65. MELAWAN 2 PENYIHIR

1215 Words
Kelima penyihir jahat bersembunyi di labirin Hidden Earth, sepertinya mereka sedang merasakan keberhasilan ritual untuk mendapatkan tubuh muda dan abadi. Stev dan teman-teman sudah berada di labirin tersebut untuk mengalahkan semua penyihir jahat. *** Saat serangan duri tanah besar itu berhenti, mereka bernapas sesaat, namun datang serangan yang lain yang berbeda, yaitu serangan banyak mirip anak panah berwarna putih mengkilap, serangan tersebut melesat cepat dengan jumlah yang cukup banyak dan terus menerus. Stev dan yang lain terkejut serta berusaha menghindar lagi, terkadang berlindung menggunakan pedang legendaris. "Sungguh menyebalkan, kenapa mereka bersembunyi? Dasar penakut!" gumam Chely sambil menghindar dengan berlari cepat. Para kesatria menyadari bahwa serangan yang ini berbeda, mereka tidak tahu serangan milik penyihir yang mana, tapi mereka berpikir bahwa bukan dari 3 penyihir yang memperkenalkan diri sebelum turnamen dimulai itu. "Mungkinkah ini kekuatan dari salah 1 penyihir baru itu?" gumam Stev. Serangan yang ini ternyata terbuat dari kaca yang dibentuk mirip anak panah, tentu saja ujungnya sangat tajam, pasti sangat berbahaya jika sampai terkena 1 serangan. Selama sekian detik, serangan yang kedua tersebut berhenti, serangan dari kaca tersebut membekas di dinding labirin belakang, semua tertancap di sana. Sesaat kemudian, terdengar suara tawa 2 orang ... "Hahaha!" "Ternyata kalian semua hebat juga," ucap salah 1 musuh. "Aku sungguh gak menyangka! Aku pikir kalian benar-benar kecoa!" ucap musuh lainnya. Suara yang kedua ini, Stev, Chely, dan Ricko ingat, itu adalah suara penyihir Gennai. "Guys, apa kalian ingat suara itu?" tanya Stev. "Iya, kami ingat," jawab Chely dan Ricko. "Jadi kita akan bertarung melawan penyihir yang bernama Gennai itu? Oke, ini menarik, tapi siapa yang satu lagi?" lanjut Chely bertanya. "Entahlah, aku gak peduli. Yang terpenting kita harus kalahkan semuanya," balas Ricko masih kesal. "Ya, itu harus." Tidak lama kemudian, akhirnya muncul juga 2 penyihir yang bersembunyi itu. Keduanya muncul dari balik dinding labirin, berada di sebelah kanan dan kiri pintu masuk menuju ruangan berikutnya. Dinding labirin terbuka hingga membentuk kotak setinggi 2 meter, sepertinya itu kekuatan penyihir Gennai yang memanipulasi dinding labirin, apalagi terbuat dari tanah. Tanpak 2 penyihir itu tersenyum senang saat memperlihatkan didirnya, sementara Stev dsn teman teman semakin wasapa, mereka benar bahwa 1 musuh asalah panitia yang waktu itu memperkenalkan diri. "Hay swmuanya! Mungkin leboh baik kita berkenalan lagi. Aku Gennai sang kesepian," ucap penyijir Gennai dengan wajah senyum palsu, tampak di balok wajah senyum tersebut terpanvar aura membunuh. "Dan aku Marxo sang pengintai, aku jauh lebih muda dari kalian, tapi umurku yang sebenarnua jauh pebih tia daei kalian, hehehe," ucap pengihir Marxo bangga. "Cihh, apa-apaan mereka. Dasar pembunuh dan pencuri jiwa!" gumam Stwv oelan dan didemgar teman-temannya, tampaknya Chely dan Eicko juga sependspat serta kesal dengan ucapan 2 pengihir itu. "Tunggu! Julukannya pengintai? Mungkinkah selama turnamwn berlangsng, dia selalu mengintai kiya?" tanya Stwb pelan kepada 2 temannya. "Bisa jadi memang begitu, berwrti dia sudah tau kekutan pedang kita," jawab Chely. "Aku gak oedulu itu, pokoknya kita harus seirius da menang!" tambah Rixko masih saja emosi. "Bersiaplah nyawa kalian melayang, biar dunia ini semakin sepi," ucap penyihir Gennai. "Aku tau pedang kalian memang hebat, tapi aku gak takut sekarang ini, karwna tubuh kami abadi, hahaha!" ucap pengibir Marxo. "Apa? Abadi?" kaget Stev dan teman-teman. "Sudah aku duga, pantas saja tubuh merewka tamoak segar kembali," lanjut Ricko. "Ini memang keterlaluan, mereka menxuri swbagian jiwa manuisa di bumi. Kita harus rebut kembali!" gumam Stwv pelan. "Ya, itu wajib!" Sesaat kemudisn, para kesatria tidak mau berlama-lama mendengarkan omingan 2 penyihir tersebut, karwna mereka merasa bosan. Kekuatan energi Stev, Chely, dan Ricko meningkat pesat, mungkin hampir maksimal. "Hooo, jadi mwreka mulai serius. Hebat dan pemberani sekalo mereka," gumam Gennai dengan terdenyum sinis. "Oke mari kita xoba kekuatan mereka!" tambah Marxo. Terlihat energi Marxo dan Gennai mulai meningkat, energi mereka berdua berwarna hitam agak ungu. Berbeda dengan para kesatria yang semuanya berwarna jingga agak keemasan, mungkin karena para penyihir memiliki kekuatan gelap dan jahat. Stev dan yang lain memperhatikan kekuatan energi musuh dengan serius, menurut mereka energi gelap itu pasti berbahaya. Stev dan Ricko melesat maju menyerang Gennai dan Marxo, mereka menggunakan pedang legendaris untuk menebar musuh. Namun saat jngin menebas, masing-masing musuh sanggup menangkis dengan mudah, yaitu menggunakan tangan kanan. Tetapi di tangan 2 penyihir diselimuti energi gelap, sehingga membuat mereka terlindungi tajamnya pedang legendaris. "Apa? Gak mungkin," kaget Stev dan Eicko. Kemudian, 2 penyihir menyerang Stev dan Ricko menggunakan kekuatan gelap, mereka menggunakan tangan kiri. Untung saja Stev dan Ricko berhasil menghindar, serangan gelap mirip tembakan bola hitam. Stev dan Ricko melompat mundur, lalu Stev menyerang dengan kekuatan api. Sebuah kobaran api menyerang penyihir Gennai, musuh hanya melompat untuk menghindar, akan tetapi Chely menyerang dari belakang menggunakan pedang kegelapan, tebasan kegelapan mengenai telak Gennai di punggung. "Yess, berhasil!" ucap Chely merasa senang. "Hmm, lumayan. Tapi rasanya hanya gatal!" kata Gennai sambil mengusap punggungnya. "Apa? Gak mempan?" kaget Chely dan teman-teman, teramsuk roh binatang suci. Perlu diketahui bahwa kekuatan pedang kegelapan Chely berbeda dengan kekuatan gelap milik para penyihir, karena milik Chely hitam pekat sementara milik penyihir hitam keunguan. "Jadi tubuh mereka sangat kuat dan tahan dengan serangan kita!" batin Stev, begitu juga dengan Chely dan Ricko. "Tapi kenapa dia tadi menghindar dengan serangn api milikku?" lanjutnya masih ragu. Mungkin saja penyihir Gennai hanya ingin bermain-main dengan mereka. "Sungguh menyebalkan, ini cukup sulit!" ucap Chely. Meski begitu, Ricko tidak peduli, dia mencoba menyerang lagi, namun menggunakan pedang angin. Tebasan angin melesat, tapi Marxo tetap menghindar, hal itu membuat Ricko tersenyum, karena bisa saja seesnagnnya mempan. Ricko menyerang lagi beberapa kali, tetapi penyihir Marxo selalu berhasil menghindar hanya dengan bergerak ke samping kanan atau kiri. "Cihh, hebat sekali dia. Bagiamana dengan ini?" batin Ricko lalu melesat maju mendekati musuh. Ternyata Ricko hanya ingin mbuat musuh terkejut, tapi sekalian Ricko ingin menyerang jarak dekat. "Rasakan ini!" teriak Ricko sambil mengayunkan pedang udara. Penyihir Marxo tampak terkejut, sepertinya dia tidak bisa menghindar lagi. "Wushh!" Serangan udara milik Ricko berhasil dengan sempurna, akan tetapi musuh malah tertawa renyah. "Hahaha! Serangan macam apa ini, sungguh lemah dan gak berguna?" ucap Marxo percaya diri. Ricko dan yang lain terkejut melihat Marxo sama sekali tidak terluka, Ricko sendiri lebih terkejut karena itu adalah serangannya. "Sepertinya mereka gak bisa menyentuh kami, ini sangat menarik," batin Marxo. Setelah itu, Marxo melesat maju ingin menyerang Ricko sebagai balasan. Hal itu membuat Ricko terkejut, begitu juga dengan teman-temannya. "Ricko awas!" teriak Chely merasa khawatir. Penyihir Marxo menyerang dengan kekuatan gelap di tangan kirinya, berbentuk seperti pisau. Meski terbuat dari kekuatan gelap, tapi itu sangat berbahaya dan tajam. Ricko berusaha menghindar, sekian kali. Saat serangan kelima, Ricko terkena sedikit di bagian lengan atas. "Ughh, perih!" keluh Ricko. Teman-temannya khawatir, tapi Stev juga diserang oleh penyihir Gennai yang mengepalkan kedua tangannya serta diselimuti kekuatan gelap. Stev, terkejut namun masih bisa menghindar. "Glar!" suara benturan dinding labirin yang terkena pukulan Gennai, tampaknya serangan Gennai sangat kuat karena dinding labirin sampai berlubang. Stev diserang terus oleh Gennai, namun Stev juga menyerang Gennai dengan tebasan pedang suci legendaris, sehingga mereka saling serang dan menghindar, terkadang saling beradu teknik. Sedangkan Chely membantu Ricko yang terluka sedikit, dia berusaha menebas Marxo, namun ditahan menggunakan tangan yang diselimuti kekuatan gelap. Ketajaman pedang legendaris benar-benar terhalang oleh kekuatan gelap musuh, hal tersebut membuat para kesatria kesulitan dalam melukai kedua penyihir itu. Sepertinya memang sulit melawan para penyihir, Stev dan teman-teman harus berjuang sebaik mungkin. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD