PART 2

1006 Words
"Mas-mas itu kayak bintang fajar juga merangkap bintang senja." Suara lembut itu muncul ketika sahabatnya Adirah mulai kepo dengan laki-laki yang berhasil membuatnya begitu mengagumi laki-laki, padahal selama ini tidak ada yang membuat dia kagum selain ke Ilham, Ayahnya yang super dingin dibalik sifatnya yang menghangatkan, mengayomi keluarganya dengan kewibawaan yang dimilikinya. "Kenapa lo bisa gambarin cowok yang gak pernah lo kenal, seistimewa itu?" Tanya Adirah sembari masih menjajari langkah sahabatnya. Hari ini dia harus mengantarkan Alesha ke perusahaan besar Ayahnya, sebelum kumpul dengan Azalea juga Asilah yang ada dicafetaria milik Ayah Azalea. "Karena.. dia itu beda. Entah, apa itu. Padahal gue sendiri gak pernah kenal dia, gak pernah tau namanya, ataupun menemuinya saja, nggak pernah gue rasain." Jelas Alesha. "Dasar aneh. Gimana bisa kayak gitu." Protes Adirah. "Ah sudah deh, lo mah gak akan pernah ngerasain kayak gue. Kan cinta lo masih belum kebales sama Umar." Seketika Adirah mendelik ke Alesha yang berani-beraninya menyebut nama laki-laki itu dengan mudah. Sedangkan Alesha sendiri sudah berlari menjauh, mengikuti ancang-ancangnya yang tahu sahabatnya itu akan segera menjitaknya. "Lihat aja lo nanti, gue bakal ceritain tuh cowok ke depan Ammu Ilham." Ucap Adirah yang tidak dihiraukan gadis bernama Alesha, dia memasuki gedung besar yang ada didepannya, mendapat penghormatan dari dua laki-laki berjas hitam yang berdiri di kanan dan kiri pintu. "Lo bisa nungguin gue enggak? masih untung gue mau nganterin lo." Gerutu Adirah yang memasuki lift bersama Alesha yang lebih dulu masuk. "Sudahlah Dira, kenapa daritadi bawaannya ngegerutu aja sih?" "Ini gara-gara lo juga kali." Perdebatan itu lah yang membuat Alesha selalu ingin bersama sahabatnya. Perdebatan yang akan semakin membuatnya rindu dengan mereka saat kelulusan tiba. Lift terbuka dan memperlihatkan pintu ruangan berwarna coklat dengan ornamen kaligrafi keemasan ditengah-tengahnya. Kedua gadis itu melangkahkan kakinya kearah pintu tersebut, yang didalamnya sudah ada Ilham. "Sepertinya Ayah sedang ada tamu deh.." Alesha mendekatkan telinganya kepintu, mencoba mengecek keadaan didalam ruangan itu. Dan dia mendengar dua orang atau bahkan lebih sedang bercakap-cakap, dan dia yakin Ayahnya sedang ada tamu. "Esha, Sha.. Udah, jangan gitu." Adirah menarik tangan Alesha yang masih mendekatkan telinganya ke pintu. "Bentar Dira, ini masih ngecek ada siapa didalam." Jawab Alesha. "Daripada menguping, lebih baik ketuk pintu dan masuk." Suara itu membuatnya melonjak kaget. Dan mendapati ayahnya juga dua orang laki-laki dibelakangnya. "Ayah," Ketahuan, dan harus berbuat apa lagi? kalau tidak menyengir, menertawakan dirinya sendiri. "Alesha takut mengganggu." Jelasnya kemudian. "Yasudah, tunggu Ayah didalam, Ayah mau nunjukin gudang produksi kepada Pak Ayaz dan Pak Kennet." Ilham tidak mau memperpanjang hal itu. Atau mungkin malu punya anak beginjalan sepertinya. "Iya Yah, maafin Esha." Alesha menunduk, bukan malunya didepan kedua orang laki-laki itu, tapi malunya Ayahnya yang punya anak tidak bisa diatur sepertinya. Sedangkan Adirah yang ada dibelakangnya hanya bisa menahan tawa. Tiba-tiba suatu benda terasa hangat menyentuh puncak kepalanya. "Tidak apa-apa, mungkin sifat Bundamu nurun ke kamu." Bisik Ilham sembari berlalu, meninggalkan bekas jemarinya di atas kerudung berwarna biru soft kesukaannya. Nurun? apa sifat Bunda sememalukan ini? otaknya mulai ngelantur. Wajahnya mendongak ketika seseorang berbicara. "Permisi." Suara semacam bintang fajar yang menghangatkan. Wajah yang hampir sebangsa dengan warga turki, atau mungkin memang keturunan orang turki. Dan tatapannya seperti pernah ia temui, namun dimana? Alesha mengangguk. Bersama dengan laki-laki itu yang mulai menjauh. Punggungnya. Ya, dia tahu. Pemilik punggung itu adalah sosok bintang fajar yang setiap pagi ia temui. Dia menemukannya. Dan begitu gampangnya dia bertemu, karena selama ini dialah partner kerja Ilham. "Aku menemukannya." Alesha berujar dan mengejutkan Adirah. "Apalagi sih?" Adirah memutar bola matanya. Lelah, lelah.. "Dia bintang fajarku." Alesha kembali berujar dan tetap masih memandang punggung itu menjauh dan hilang dari balik skat tembok kantor. "Yang mana? yang bapak-bapak itu? gila.. Jadi lo selama ini suka sama bapak-bapak haa?" Adirah tidak terima. Dia ingin segera menyadarkan Alesha. Dan kekhawatiran Adirah, dibalasnya dengan wajah geram. "Gak mungkin bapak-bapaknya lah." "Jadi yang cowok muda itu? Lo yakin cowok itu?" Tanya Adirah yang masih tidak percaya. "Iya gue yakin, gue kenal betul dengan punggungnya." Jelas Alesha. "Jadi orang yang lo cari selama ini adalah partner kerja Ayah lo. Masya Allah, kayak udah kode alam."Adirah menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Laki-laki misterius yang selalu diceritakan oleh Alesha, yang seakan-akan tidak akan bisa menemukannya. Sekarang bahkan terasa dekat dan mudah untuk ditemui. "Haa? Maksudnya kode alam?" Alesha berkedip-kedip kearah Adirah. Menyuruh sahabatnya untuk mengatakan kalau ini adalah takdir. "Jangan GR deh, lupain yang gue omongin. Masuk yuk, gue capek berdiri." Bukannya Alesha, sebagai anak dari pemilik ruangan itu yang masuk duluan, tapi malah Adirah. Sedangkan Alesha sendiri masih termangu dengan pertemuan sekilasnya. Semoga kode alam itu tidak berubah, Biarkan dia menjadi bintang fajar setiap pagiku Ya Rabb... *** "Terimakasih.." Ucap gadis bernama Azalea. Beberapa buku dalam perpustakaan yang ada direstorannya terjatuh ketika dirinya mengambil satu buku, sekedar membaca buku untuk menghilangksn rasa suntuknya karena para sahabatnya belum ada yang datang. "Sama-sama." Jawab laki-laki yang sedang menolongnya memunguti buku yang berserakan dilantai. "Siapa namamu?" Tanyanya setelah selesai membereskan buku dan mengembalikannya kedalam rak. Tidak lupa dia menyodorkan tangannya untuk berkenalan. Azalea melihat tangan laki-laki itu, dan dibalasnya dengan sedekapan tangan didada. "Namaku Azalea.." "Apa? Leak?" Laki-laki itu memperjelas dan seketika membuat Lea terngangah, ternyata bukan hanya sahabatnya yang berani memanggilnya dengan sebutan leak, tapi juga laki-laki yang baru dikenalnya. Untung saja dia yang membantuku, kalau tidak sudah aku usir dari restoran ini. Gerutu Azalea dalam hati. Lea nyengir. "Azalea. Gak pake K. Sudah jelas?" Lea memperjelas ucapannya. "Iya, aku tahu itu. Kenalkan namaku, Fajay. Panggil saja Jay." Laki-laki itu ikut menyedekapkan tangannya ke d**a. Menghormati gadis berhijab didepannya. "Oh cap jay." Balas Azalea. Entah kenapa, rasanya lucu ketika bersama Jay, padahal ini kali pertamanya bertemu. "Jay, Fajay. Bukan cap jay.." "Iya aku juga tahu, emang aku sengaja... Baiklah, aku pergi dulu, terimakasih sudah membantuku." Ucap Azalea. "Assalamualaikum." Pamitnya. "Waalaikumsalam." Oh dia orang muslim ternyata.. Fikir Azalea yang ragu dengan laki-laki yang bernama Fajay itu. Gadis itu berlalu pergi kerestoran yang ada didepan perpustakan itu. Menunggu sahabatnya disana. "Hei, siapa dia?" Laki-laki lain datang menghampiri Fajay. "Dia Lea, Fan." Alfan, itu nama laki-laki yang baru datang itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD