32. GODAAN

1269 Words
Ada desa baru yang saat ini Stev kunjungi sekalian untuk istirahat, yaitu desa Centaro. Sepertinya itu adalah desa yang damai dan tenteram, namun tidak tahu apakah benar begitu. *** Stev merasa canggung saat didatangi seorang wanita seksi, dia tidak berani memandang wanita tersebut, sementara wanita seksi tersebut malah senyum-senyum tidak jelas memandang Stev yang tampak malu. "Eee ... Apa Nona juga mau makan di sini?" tanya Stev memberanikan diri. "Oh, tentu saja! Aku baru menunggu pesanan ku yang biasanya. Uhmm, sepertinya kamu bukan orang sini? Dari mana asalmu?" "Iya, aku dari desa Blue-Sky. Sangat jauh dari sini," jawab Stev. "Wah, jauh sekali sepertinya. Hmm, aku juga belom pernah dengar desa itu. Aduh, maaf malah mengganggu makan mu. Silakan lanjutkan makan, gak perlu malu padaku." Stev hanya tersenyum, lalu melanjutkan makan perlahan, akan tetapi wanita seksi itu malah senyum-senyum dan terus memperhatikan Stev makan. "Sial, kenapa dia melihatku terus, makan ku jadi gak enak," batin Stev sambil mengunyah makanan pelan-pelan. Untung saja pesanan minuman wanita itu datang, jadi dia minum dulu sehingga membuat Stev sedikit nyaman dalam makan, kemudian Stev mempercepat makannya agar lebih bebas. Dua menit kemudian, akhirnya Stev selesai makan, tapi dia sedikit bingung kenapa pesanan makanan wanita seksi itu belum juga datang. "Apa kamu gak jadi makan?" tanya Stev penasaran. "Oh, aku cuma pesan minuman saja, karena aku sedang diet," jawab wanita seksi itu. "Tapi bukan hanya itu, aku ke sini karena ...," lanjut wanita itu terhenti hingga membuat Stev mengerutkan dahi karena ingin mendengar kelanjutan perkataannya. "Karena ...," ucap wanita seksi itu beranjak dari kursi dan mendekati Stev, tampak Stev terkejut dan mulai salah tingkah. Sesaat kemudian, wanita itu bahkan menyentuh pundak Stev dengan lembut dan tanpa ijin sama sekali. "Karena, aku ingin mengenalmu lebih dekat," ucap wanita seksi itu sambil tersenyum menggoda. "Ma-maaf, Nona. Jangan bercanda!" balas Stev sedikit menjauh agar tidak disentuh. "Ahahaha, maaf aku memang suka bercanda. Wah, apa kamu seorang kesatria?" tanya wanita itu saat melihat 2 pedang milik Stev yang ditaruh di kursi samping Stev, dia malah ingin memegang pedang milik Stev. "Eits, mohon jangan pegang-pegang senjata ini, karena terlalu berbahaya untukmu, Nona. Ya, boleh dikatakan bahwa aku ini memang seorang kesatria, hehe!" ucap Stev sambil melarang wanita seksi itu menyentuh pedangnya, terutama pedang suci legendaris, karena Stev tidak ingin ada yang melihat. "Oke, baiklah kalau pedang yang ini sangat berbahaya! Tapi ...," balas wanita seksi sambil mengelus punggung Stev, hal itu membuat Stev menelan saliva dan terdiam mendadak. "Tapi ... Apakah aku boleh pegang pedangmu yang masih tersembunyi?" bisik menggoda wanita seksi itu di dekat telinga Stev, bahkan berani membelai lembut pinggang Stev. "Hiyaaa!" teriak Stev karena terkejut sekaligus ketakutan, dia bergegas mengambil semua pedangnya dan beranjak dari kursi makan, Stev berniat kabur karena tujuan makan di sini sudah selesai. Para pengunjung lain terkejut saat mendengar teriakan Stev barusan, sementara wanita seksi itu juga cukup terkejut. "Maaf Nona, aku harus segera pergi. Ada hal penting yang harus aku lakukan," ucap Stev berpamitan, dia segera membayar uang makan tersebut. "Tunggu! Kenapa buru-buru sekali? Siapa nama kamu?" tanya wanita seksi itu. "Stev, namaku Stev. Sampai jumpa di lain waktu, permisi!" ucap Stev bergegas kabur setelah urusannya di kedai ini selesai. "Hihihi, Stev ya? Sepertinya dia pemuda yang masih polos! Dia terlihat ketakutan tadi. Huft, gagal menikmati tubuhnya deh," batin wanita seksi itu, ternyata sangat tertarik dengan ketampanan dan tubuh kekar Stev, bahkan ingin hal yang tidak senonoh, sungguh terlalu. "Hey! Apa yang kamu inginkan dari pemuda tampan itu?" tanya wanita pemilik kedai kepada wanita yang merayu Stev barusan. "Hah, apa? Gak ada," jawabnya. "Heh, pakai pura-pura segala. Aku udah hafal sifatmu," ucap pemilik kedai. "Ah, kamu. Udah lupakan! Aku mau makan," balas wanita seksi, ternyata tadi berpura-pura diet, karena sebenarnya hanya ingin merayu Stev, meski gagal total. Di jalanan, Stev masih terlihat berjalan cepat, tampaknya sudah cukup jauh dari kedai tadi. "Apa-apaan wanita itu? Sungguh mengerikan," gumamnya. "Tunggu! Apa maksudnya tadi, pedang yang masih tersembunyi? Jangan-jangan ...," ucap Stev berhenti berjalan lalu memandang bagian celananya. "Tidaaak! Apa yang ingin dia lakukan? Benar-benar sangat berbahaya, untung saja aku berhasil kabur darinya, kalau tidak, keperjakaan milikku akan direbut oleh wanita seksi itu. Huft, jangan sampai itu terjadi! Yahh, tapi aku akui, wanita itu memang seksi, tapi bukan seleraku sama sekali." Stev melanjutkan perjalanan, tapi dia ingin sekali menginap di desa ini, apalagi waktu hampir malam, tentu saja lebih nyaman tidur di desa, karena tidak gelap seperti di hutan. Sekian detik kemudian, Stev bertemu dengan penduduk di situ, seorang pria paruh baya. Stev bertanya mengenai tempat menginap di sini, pria paruh baya itu memberi tahu ada tempat penginapan tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, dia menunjuk arah tempat penginapan, dekat pohon beringin sedang. Stev sangat berterima kasih atas bantuan tersebut, selanjutnya bergegas menuju tempat penginapan dengan santai, dia berharap masih ada kamar kosong. Saat Stev baru sampai di tempat penginapan, dia disambut oleh pelayan gadis tempat itu. "Mari, silakan!" "Makasih, apa masih ada kamar kosong?" tanya Stev. "Masih, masih banyak Tuan." Stev dan pelayan gadis itu saling mengobrol untuk lokasi kamar, biaya dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penginapan ini. Ternyata biaya sangat terjangkau, mungkin karena tempat yang sederhana, meski begitu tempat penginapan itu terlihat nyaman untuk menginap. Gadis tersebut tampak terpana dan tersenyum saat mengobrol dengan Stev, tentu saja karena wajah tampan dan badan kekar milik Stev. Gadis pelayan itu juga sempat mengobrol mengenai apakah Stev seorang kesatria dan bertanya tentang kedua pedang milik Stev, tapi Stev hanya memberi tahu secukupnya saja. "Aduh, tampan sekali pria itu, apa dia masih jomblo? Huft, aku gak boleh tertarik sama tamu. Bakal repot urusannya nanti," batin pelayan gadis penginapan ini setelah memberi tahu banyak hal tentang penginapan ini kepada Stev, dia kembali ke ruang depan. Akhirnya Stev memilih kamar yang paling pojok, sepertinya lebih nyaman untuk istirahat. "Huft, lelah sekali ternyata perjalanan berhari-hari!" ucap Stev sambil merebahkan badannya di tempat tidur yang terasa nyaman, meski kasur hanya tipis. Stev memandang langit-langit kamar tidur tersebut, dia teringat kamar tidur sederhana miliknya di rumah. "Hmm, apa kabar Ayah dan Bunda? Apa mereka mau membersihkan kamarku yang saat ini kosong berhari-hari? Mungkin Bunda yang membersihkan, tapi sebelum aku berangkat, semua udah aku rapikan, jadi tidak begitu sulit kalau Bunda membersihkan kamarku, paling-paling cuma debu," gumam Stev. Karena hari hampir gelap, Stev bergegas mandi agar badan menjadi segar. Kamar mandi terebut mempunyai atap terbuka, tapi sangat aman dan seharusnya tidak ada orang yang bisa mengintip. Kamar mandi sederhana dan menggunakan gayung untuk mengambil air, Stev segera mencopot seluruh pakaiannya, lalu digantungkan di tempatnya. "Brrr, segar juga air di sini," ucap Stev setelah mulai mandi. Sekitar 10 menit, dia selesai mandi dan berpakaian lain, yaitu pakaian saat hari pertama berangkat menuju turnamen, alias pakaian yang dia pakai dari rumah, sementara pakaian biru dari Kakek Hamzo, dicuci dan akan dipakai besok, tentu saja akan digunakan dalam turnamen labirin Doom Hole. Setelah beberapa menit di kamar, Stev memilih jalan-jalan ke area depan penginapan, bermaksud menikmati suasana malam di desa ini. Berjalan sambil bersiul, kemudian dia menemui lagi gadis pelayan penginapan ini. "Selamat Malam, mau ke mana Tuan?" tanya sang gadis pelayan. "Malam. Hmm, mau jalan-jalan sebentar," jawab Stev. "Oh, jadi begitu. Silakan!" Stev memberi senyum manis lalu pergi, hal itu membuat wajah gadis pelayan mendadak merah merona. "Astaga, manis sekali senyumnya! Andai saja aku bisa memilikinya," batin gadis pelayan sambil memandang Stev saat melangkah pergi. Di area depan penginapan, Stev melihat taman kecil dan terdapat kursi panjang di tengah taman, dia ingin bersantai di sana. "Ah, bersantai di sini seharusnya nyaman." Stev rebahan sambil melihat indahnya bintang di langit yang cerah, dia juga teringat dengan para penduduk desa, termasuk sabahat terbaiknya, yaitu Khen.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD