DUA

2652 Words
Azkia berlari menuju kekelasnya yang berada dilantai 2, lantai paling atas untuk kelas 12. Memang menyebalkan sih jika dalam keadaan terlambat seperti ini. Ditambah lagi lantainya licin karena habis dipel, jika hanya terpeleset sih tidak apa-apa tapi kalau jatuh dari tangga bagaimana? Mungkin sekali-dua kali hanya kaki yang patah, jika yang ketiga leher yang patah? Lagipula kenapa harus kelas 12 yang diatas? Gadis itu tampak kerepotan menaiki tangga ditambah lagi dengan tali sepatunya yang mendadakan yang lepas dari ikatannya, membuat Azkia mau tak mau berhenti membetulkan ikatan tali sepatunya. " Agam s****n! Gara-gara elo gue jadi kudu lari-lari kayak gini!!! Awas aja kalo sampe lo hukum gue ntar!" Azkia sambil berlari menuju kelasnya setelah menginjakkan kakinya dilantai 2, mulutnya mendumel menyalahkan Agam. Azkia masuk kedalam kelasnya yang sudah ramai, mungkin hanya dirinya yang baru datang,tiba-tiba suara seorang laki-laki terdengar menyapa " Ces darimana aja lo? Gile aje jam segini baru dateng!" Azkia tertoleh sambil tersenyum pada Aldi – Sahabatnya dari kecil sekaligus chairmate entah dari kapan sangking lamanya-- " Biasalah abang.. Suka ngelama-lamain! Kayaknya sengaja bikin gue telat biar dihukum! Dia pan abang laknat!" Jawabnya berbohong, manabisa Azkia jujur jika kenyataannya ia berangkat kesekolah dengan Agam, Aldi tertawa mendengar jawaban sahabatnya “ g****k anjir, demen banget ngatain kakak sendiri. Tapi.. enak sih lo jadinya kagak piket kan yak hehe” Balasnya seraya nyengir memamerkan susunan gigi rapinya. Alis Azkia berkerut “ Ohiya gue piket hari senin yak? Lah lupaa hahhaha” Ucapnya kemudian meraih tasnya dan mengambil topi berlogo sekolahnya dari dalam tas. “ Makanya jangan mikirin Aldi terus sayang.. “ Ucap Aldi sambil menyenggol bahu Azkia dengan genit ditambah lagi kedipan matanya yang membuat Azkia mual. Baru saja Azkia berniat membalas ucapan Aldi tiba-tiba suara cempreng yang begitu Azkia kenal terdengar dari arah pintu, itu Esya. Sahabat terbaiknya setelah Aldi " Hoy! Upacara hoy! Kikiiiiiiiii !!! Lo tau sesuatu gk? Anak-anak pada heboh gegara liat lo keluar dari mobil pak Agam!!! “ Ucapnya yang membuat seisi kelas Azkia menoleh padanya, namun gadis yang sudah memakai topi sekolahnya itu dengan santainya melangkah mendekati kedua sahabatnya tanpa peduli tatapan anak-anak kelas 12 MIPA 3 padanya. " Apa?! Lo berangkat bareng sama guru nyebelin itu? Kok bisa? Lo ada hubungan apa sama dia!" Tanya Aldi langsung beruntun sambil memelototkan matanya pada Azkia, maklum Aldi kan hatters Agam garis keras setelah Azkia tentunya. " Dih! Gue sama tuh guru gk ada apa-apa lah! Ya kan tadi gue jalan kaki, terus ada pak Agam lewat. Karena dia ngajakin yaudah gue ikut aja! Eh? Ayo ah upacara" Ucap Azkia yang malah membuat Aldi kini mengerutkan keningnya, seperti berfikir. Melihat Aldi yang kini sepertinya ada yang aneh dengan jawabannya, buru-buru Azkia menarik tangannya dan tangan Esya. Memang Azkia tuh bodoh banget dalam urusan berfikir, jawab saja semaunya saja. " Lo belum sarapan Ki" Ucap Aldi ketika tangannya ditarik paksa oleh Azkia Pagi ini upacara berlangsung dengan ditemani panasnya matahari. Walaupun masih pagi, tapi sinarnya sudah menyilaukan mata dan membuat keringat bercucuran. Ditambah lagi Azkia belum sempat sarapan tadi, karena terlalu kaget Agam menjemputnya. Dan satu, Azkia tidak bisa jika memakai topi, hal itu membuatnya jadi pengap dan lama-kelamaan kepalanya menjadi pusing. Tapi jika tidak memakai topi, pasti akan diberi sanksi. Selama upacara Azkia hanya menunduk, hal itu menbuat Alya curiga. Teman sekelas Azkia itu mengangkat wajahnya " Muka lo pucet banget Ki , lo sakit yaa?" Tanyanya terdengar khawatir, Azkia hanya menggelengkan kepalanya " Ahh gpp kok! Gue cuma kepanasan aja" Jawab Azkia dengan senyum getirnya. Entah kenapa tiba-tiba kepalanya menjadi sangat berat, dan perlahan wajah Alya menghilang digantikan dengan kegelapan. Bruk!!! Suara jatuhnya tubuh Azkia ke tanah lapang terdengar sangat keras, bahkan sang pembina upacara yang tengah menyampaikannya amanat pun berhenti hanya untuk menanyakan ada apa dan siapa yang pingsan. Biasanya tidak ada yang sampai pingsan seperti ini, paling-paling hanya pusing, karena setiap senin pagi Bu Tari selalu keliling kelas untuk menyuruh siswa-siswinya sarapan sebelum upacara atau kadang menyuruh mereka meminum obat. " Suara apa itu?" Tanya sang pembina upacara, suara jatuhnya sih memang tidak terlalu terdengar tapi suara jeritan teman-temannya yang membuat pembina upacara sedikit terganggu. " Azkia pingsan bu!!!" Jawab teman-teman sekelas Azkia serempak Pak Tio selaku guru piket hari ini berniat maju, untuk membantu dan membawa Azkia ke uks untuk ditangani oleh dokter yang disediakan oleh pihak sekolah. Tapi saat Pak Tio melangkahkan kakinya untuk membawa Azkia ke uks, Agam mencegahnya dan berkata bahwa dia saja yang membawa Azkia. Awalnya Pak Tio bingung, tapi ia menganggukkan kepalanya. Teman-teman Azkia heboh ketika yang datang adalah Agam bukan pak Tio. Apalagi sekarang tangan Agam memangku kepala Azkia sambil menepuk-nepuk pipinya. Hal mustahil yang mereka lihat, karena predikat guru dingin dan kejam yang tak pernah lengser dari Agam sejak dua tahun lalu. Dan sekarang? Seorang Agam peduli? Rasanya ada yang aneh. " Bangun! Hei!" Ucap Agam tak mau menyebutkan nama Azkia, karena semuanya pasti akan curiga. Walaupun saat ini memang sudah curiga “ Kok bisa sih dia pingsan?” Tanyanya pada teman-teman Azkia disana. Aldi menghampiri Azkia dengan wajah yang cemas “ Kia gak sarapan Pak, biasa bandel emang.. Padahal udah sering saya kasih tau, tetep aja ngeyel” Jawab Aldi sambil menepuk-nepuk pipi sahabatnya yang tak sadarkan diri itu “ Ki!! Bangung Ki! Jangan bikin khawatir, elaahh” Melihat siswa laki-lakinya-- yang bername tag Aldi-- yang tampaknya begitu cemas membuat Agam berfikir, sepertinya Aldi ini sangat sayang pada calon istrinya buktinya sampai sebegitunya. “ Yaudah Pak gak papa, biar saya aja yang gendong Azkia ke UKS. Makasih sebelumnya” Ucap Aldi yang membuyarkan lamunan Agam, seketika laki-laki itu menoleh mengangkat wajahnya menatap Aldi. Guru kimia itu tersenyum “ Kamu upacara aja, lagian ada saya disini kok. Ada Pak Tio juga, silahkan kamu kembali barisan” Jawabnya lalu dengan hati-hati membopong tubuh Azkia membuat siswi-siswi yang melihatnya menjerit tertahan. Gurunya cool sekali. Saat dalam bopongan Agam, Azkia terbangun. Matanya menyipit diterpa panasnya sinar matahari, namun degub jantungnya kini malah menggila ketika melihat wajah diatasnya “ Agam.. “ Lirihnya lalu Agam menunduk, tersenyum manis. Agam membaringkan Azkia dibankar uks, dan tidak biasanya uks sepi. Biasanya ada anak-anak PMR atau dokter yang memang disediakan sekolah. Tapi khusus hari ini dan seterusnya mereka semua berbaris dilapangan, sesuai dengan peraturan sekolah yang mewajibkan seluruh siswa untuk mengikuti upacara, walaupun petugas PMR sekalipun. " Kok uks sepi sih! Anak-anak PMR pada kemana nih?" Tanya Azkia pada Agam, bahkan Agam sendiri pun tidak tahu karena keduanya sama-sama dari lapangan. Mungkin Azkia lupa efek sehabis pingsan tadi, membuat Agam sekarang cekikikan dan menjawab seadanya. " Mereka semua disuruh masuk barisan sama Bu Kepsek. Makanya tadi pas kamu pingsan, pak Tio mau langsung turun" Jawab Agam sambil mencari-cari minyak kayu putih atau minyak angin lainnya untuk sekedar membuat Azkia merasa lebih baik. Azkia memicingkan matanya pada Agam agak curiga " Terus sekarang kenapa jadi kamu yang disini? Katanya pak Tio turun! Harusnya Pak Tio dong yang gendong dan jaga aku, bukan kamu.." Tanya Azkia " Yaa aku gantiin lah! Masa cuma gara-gara murid tengil kayak kamu dia harus gk ikutan upacara!" Ucap Agam sambil memberikan minyak kayu putih yang berhasil ditemukannya pada Azkia, gadis itu menerimanya dengan wajah memberenggut. Azkia mengoleskan kayu putih itu pada pelipisnya dengan gerakan memutar “ Kamu mikir nggak sih temen-temen aku sama anak-anak yang lain bakalan curiga, kamu bakal repot-repot gendong aku gini” Ucapnya lirih. Agam tersenyum lalu mengusap lembut rambut Azkia “ Kenapa harus mikirin apa kata orang sih? Emang selama ini kamu hidup mereka yang biayain. Nggak kan? Ki, hidup kamu nggak bakal maju kalo terus-terusan dengerin apa kata orang” Ucapnya seraya memegang kedua bahu Azkia. “ Iyaiya udah ah, kenapa kamu malah ngasih ceramah dadakan begini sih ah Pak.. Cukup jadi guru dingin aja udah, kamu gak cocok jadi bawel gitu” Balas Azkia yang membuat Agam memasang wajah malasnya, dan Azkia hanya cekikian geli. Sambil memainkan botol kayu putih Agam bergumam “ Kamu itu bentar lagi jadi istri aku, jangan suka ngebantah gitu kalo lagi aku kasih tau. Aku cuman lagi ngasih kamu arahan Ki” Ucapnya dan Azkia diam merasa tertohok oleh ucapan Agam. “ Iya maaf, lagian pernikahannya ini terlalu cepet buat aku, jujur aja.. Jadi kalo ada salah-salah kayak tadi kamu maklumin ya Gam, nanti bakal aku rubah” Ucap Azkia penuh dengan penyesalan. Agam tersenyum lalu mengulurkan tangannya mengacak pelan rambut Azkia hingga terlihat berantakan “ Iya dek, yaudah.. Mending sekarang kamu tidurin aja biar pusingnya sedikit ilang. Aku harus balik lagi ke lapangan, kamu gapapa kan aku tinggal?”Tanyanya lembut. Sangata berbeda dengan Agam yang sedang mengajar Anggukkan kepala yang Azkia lakukan lagi-lagi membuat Azkia tersenyum “ Ya nggak papa, kamu kelapangan lagi aja. Aku gak mau semua orang curiga” Jawab Azkia sambil merapikan roknya. “ Yaudah bentar, aku ambilin minum dulu sama roti buat kamu” Ucap Agam yang kemudian dari keluar UKS yang tak lama kembali lagi dengan membawa sekotak s**u coklat, air mineral botol dan sebuah roti dalam sebuah plastik ditangan kanannya. “ Ini.. Kamu makan nanti ya, abis itu minum obat kalo bisa, terus langsung tidur, istirahat ajalah pokoknya. Aku kelapangan yak” Ucap Agam sambil mengelus pipi kanan Azkia dengan ibu jarinya. Sepeninggal Agam kelapangan, Azkia terdiam sambil memandangi bungkusan palstik yang tadi Agam taruh diatas nakas diamping bankar. Senyuman, elusan, dan kata-kata lembut masih terbayang-bayang dikepalanya, Azkia menemukan sosok Agam yang lain yang mungkin semua orang tidak tahu. Tolong kasih gue cara supaya gak baper... ⚘⚘⚘ Saat bel pergantian pelajaran, Aldi menyusul Azkia di uks dan beruntung saja Agam sudah keluar jadi Aldi tidak akan terlalu curiga. Aldi menuntun sahabatnya itu masuk kedalam kelasnya untuk mengikuti pelajaran kedua. Hal itu membuat Azkia mendengus sebal, bagaimana tidak, ini pelajaran matematika yang menyebalkan, padahal tadi ia sudah senang karena di UKS jadi ada alasan untuk tidak mengikuti pelajaran laknat itu. Karena hal itu, selama pelajaran berlangsung, Azkia tidak menoleh sedikitpun pada Aldi. Gara-gara laki-laki itu otaknya mengeluarkan banyak asap, dan saat menyadari Azkia mengambek padanya, Aldi langsung buru-buru meminta maaf dan berjanji akan mentraktirnya makan nanti asal ia tidak marah lagi. Dan tentu saja Azkia memaafkannya dengan senang hati. " Di? Esya mana sih? Kagak biasanya tuh bocah belom nyamperin kita!" Tanya Azkia yang clingak-clinguk mencari sosok sahabatnya saat bel istirahat berbunyi 5 menit yang lalu, rasa sakit yang dirasakannya beberapa saat lalu sedikit mereda setelah ia tidur di UKS. Aldi mengeryitkan keningnya setelah Azkai bertanya " Lo gk tau ya? Kelasnya Esya dihukum gk boleh keluar kelas sampe jam pulang! Biasalah.. Lo tau kan gimana badeg nya kelas sahabat lo itu!” Jawab Aldi seraya merapikan buku-bukunya diatas meja. " Sampe pulang? Lah kasian amatsih.. Kita ke kantin aja yuk! Asli otak gue butuh asupan nutrisi banget setelah dipaksa kerja abis-abisan nyari X, Y dan Z" Ucap Azkia sambil menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan. " Dahlah hayu, perut gue juga udah nyut-nyutan minta diisi bakso hehe" Ucap Aldi lalu merangkulkan tangannya pada bahu kanan Azkia, yang dibalasan dengusan sebal oleh Azkia. Saat berjalan menuju kantin, tiba-tiba ada yang menarik tangan Azkia hingga terlepas dari rangkulan Aldi. Dan dia adalah Mira. Gadis yang tergila-gila sekali pada Aldi bahkan dari kelas X. Padahal Aldi tidak pernah 'membaperinya' hanya saja saat MPLS dulu keduanya sempat mendapat hukuman adu gombal karena salah membuat format name tag. “ Gue mau ngasih tau aja, bisa gak lo jauhin Aldi? Gak usah deket-deket gitu, kan waktu itu gue pernah bilang.. Gue gak suka cowok gue nempel-nempel sama lo” Ucap Mira dengan wajah menantangnya, sedangkan Azkia memasang wajah pura-pura terkejutnya. Senyum akhirnya mengembang dibibir Azkia “ Ohiya cowok lo? Aldi? Kok Aldi nggak cerita sama gue ya? Kalian jadian dimana? Didunia khayalan lo?” Tanya Azkia sambil tertawa mengejek membuat wajah Mira memerah karena emosi Plakk!! Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi kanan Azkia, bahkan sampai tercetak jelas 5 jari' . Hal itu membuat emosi Aldi naik sampai ubun-ubun, dia saja tidak berani menyakiti Azkia dan gadis itu malah menamparnya. Dia pikir dengan cara menyakiti sahabatnya Aldi akan jatuh cinta padanya begitu? Cih! Yang ada Aldi makin ilfeel. " Lo apaan sih Ra!! Gue tuh gk suka sama lo!! Lo harus inget itu! Dan satu hal, gue jadi tambah gk suka sama lo setelah apa yang udah lo lakuin sama sahabat gue! Lo tuh sama aja kayak yang gk pernah disekolahin! Gk ada harga dirinya banget!" Ucap Aldi yang benar-benar menusuk ke hati Mira yang paling dalam. " Ra! Ki! Lo dipanggil Bu Ay tuh! Suruh ke ruang BK sekarang juga!" Ucap Meila. Baru saja Azkia bernafas lega, eh sudah dibuat sesak lagi. Bagaimana ini? Pasti dia akan mendapatkan surat panggilan orang tua. Dan apa yang harus dijelaskannya nanti pada Ayah dan Undanya? Mira mengepalkan tangannya lalu mendengus dan meninggalkan Azkia yang kini sedang memegangi pipi merahnya. Aldi merasa bersalah, karenanya Azkia terluka, Aldi merasa bukan sahabat yang baik untuk Azkia-nya ini. " Gue temenin yaa.. Pipinya masih sakit nggak?" Tanya Aldi sambil memegang pipi Azkia yang terdapat bekas tangan Mira, perempuan itu menggeleng sambil melepaskan tangan Aldi dari pipinya. Azkia tersenyum " Gak papa, gue sendiri aja.. Ini udah gk terlalu sakit kok! Cuma panas doang! Okey, gue duluan Di" Ucap Azkia sambil menepuk bahu Aldi dan Aldi hanya bisa menghela nafas berat. Ia melangkahkan kakinya kekantin dengan malas, Mira benar-benar membuatnya moodnya menurun drastis, keinginannya memakan bakso pun kini hilang. Azkia berlari-lari menuju ruang BK, bahkan sempat menabrak beberapa anak yang sedang berdiri dilorong-lorong depan kelas.Gadis itu menggigit bibirnya cemas, kalau Mira akan membolak-balikan faktanya di BK nanti. Azkia merupakan orang yang tidak pandai berkata-kata, selalu gugupan apalagi didepan guru BK. Brukk!! " Aduh Gam kalo jalan liat-liat kenapa sih!" Ucap Azkia yang terjatuh karena bertabrakan dengan Agam yang sedang membawa beberapa buku pelajaran " Ehem!" Agam berdehem agar Azkia sadar kalau ini disekolah karena ia memanggilnya tanpa embel-embel pak " Eh pak Agam? Maaf pak! Saya kira tadi bukan bapak.. Sekali lagi maafin saya yaa pak. Soalnya lagi buru-buru nih" Ucap Azkia bangkit sambil merapikan roknya yang sedikit kusut akibat menyentuh lantai. Agam mengangguk kecil " Yaya.. Saya maafin! Emang ada hal penting apa sampai kamu lari-lari kayak gitu? Kalau kamu nabrak pot terus jatuh bagaimana?" Tanya Agam yang sontak saja membuat yang mendengarnya jadi aneh " Saya harus keruang BK pak! Misi!" Ucap Azkia lalu pergi meninggalkan Agam yang masih kebingungan, samar Azkia melihat Agam meraih handphone dari saku celananya. Ting! Handphone nya berbunyi dan ternyata itu w******p dari nomor yang tidak dikenal. Dan nomornya pun cantik. Hanya tinggal ditukar-tukar saja angkanya. Azkia berhenti sebentar guna melihat siapa yang mengirimkan pesan padanya. +62 818-0981-1980: Kamu ada masalah apa sampai masuk BK? ~ Agam ~ Me: Eh nggak hehe.. Btw no kamu cantik, pasti mahal ya?:v Setelah tau itu adalah nomor Agam, Azkia menyimpannya dan tak lama Agam kembali membalasnya namun tak sempat Azkia baca karena gadis itu buru-buru memasukkan handphonenya kedalam saku dan berlari secepat mungkin sebelum Mira menceritakan yang tidak-tidak pada Bu Ayla. Guru nyebelin: Pulang nanti ceritain! Kamu tunggu aku dihalte dpn aja ⚘⚘⚘ Didalam BK terlihat Bu Ayla yang sedang mengurut keningnya menyaksikan dua anak SMA yang beradu mulut tanpa bisa ia lerai. Sampai akhirnya kedua gadis itu diam setelah Bu Ayla menggebrak meja. " Kalian ini udah kelas 12 tapi kelakuan kayak masih bocah! Kenapa coba kalian berantem-berantem kayak gitu?" Tanya bu Ayla " Ini nih bu si Mira.. Dateng-dateng narik tangan saya! Terus ngoceh sampe akhirnya nampar pipi saya sampe merah gini!" Jawab Azkia sambil menunjukkan pipi kanannya " Eh curut! Enak aja lo kalo ngomong! Bohong bu! Dia bohong! Mana ada saya nampar dia.. Lagian yang cari masalah duluan dia kok!" Ucap Mira beralibi " Preett!! Bisa aja lo kalo bohong! Tapi ya bu ya, kalo ibu gk percaya ibu boleh kok tanya Aldi! Saya itu korban! Dan saya gk salah!" Ucap Azkia " Yasudah, ibu percaya.. Sekarang kamu boleh kekuar dari sini! Dan untuk kamu Mira.. Kamu- blablabla" Ceramah panjang dari bu Ayla pada Mira agar tidak melakukan tindakan konyol seperti tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD