25. TERKENA RACUN

1465 Words
Dengan santainya Ricko melakukan perjalanan, sifat cerianya sungguh menyembunyikan kekuatannya yang hebat, bahkan dia berhasil dengan mudah melewati medan pelindung. *** Ricko segera melanjutkan perjalanan menuju lokasi pedang suci legendaris. Mungkin perjalanan mulai sulit, karena dia sudah melewati medan pelindung. "Maju, ayo maju terus, yeyei! Hmm, sebentar lagi aku akan mendapatkan pedang legendaris, yuhuu!" ucap Ricko sangat bersemangat. Jalan mendaki bukit cukup mudah, sedikit penghalang karena hanya ada pepohonan kecil dan bebatuan, akan tetapi jalannya tidak lurus, namun miring ke atas, itu sudah jelas karena melewati perbukitan dan menuju ke puncak. Suhu semakin dingin dan angin bertiup cukup kencang, Ricko mulai waspada karena merasakan sesuatu yang tidak biasa. Saat berjalan sekitar 2 menit, dia melihat sekumpulan binatang melata atau serangga yang cukup mengejutkan. "Kalajengking? Benarkah itu kalajengking? Gilax, kenapa sebesar itu, banyak lagi," ucapnya terheran. Semua kalajengking itu ukurannya memang tidak seperti kalajengking biasanya, karena jauh lebih besar dari ukuran umum, sepertinya 5 kali lipat lebih besar, sungguh mengerikan. Bagaimana jika sampai menyengat manusia biasa? Pasti langsung berakhir. Akan tetapi jika sampai menyengat seorang pendekar seperti Ricko, mungkin masih bisa bertahan. Sepertinya banyak kalajengking itu adalah penjaga pedang legendaris di tempat ini, Ricko harus bisa melewati semua itu. Dia bersiap mengatasi para kalajengking dengan mengambil pedang kayu miliknya, sebelum berangkat dia membawa itu untuk berjaga-jaga. "Mereka semua pasti beracun, aku yakin itu!" Ricko maju perlahan mendekati para kalajengking, ketika sudah dekat, hampir semua kalajengking mengetahui keberadaan Ricko, sehingga siap menyerang. "Huh, cepat sekali tau. Tapi aku memang gak sembunyi sih, lagi pula gak ada tempat persembunyian. Satu-satunya cara harus melewati semua kalajengking itu," gumamnya tidak ada pilihan lain. Ricko tidak mau berlama-lama, dia bergegas lari menghadapi para kalajengking. "Serang!" teriaknya sambil membawa pedang dengan serius. Ricko berusaha menghindari semua kalajengking, namun ada beberapa dari serangga itu melompat untuk menyengat Ricko, melihat itu dia segera menghindar sebaik mungkin. Ricko terus maju ke atas bukit, sebisa mungkin lewat tanpa menyerang para kalajengking. Akan tetapi 5 kalajengking menyerang dari depan, 3 darinya melompat ke arah Ricko. "Ini harus dilayani, praakkk!" ucap Ricko menebas 3 kalajengking hingga terpental jauh dan tergeletak. Sepertinya kulit kalajengking sangat keras, bahkan pedang kayu milik Ricko tidak bisa menebaknya, namun setidaknya bisa menyingkirkan 3 kalajengking itu. Dia memandang 2 kalajengking di depannya yang sedang bersiap, selanjutnya bergerak maju dan waspada juga. Sesaat kemudian, 2 kalajengking itu menyerang dengan teknik, yaitu menembakkan jarum-jarum beracun dari ekor masing-masing. "Apa-apaan itu?" kagetnya merasa kesal. Ricko berusaha menghindar, namun kesulitan karena jarum cukup banyak dan menyebar, ditambah kecepatan serangan cepat. Ricko memutar-mutar pedangnya dengan cepat untuk menjadi tameng dari serangan kalajengking. Berhasil menghalangi serangan tersebut, namun terkena 1 di kaki, pasti karena kakinya tidak terlindungi. "Aww, sakit," keluhnya, kemudian mencopot jarum beracun yang mengenai kakinya. "Jarum tersebut berwarna ungu dan tampak seperti energi. "Ini, gak mungkin ... Sebenarnya serangga macam apa mereka? Aku yakin bukan dari dunia ini," lanjutnya memperhatikan jarum milik kalajengking, dia menekan dan mencoba mematahkan jarum itu kuat-kuat, sehingga bisa patah dan hancur. Sebelum racun menyebar, Ricko segera bertindak. Dia memusatkan energinya di kedua kaki, lalu melesat cepat maju menuju atas bukit. Dua kalajengking itu, melompat untuk menyerang Ricko, namun dengan gesit, Ricko menghindari semuanya dengan mudah. "Good, sangat mudah!" ucapnya merasa senang. Setelah itu, masih ada kalajengking lainnya, bahkan menembak dengan jarum-jarum energi. Ricko harus fokus dan mengaktifkan kedua matanya, sehingga menyala dan bisa melihat kecepatan jarum kalajengking. Dengan itu, dia bisa menghindari semuanya meski harus bergerak ke kanan dan ke kiri. Setelah serangan kalajengking selesai, Ricko maju dengan cepat dan melompat setinggi mungkin, dia berhasil melewati beberapa kalajengking di depannya dengan lompatan tersebut. "Hehe, selamat tinggal para serangga menyebalkan!" Ricko terus berlari menuju bukit dengan kekuatan energi dalam tubuhnya, namun sekian detik kemudian, dia harus berhenti, karena takut kelelahan dan kehabisan energi, meski sebenarnya energikliknya masih tersedia banyak. Akan tetapi, tujuan utamanya adalah menghemat energi untuk melawan musuh atau penghalang lain di depan nanti, dia yakin pasti masih ada rintangan selanjutnya. Apalagi dia harus mengatasi racun yang ada di kakinya tadi. "Oh, tidak. Ini sungguh tidak baik. Aku harus segera mengobati luka dan racun ini." Ricko melihat bawa racun kalajengking mulai menyebar, tapi masih sedikit dan bisa terlihat. Kaki Ricko yang terluka sedikit biru dan terasa agak panas, mungkin jika menyebar ke seluruh tubuh bisa membuatnya lemas. Ricko mengambil sesuatu di kantong bekalnya, ternyata dia membawa serum penawar racun. Dia membawa itu sejak dari rumahnya di desa Green-Lake, karena dia sudah memikirkan resiko perjalanan menuju turnamen dan tempat lainnya, termasuk pencarian kesatria hebat, alias Kakek Hamzo, dan sekarang ditambah pencarian pedang suci legendaris. "Ini pasti bukan racun sembarangan, aku harus memusatkan energi dalam tubuhku untuk membantu serum penawar racun ini," pikirnya kemudian menggunakan energi dalam tubuhnya untuk menekan racun dalam kakinya agar tidak menyebar, kemudian Ricko segera menyuntikkan serum tersebut setelah tercampur seelah energi miliknya berkumpul di kakinya. Sesaat kemudian, energi dalam tubuhnya dan serum anti racun menyebar hingga seolah-olah sedang melawan racun kalajengking. Tidak lama kemudian, racun kalajengking perlahan menghilang dan kaki Ricko tidak membiru lagi. "Bagus, ini berhasil dengan sempurna!" ucapnya merasa bahagia, dia segera berdiri dan mencoba kakinya dengan menendang nendang, tampaknya aman dan tidak ada masalah. Di tempat banyak kalajengking tadi, semua serangga itu juga menghilang satu per satu, sama seperti ular dan kupu-kupu di tempat Stev maupun Chely. Sepertinya memang binatang yang berasal dari dimensi lain. "Baiklah, saatnya melanjutkan perjalanan!" Dengan tersenyum kembali, Ricko melangkah, bahkan sambil bersiul. Akan tetapi dalam hatinya juga waspada dan keuda matanya juga fokus memperhatikan keadaan sekitar. Selama sekitar 1 menit perjalanan, dia merasakan sesuatu yang berbahaya datang. "Dari atas!" ucapnya dan langsung melihat ke atas, tiba-tiba ada sebuah angin berbentuk seperti shuriken menembaknya, Ricko bisa melihat itu karena kedua matanya sudah menyala hijau dan kuning. Melihat itu, dia segera melompat untuk menghindari serangan dari atas, bahkan tembakan itu beberapa kali terjadi. Untung saja Ricko berhasil menghindari semuanya, meski sedikit kesulitan. "Siapa itu, tunjukkan dirimu!" teriak Ricko setelah serangan beruntun itu selesai. Di atas bukit ini memang awan sudah mulai menutupi lokasi. Sehingga ada sesuatu yang tersembunyi di balik awan, sepertinya makhluk terbang. "Keluar cepat!" teriaknya lagi merasa kesal. Sesaat kemudian, perlahan makhluk terbang muncul dari balik awan putih, ternyata seekor gagak raksasa. Ukurannya mungkin 10 kali lebih besar dari gagak biasa, hal itu membuat Ricko terkejut. "Gagak raksasa? Dari mana asalnya?" Sungguh sulit di percaya!" Melihat itu, Ricko bersiap menghadapi gagak raksasa itu. Sepertinya cukup sulit dalam menghadapi makhluk terbang. "Aku harus berhati-hati?" batinnya serius. Sesaat kemudian, gagak itu melesat cepat terbang menyerang Ricko. Ketika dekat, Ricko melompat gesit ke samping sehingga gagak mencakar tanah hingg berlubang. "Sungguh mengerikan cakarnya!" Gagak itu melesat lagi ke arah Ricko, melihat itu Ricko segera mengambil pedang kayu miliknya. "Prakk!" suara pedang kayu bertabrakan dengan paruh gagak. Ternyata pedang kayu cukup keras dan mampu menyeimbangi paruh gagak. Setelah itu, Ricko menarik pedangnya ke samping, lalu mengayunkan ke arah leher gagak, akan tetapi gagak raksasa itu terbang mundur untuk menghindar. "Sial, kabur dia!" Ternyata gagak raksasa menyerang lagi dengan teknik seperti saat pertama kali, yaitu menembakkan shuriken udara sebanyak 10 kali ke arah Ricko. "Ini bahaya!" ucap Ricko dan segera memusatkan energi dalam tubuhnya ke kaki agar bisa menghindar dengan cepat. "Darr!" "Darr!" "Darr!" Suara shuriken udara seperti meledak saat mengenai bebatuan. Akhirnya semua serangan shuriken udara milik gagak raksasa berhasil dihindari oleh Ricko, dia tersenyum sambil melihat gagak raksasa yang gagal menyerangnya. Sesaat kemudian, gagak raksasa terbang melewati lagi menyerang Ricko. Mengetahui itu, Ricko bersiap dan fokus melihat gagak datang dengan terbangnya. Ketika sudah dekat ... "Sekarang!" Ricko melempar batu sekuat mungkin menggunakan tangan kanan, batu itu juga dilapisi energi miliknya. "Plakk!" Batu berhasil tepat mengenai mata kanan sang gagak raksasa, sehingga membuatnya berhenti menyerang Ricko karena kesakitan. "Hahaha, rasakan itu! Makanya jangan coba-coba membunuhku, aku ini bukan orang jahat tau!" kesal Ricko sambil tertawa senang. Sesaat kemudian, sang gagak marah dan menembak dengan shuriken udara ke sembarang arah. Hal itu membuat Ricko terkejut. "Whoaa! Ada apa dengannya? Mungkinkah dia marah?" Ricko segera lari menjauh menuju atas bukit, namun sang gagak tahu dan mengejar sambil menyerang dengan tembakan. Akan tetapi, terbang sang gagak tidak sebagus sebelumnya, pasti karena sedang terluka ditambah hanya bisa melihat dengan 1 mata. Dengan sekuat tenaga, Ricko terus berlari sambil menghindari serangan gagak raksasa, dia juga memusatkan energi miliknya di kedua kaki agar bisa lari dengan cepat. Sepertinya puncak bukit hanya tinggal beberapa meter lagi. Ricko fokus ke depan dan berlari sambil belok-belok sedikit, semua itu agar tidak terkena serangan gagak raksasa. Saat mencapai puncak bukit, Ricko melompat hingga terjatuh. Kemudian dia terlentang di puncak bukit, dia merasa kelelahan dan istirahat sejenak di situ. Ternyata di atas bukit merupakan dataran yang cukup luas, awan pun seolah-olah terlihat lebih rendah dari puncak bukit, memang sebenarnya awan lebih rendah, namun ada juga yang sedikit lebih tinggi. Tentu saja itu adalah pemandangan yang sangat indah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD