "Wah, ini menarik. Pedang legendaris itu benar-benar udah dekat, aku harus segera mendapatkan itu. Tapi ... aku ahrus mengatasi para ular ini," ucapnya merasa bahagia. Ular-ular itu siap menggigit Stev, dia harus ekstra hati-hati, apalagi jumlah ular cukup banyak, Stev sampai tidak bisa menghitungnya. Stev mencari cara agar bisa lewat dengan mudah, kemudian dia mengambil sebuah ranting kayu yang cukup panjang, yaitu sekitar 2 meter. Selanjutnya, Stev bersiap melewati para ular, akan tetapi sebel itu ada 3 ular yang maju menyerang Stev. "Wow, berani sekali kalian denganku!" ucap Stev dan segera melesat maju. Salah 1 ular melompat ingin menggigit Stev, dengan gesit Stev menghindari itu. Ada yang lain menyerang dari bawah, Stev langung lompat menjauh. "Huh, hampir saja!" Ular yang lain melompat lagi, melihat itu Stev menghalanginya dengan ranting kayu tadi, dia mengibaskan ular hingga terlempar jauh. Stev tidak ingin membuang waktu banyak, dia langsung lari maju ke arah ular yang banyak. Para ular itu, juga bersiap menghadapi Stev. Beberapa dari mereka maju menyerang Stev, dengan gesit Stev lompat setinggi mungkin untuk menghindari para ular, dia lompat menuju pohon. Namun ada ular yang di dekat terus mengawasi gerakan Stev, saat Stev di bawah pohon, ular itu menyerang dengan menyemburkan bisa beracun ke arah Stev. Mengetahui itu, Stev langsung lari ke atas pohon. "Crusshh!" Sungguh berbahaya, ternyata serang bisa ular sangat beracun, bahkan sampai melelehkan batang pohon. Untung saja tidak sampai membuatnya tumbang. "Apa-apaan kekuatan ular itu, sungguh mengerikan. Sebenarnya mereka ular macam apa? Aku belum pernah mendengar ada ular menyemburkan bisa sampai seperti itu," ucapnya merasa terheran. "Entahlah, sebaiknya aku segera pergi dari para ular tersebut," lanjutnya lalu mencari cara kabur. Stev bergelantungan ke ranting pohon, mencari tanah yang tidak ada ular, lalu lompat ke bawah, akan tetapi para ular tidak membiarkan Stev lolos begitu saja. Sebanyak 3 ekor ular melesat ke arah Stev yang baru saja turun, bahkan ketiga ular menyemburkan bisa beracun. "Whooaaa!!" kaget Stev dan langsung melesat dengan kecepatan terbaiknya. Serangan bisa ular melelehkan, batu dan rerumputan di sekitar itu, sangat berbahaya jika sampai kena. Stev terus berlari menjauh dari tempat para ular beracun, saat ini sudah mendekati lautan yang tidak jauh dari tempat ular. Pantai lautan tersebut tidak berpasir, karena berada di dekat hutan, airnya juga tenang dan hanya hampir tidak ada ombak yang terlihat. Stev berhenti sebelum terjun ke laut, dia mengecek keberadaan para ular yang seharusnya sudah jauh darinya. "Syukurlah, para ular itu tidak mengejar sampai sini," ucapnya merasa lega. Ternyata ular-ular di tempat tadi, memang tidak mengejar Stev, mereka hanya terdiam sambil memandang arah kepergian Stev. Tidak lama kemudian, para ular itu tiba-tiba menghilang satu per satu, hingga akhirnya semua menghilang entah ke mana. Mungkinkah para ular itu adalah ilusi? Sepertinya bukan, karena bekas serangan ular yang melelehkan batang pohon, batu, dan rumput masih ada. Kemungkinan besar, para ular itu kembali ke tempat tinggalnya, bisa jadi ke dimensi lain, sungguh sulit didefinisikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD