40. MELAWAN 3 MONSTER

1371 Words
Stev, Chely, dan Ricko berhasil melewati rintangan tahap pertama, semua rintangan itu sangat berbahaya, bahkan sudah jatuh korban di setiap rintangan tersebut. *** Terlihat beberapa kesatria lain juga bisa melewati rintangan tahap pertama, ada yang melewati kolam dengan terbang, sungguh hebat kekuatannya, ada yang berayun dengan tali kokoh yang ditancapkan ke dinding atas, ada yang lari di dinding pada bagian dalam lubang, ternyata lewat situ malah aman, namun harus hati-hati, ada yang membuat senjatanya melayang di udara dan digunakan untuk pijakan melewati lubang, senjata miliknya berbentuk lempengan tapi tajam, sepertinya mempunyai gaya magnet, ada yang melindungi seluruh tubuhnya dengan pasir agar terhindar dari gas beracun, ada yang menciptakan dinding penghalang di tengah agar bisa lewat dari gas beracun, sungguh menarik ternyata kekuatan para kesatria itu. Ternyata sang pengguna sabit malaikat kematian juga berhasil melewati rintangan, dan rintangan yang dia lewati berbeda dengan ketiga murid Kakek Hamzo, yaitu banyak duri-duri tajam di seluruh dinding, baik atas, bawah maupun kanan dan kiri, tidak mudah melewati itu, karena area duri cukup luas. Pria itu berhasil lewat dengan membuat duri-duri melunak sehingga aman dilewati, namun ada lubang yang tiba-tiba terbuka saat berpijak di atasnya, untung saja dia gesit dan segera melompat, karena lubang itu hanya seluas 1 meter. Kekuatannya lumayan unik, dia bisa melunakkan benda padat di sekitarnya dengan kekuatan energi miliknya dan dikombinasikan dengan senjata miliknya, sebenarnya itu memang senjata legendaris, yaitu sabit legendaris. "Huh, cukup menyusahkan tahap pertama ini. Apa yang lain bisa melewati ini? Entahlah, aku gak peduli pada mereka," ucap orang itu yang ternyata bernama Mello, karena terdapat tulisan nama tersebut di ikat kepala warna ungu miliknya. Mello bergegas melanjutkan perjalanan ke lorong selanjutnya, ternyata setiap peserta yang lewat lorong setelah rintangan tahap pertama juga mengalami hal sama, semua lorong selalu ada sesuatu yang bisa membunuh mereka, bahkan ada sedikit kesatria yang tidak bisa lolos hingga akhirnya tewas di lorong tersebut. Di lorong yang Mello lewati, dia mendapat bahaya gas beracun yang melelehkan dinding, tapi dia berhasil lolos karena menggunakan kekuatan energi miliknya untuk berlari secepat mungkin. Benar-benar labirin yang mengerikan, bisa saja dinamakan Labirin Kematian. Akhirnya beberapa peserta berhasil lolos ke tahap pertama, itu berarti mereka akan memasuki labirin tahap kedua. Seperti apakah rintangan tahap kedua? Pasti sangat mengerikan. Beberapa peserta yang lolos melihat adanya pintu menuju tahap kedua, mereka sempat berhenti sesaat dan memandang pintu di depannya tersebut, termasuk Stev, Chely, dan Ricko. Ternyata saat para kesatria lolos dari tahap pertama, terdapat tanda kelulusan mereka, mungkin karena terdeteksi di ruangan sebelum memasuki pintu tahap kedua. Sebanyak 40 kesatria yang berhasil lolos, sungguh sulit dipercaya karena hanya tinggal segitu, bahkan tidak ada 50 persen dari total peserta. Di mana peserta yang tidak lolos? Mereka ada yang menyerah dan mungkin kembali mencari jalan keluar, sedangkan sebagian kecil ada yang tewas di dalam labirin karena kecelakaan di rintangan tahap pertama, sungguh mengenaskan. Meskipun itu sebagian kecil, tapi nyawa begitu berharga bagi manusia. Saat ini sekitar 10 orang yang tewas di dalam labirin, mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur dan nyawa sudah melayang, labirin ini ibarat menjadi makam mereka yang tewas. Sungguh diluar dugaan. Namun ternyata, ada juga peserta yang tersesat di dalam labirin, menemui jalan buntu dan tidak tahu harus ke mana, beberapa dari mereka hanya muter-muter sampai pusing. Terlihat Stev memandang pintu labirin kedua, dia merasakan sesuatu yang buruk di depan. Tapi tidak ada pilihan lain, mau kembali pun tidak akan bisa, mungkin semua kesatria berpikiran sama. "Pintu tahap kedua turnamen, seperti apa isinya? Mungkin lebih buruk dari rintangan tahap pertama," kata Stev, kemudian memberanikan diri memasuki pintu labirin tersebut. "Hmm, tahap selanjutnya pasti lebih mengerikan. Aku harus hati-hati!" ucap Chely, lalu memasuki pintu tahap kedua yang ada di depannya. "Aku yakin tahap kedua lebih sulit dan berbahaya. Apapun yang muncul nanti, aku harus bisa melewatinya," pikir Ricko, dia bergegas memasuki pintu labirin tahap kedua dengan optimis. Semua memasuki pintu labirin tahap kedua dengan perasan bercampur aduk, yaitu sedikit takut dan semangat. Para peserta turnamen harus melewati semua tahap satu demi satu, karena itu pilihan satu-satunya. Saat ingat hadiah yang fantastis itu, mereka kembali semangat lagi demi menjadi pemenang turnamen ini. "Aku harus menang!" "Hadiah itu harus menjadi milikku." "Aku ingin menjadi orang paling tampan sedunia." Saat mereka memasuki pintu labirin tahap kedua, keadaan di sana hampir sama dengan yang pertama, yaitu gelap dan hanya ada sedikit cahaya. Semua peserta melewati jalan labirin yang cukup sulit, bahkan ada yang menemui jalan buntu, hingga akhirnya putar balik. Sekian menit berlalu, ada beberapa dari mereka yang sudah sampai di ruangan khusus tahap kedua, tapi sebelum mereka masuk, mereka mengintip dahulu. "Hah, monster? Gak mungkin ... Apa maksud turnamen ini harus mengalahkan semua monster, ada 3 monster lagi. Sungguh berbahaya," gumam seorang pria kesatria yang baru saja sampai, namun sembunyi dulu di lorong. Begitulah, terdapat 3 monster berbahaya dan cukup kuat di ruangan tahap kedua ini. Terlihat wujud monster mengerikan, monster pertama tinggi dan berbentuk seperti singa yang berdiri tegap, namun berkulit hitam dan mulutnya bertaring. Monster yang kedua lebih pendek namun agak gemuk dan berbentuk mirip kepiting, lengkap dengan kedua capit di tangan kanan dan kiri, monster ini juga berdiri tegap layaknya manusia. Sedangkan monster yang ketiga, lebih kecil namun memiliki sayap untuk terbang, monster yang ketiga ini mirip kelelawar, dan tentu saja memiliki taring, monster kelelawar juga bisa berdiri tegap seperti manusia. Stev juga sampai di ruangan yang ada 3 monster tersebut. "Monster-monster macam apa itu, sepertinya sangat berbahaya," gumam Stev dan belum siap untuk melawan 3 monster tersebut. Akan tetapi saat sedang mengintip, dia mendengar suara di lorong dan dinding labirin belakangnya, ternyata lorong tersebut tertutup perlahan. "Apa? Gak mungkin," kaget Stev mengetahui itu, dengan terpaksa dia harus keluar dari persembunyian dan siap bertarung melawan 3 monster tersebut, karena ruangan itu terbatas dan jalan berikutnya dilindungi oleh 3 monster menyeramkan itu. Sungguh pilihan yang buruk, tapi Stev langsung bersiap dengan pedang legendaris miliknya. Melihat Stev, monster itu langsung menyerang namun tidak semua. Yaitu monster kelelawar terbang dan berusaha mencakar Stev, kemudian Stev menghindar dengan melompat. Akan tetapi monster kelelawar itu terus menyerang berkali-kali, untung Stev selalu bisa menghindar karena dia juga mengaktifkan kekuatan energi dan kedua matanya. Stev melompat ke belakang, namun monster kepiting menyerang dari belakang. "Apa? Dasar tukang keroyok!" ucap Stev dan segera melesat untuk menjauh. Stev menggunakan kekuatan pedang legendaris seperti sebelumnya, tebasan es menyerang monster kepiting, namun monster itu berhasil menghindar dan bahkan menyerang balik dengan teknik semburan air. "Gahh, ternyata monster-monster itu cukup kuat," keluh Stev terkena sedikit semburan air di pinggangnya, namun tidak apa-apa. Sesaat kemudian, serangan monster singa tiba-tiba ada di sampingnya. Stev terkejut, namun masih bisa menghindar dengan lompat menjauh. "Brakk!" Serangan pukulan monster singa sampai membuat retakan dan lubang di tanah. "Ternyata monster-monster itu jauh lebih kuat dari pada monster yang aku lawan saat di tempat pedang legendaris itu. Sungguh tidak terduga." Selanjutnya, Stev menyerang dengan tebasan kobaran api ke arah monster singa, namun berhasil dihindari karena monster kepiting melindunginya dengan dinding air. "Ternyata gak semudah yang aku bayangkan untuk mengalahkan mereka," batin Stev, dia melirik ke pintu keluar, ternyata selalu dijaga oleh salah 1 monster, kali ini dijaga oleh monster kelelawar. Saat sedang berpikir, tiba-tiba monster singa menyerang lagi dan sudah ada di depan Stev. Melihat itu, Stev menahan serangan monster singa dengan pedang legendaris, namun Stev terdorong mundur karena kekuatan monster singa sangat kuat. Monster singa menyerang dengan tangan satunya, Stev memilih lompat dan menjauh sehingga pukulan monster singa gagal. Namun monster kelelawar menyerang dengan teknik jarak jauh, yaitu tembakan gelombang ultrasonic hingga mengenai tangan kiri Stev, serangan itu membuat Stev terluka. "Aww! Sungguh keterlaluan!" keluhnya. Kekuatan masing-masing monster berbeda, monster singa memiliki pukulan super, tendangan super, dan gerakan cepat, monster kepiting memiliki tubuh keras, capit dan teknik air, sedangkan monster kelelawar bisa terbang, punya cakar dan teknik gelombang ultrasonic. "Cihh, sungguh merepotkan!" umpat Stev. "Aku rasa harus mengeluarkan kekuatan penuh!" lanjutnya tidak ingin berlama-lama lagi. Para peserta lain juga berhadapan dengan 3 monster tersebut tentunya, termasuk Chely dan Ricko. Apalagi semua lorong di belakang mereka sudah tertutup, sehingga semua dipaksa melawan 3 monster berbahaya itu. Ternyata semua bentuk dan jenis monster yang harus dilawan adalah sama di setiap kesatria, mampukah semua kesatria mengalahkan 3 monster itu? Stev saja merasa kesulitan, apalagi kesatria lain yang tidak menggunakan pedang suci legendaris.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD