Pertemuan Pertama

1462 Words
Virsi mengemudikan mobilnya dengan hati dongkol. Perdebatannya dengan mommy Vanya membuat nafsu makannya lenyap, tidak heran kalau perutnya masih berteriak kelaparan! Maka tanpa ragu Virsi memutar setir mobil ke café yang sering dikunjunginya di waktu senggang. Café yang memiliki suasana nyaman dan jauh dari keramaian. Ketenangan, itulah yang Virsi butuhkan saat ini. “Saya mau satu big breakfast dan satu jasmine tea,” ucap Virsi pada salah satu waitress yang siaga mencatat pesanannya. “Baik, apa ada menu tambahan lain?” tawar waitress sigap. “No. Thanks!” balas Virsi membuat waitress berlalu pergi untuk menyiapkan pesanan. Virsi memainkan ponselnya dengan malas. Ingin rasanya berbagi cerita kepada sahabatnya, tapi masalahnya waktu mereka tidak seleluasa dirinya karena harus bekerja, beda halnya dengan Virsi yang bisa menyesuaikan waktu kerja semaunya. Tentu saja, bukankah dirinya pemilik dari usaha WO yang dijalaninya? Dan sudah ada karyawan yang bisa diandalkan untuk mengurus tentang persiapan klien di kantor! Setidaknya dengan begitu Virsi tidak perlu terikat dengan yang namanya jam kerja! Memang ada sahabatnya yang tidak bekerja, tapi sudah sibuk menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak! Hah! Beginilah nasib single alias jomblo sepertinya! Virsi masih memainkan ponsel saat benda mahal itu berdenting. Dari mommy Vanya. ‘Maafkan sikap Mommy tadi, tapi Mommy berharap kamu bersedia menemui anak dari teman baik Mommy sekali saja. Jika kamu merasa tidak cocok, Mommy tidak akan memaksa kamu lagi.’ Itulah isi pesan teks dari mommy Vanya. Pesan teks yang membuat Virsi semakin kesal! Tanpa membuang waktu Virsi menghubungi nomor mommy Vanya. Belum sempat sang mommy mengucapkan kata halo, Virsi sudah mengeluarkan segala macam penolakannya! “Mom, aku tidak akan pernah mau bertemu dengan anak dari teman baik Mommy! Aku tidak ingin dijodohkan, Mom! Tolong berhenti mendesakku dengan segala macam perjodohan ataupun pernikahan!” “Virsi…” “Aku muak dengan segala macam desakan pernikahan yang Mommy lakukan padaku! Aku juga ingin menikah, Mom! Tapi jangan seolah bersikap kalau semua ini adalah kesalahanku. Jangan salahkan aku jika aku belum menemukan pria yang ingin kunikahi!” sentak Virsi berapi-api, menyela ucapan apapun yang hendak dilontarkan sang mommy. “Jika Mommy masih terus mendesakku seperti ini, lebih baik aku keluar dari rumah dan tinggal di apartemenku saja!” ancam Virsi dan langsung menutup telepon. Virsi tidak menyadari kalau pembicaraan barusan didengar oleh pria yang duduk di dekatnya dan saat itu juga seulas senyum licik tersungging di bibir sang pria! Virsi langsung melahap sarapannya saat waitress mengantar pesanannya. Rasa gusar masih menguasai hati membuat Virsi makan dengan lahap seperti orang kelaparan. Untung café ini masih sepi, setidaknya tidak ada yang melihat kelakuan bar-barnya! *** Rex masuk ke dalam café dan memesan satu menu, menunggu dengan sabar seorang diri, terlihat santai dan menikmati suasana tenang yang memang ditawarkan café ini. Nathan sudah lebih dulu ke kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Beginilah enaknya memiliki asisten yang bisa diandalkan, Rex tidak perlu pusing seorang diri! Rex menatap danau di sampingnya, terlihat tenang dan teduh karena dikelilingi banyak pohon membuat suasana hati Rex lebih baik. Namun ketenangan itu hanya hadir sementara karena tidak lama kemudian dirinya mendengar suara gusar seorang gadis dengan lawan bicaranya via ponsel. “Aku muak dengan segala macam desakan pernikahan yang Mommy lakukan padaku! Aku juga ingin menikah, Mom!” Itulah sepenggal kalimat yang didengar oleh Rex, kemudian perhatiannya teralihkan saat waitress mengantar pesanannya. “Jika Mommy masih terus mendesakku seperti ini, lebih baik aku keluar dari rumah dan tinggal di apartemenku saja!” Itu adalah kalimat akhir yang Rex dengar karena setelah itu gadis di dekatnya langsung mengakhiri telepon dengan gusar. Mendengar perbincangan tersebut membuat satu ide terbersit di benak Rex. Ide yang dirasanya bisa menjadi solusi bagi masalah yang sedang menghampiri dirinya dan juga gadis itu! Virsi menyeruput jasmine tea miliknya. Perutnya sudah terisi, setidaknya dengan begitu emosinya menjadi lebih stabil, tidak separah tadi. Virsi menarik nafas dalam dan tersentak kaget saat ponselnya berdering. Telepon masuk. Dari siapa lagi sih? Apa mommy Vanya masih tetap dengan niatnya bahkan setelah mendengar ancamannya? Keterlaluan! Tapi niat Virsi untuk mengomel pupus saat ponselnya dihubungi oleh nomor kantornya. Bagus, setidaknya bukan mommy Vanya! Dan yang pasti bukan tentang perjodohan! “Kenapa, Sis?” “Kamu lagi dimana? Ada calon klien yang mau ketemu mendadak siang ini, apa kamu bisa datang ke kantor?” tanya Siska, asisten yang sudah bekerja selama 5 tahun dengannya. Asisten sekaligus sahabatnya. “Calon klien mau datang jam berapa?” tanya Virsi agak malas. Suasana hatinya masih sedikit kacau, jika bisa, dirinya ingin istirahat, tapi sepertinya rencana itu terancam gagal total! “Bilangnya jam 11 sih, tapi kalau kamu tidak bisa nanti aku bilang ke kliennya.” Virsi terdiam sejenak, berpikir. Tidak boleh. Dirinya tidak boleh bermalas-malasan, daripada pusing dengan masalah perjodohan, lebih baik menyibukkan diri dengan pekerjaan, benarkan? “Oke, aku sampai kantor sekitar jam 10,” putus Virsi, tidak ingin tergoda dengan segala hal yang bernama kemalasan. Malas tidak akan menghasilkan hal baik. “Okay!” Virsi membuka dompet dan mengeluarkan dua lembar uang 100 ribuan, meletakkannya di bawah piring agar tidak terbang terbawa angin dan berlalu pergi meninggalkan café. Gadis itu tidak menyadari kalau ada sehelai kartu yang jatuh dari dalam dompetnya! Rex menatap kepergian sang gadis dalam diam. Pria itu berdiri dan memungut sebuah kartu yang ternyata adalah kartu nama! ‘Kebetulan! Sepertinya Tuhan merestui rencanaku tanpa perlu bersusah payah mencari informasi mengenai gadis itu!’ batin Rex dengan senyum yang menyimpan sejuta makna. Rex bergegas menuju kantor dan menyodorkan kartu nama tersebut ke hadapan Nathan. “Cari semua informasi yang berhubungan dengan gadis ini. Secepatnya, tanpa ada satu hal pun yang terlewat!” perintah Rex. “Virsi Bellvania? Gadis ini siapa, Boss?” tanya Nathan penasaran. “Kamu tidak perlu tau! Lakukan saja perintahku!” balas Rex dan langsung masuk ke dalam ruangannya membuat Nathan mendesah pelan karena memiliki pekerjaan tambahan! Tiga puluh menit kemudian… “Ini seluruh informasi yang berhubungan dengan Nona Virsi Bellvania, Boss!” Rex membuka map yang disodorkan Nathan dan mempelajari seluruh isinya, tidak ada yang terlewat. Rex harus memastikannya dengan sebaik mungkin! ‘Good! Setidaknya gadis ini berasal dari keluarga baik-baik!’ batin Rex puas. “Okay, sekarang kamu kembalilah bekerja.” “Apa hubungan anda dengan gadis ini, Boss?” tanya Nathan penasaran membuat Rex berdecak, kesal karena asistennya begitu kepo ingin tau urusan pribadinya! “Jangan banyak tanya! Selesaikan saja pekerjaanmu atau bonus bulan ini akan aku potong!” ancam Rex membuat Nathan mengerang dan langsung kembali ke meja kerjanya, tidak ingin mengambil resiko bonusnya dipotong! Dan keheranan Nathan semakin bertambah saat bossnya bergegas pergi, tanpa supir! Hal yang jarang terjadi karena biasanya si boss enggan menyupir sendiri. Enggan berjibaku dengan kemacetan yang menjadi ciri khas dari kota Jakarta! ‘Mentang-mentang hari ini tidak ada jadwal meeting, jadi si boss bisa pergi seenaknya!’ batin Nathan dalam hati dan kembali fokus dengan pekerjaan yang selalu menumpuk di atas meja kerjanya! Nasib jadi karyawan! Rex berdiri di depan sebuah bangunan yang terlihat modern di pusat kota. Tanpa ragu kakinya melangkah masuk. Terlihat percaya diri. “Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” tanya Siska sopan saat melihat seorang pria berwajah tampan masuk ke dalam ruangannya, diarahkan oleh receptionist. ‘Apa ini calon klien baru lagi? Tapi dimana pasangannya?’ batin Siska heran. Bertahun-tahun berkecimpung di dunia WO, menjadi asisten Virsi, belum pernah Siska melihat seorang pria datang sendiri untuk membahas rencana pernikahan, kalau wanita datang seorang diri sudah sering dan bisa dimaklumi karena calon pasangannya sibuk mencari dana agar bisa merealisasikan rencana pernikahan mewah idaman wanitanya! Tapi pria datang seorang diri? Baru kali ini Siska melihatnya! Wajar kalau dirinya heran! “Saya ingin bertemu dengan Nona Virsi Bellvania,” ucap Rex tanpa keraguan. “Hmm… apa anda sudah membuat janji sebelumnya?” tanya Siska membuat kening Rex mengernyit tidak suka, sedikit tersinggung. Dirinya adalah seorang pengusaha, dimana biasanya orang lain yang harus mengatur janji temu dengannya. Menyesuaikan waktu dengan kesibukannya. Bukan sebaliknya! “Maaf karena menanyakan hal ini, tapi Ibu Virsi masih ada tamu,” jelas Siska saat melihat ketidaksukaan di wajah Rex, tidak ingin pria itu tersinggung. “Saya akan menunggu!” putus Rex paham. Jika dipikir, sekarang memang dirinya yang memiliki keperluan, jadi Rex harus bersabar agar rencananya bisa berjalan baik! Sepuluh menit kemudian, Rex dan Virsi duduk berhadapan. Tatapan Virsi terlihat bingung, beda halnya dengan Rex yang terlihat menyelidik. “Maaf, asisten saya bilang anda ingin menemui saya. Ada yang bisa saya bantu?” “Tentu ada, jika tidak, aku tidak akan membuang waktu berhargaku seperti ini!” jawab Rex dengan senyum angkuh membuat Virsi sedikit dongkol, namun gadis itu dapat menutupinya dengan baik. “Jadi apa yang bisa saya bantu?” “Aku ingin kamu menikah denganku dalam waktu dekat!” ucap Rex tanpa basa basi membuat Virsi ternganga kaget, mengira pria tampan di hadapannya adalah pasien yang kabur dari rumah sakit jiwa!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD