Cahaya Merah Muda

1040 Words
PLUUUUK "Aw" pekik Anathasia ketika sebuah gumpalan kertas mengenai wajahnya setibanya ia di kelas. Beberapa murid tertawa melihat ekspreasi Anasthasia yang nampak terkejut. "Sudah! Hentikan perilaku usil kalian, dan sekarang duduk di kursi masing-masing dengan rapih!" titah Tuan Hans dengan suaranya yang tinggi, murid di kelas tersebut pun langsung menuruti printah Tuan Hans tanpa bnyak komplain. Tuan Hans menggerakan tangannya, meminta Anasthasia dan Dion berjalan mendekatinya. "KIta kedatangan murid baru hari ini, yang satu adalah anak dari keluarga Edilson" jelas Tuan Hans "wWaaaaah!" riuh suara para murid terdengar menggema, mereka terlihat kagum saat Tuan Edilson menjelaskan perihal identitas dari lelaki bernama Dion tersebut. Bukannya merasa senang Dion malah tertawa sinis pada murid di hadapannya "Sungguh tidak sopan! Tidak tahu untung!" gerutu Anasthasia dalam hati. Tiba-tiba saja Dion melirik ke arah Anasthasia sambil menatap mata Anasthasia dengan dalam seolah ada sesuatu yang ingin Dion sampaikan pada Anasthasia, namun anehnya bibirnya terus saja terkunci rapat, tak ada sepatah katapun yang keluar. Anasthasia menundukan kepalanya lagi, ia merasa canggung karena harus saling bertatapan dengan Dion di depan kelas, tepatnya di hadapan banyak murid dan wali kelasnya sendiri. Selagi Anasthasia menundukkan kepalanya, seorang lelaki dengan tubuh berotot yang sedang duduk di sudut ruang kelas, dekat dengan jndela ruangan tersebut terus saja mengamati Anasthasia, seolah Anasthasia adalah objek yang menarik baginya, pasalnya lelai tersebut terus saja mengarahkan pandangannya ke luar jendela kelas semenjak ia berada di kelas tersebut, dan hanya akan memalingkan wajah ke depan kelas hanya ketika guru sedang menerangkan. "Apa dia yang kau maksud?' bisk lelaki di sudut ruangan tersebut. Tak ada siapapun yang menjawab ucapannya, Namun, tiba-tiba saja ia tersenyum dengan puas. "Dan satu lagi teman baru kalian adalah Anasthasia, dia pembuat onar di sekolah lamanya, jadi aku harap kalian harus bersikap lebi baik padanya agar ia bisa berhenti menjadi seorang pembuat onar" lanjut Tuan Hans. SEmua murid tertawa terbahak-bahak, membuat Anasthasia merasa aneh, karena tidak ada hal yang lucu dari ucapan Tuan Hans. Ataukah hanya dia sendiri yang menganggapnya tidak lucu? Anasthasia mengerucutkan mulutnya, ia sebal karena terus-terusan dikatai sebagai pembuat onar, rasanya ingin ekali ia membantah ucapan Tuan Hans, namun semakin ia membantah maka akan semakin besar keyakinan orang-orang terhadap pernyataan Tuan Hans tentang dirinya. "Pilihan yang bagus, kau memang lebih baik diam saja" ucap sebuah suara yang tiba-tiba saja muncul dalam pikiran Anasthsia. Suara seorang laki-laki yang terdengar asing. Anasthasia mengamati setiap orang yang ada di kelas, namun tak ada siapapun yang terlihat sedang berbicara kepadanya, lalu dari mana datangnya suara itu? Knapa suara yang tidak ia kenal ada di dalam pikirannya dan mengucapkan sesuatu yang berkaitan dengan keadaannya saat itu, seolah ipemilik suara tersebut sedang menyaksikan Anasthasia secara langsung. Anasthasia menggerakan kepalanya ke kanan dan kiri, tidak tenang. "Hei Nona pembuat onar! Kau sedang melihat ke arah mana?' tanya Tuan Hans tiba-tiba. "A-aku...'Anasthasia nampak gugup. "Sudah bolehkah saya duduk sekarang?" tanya Dion tiba-tiba, tepat waktu karena dengan begitu Anasthasia jadi tidak harus menjawab perkataan Tuan Hans. "Baiklah kalian berdua boleh duduklah di kursi kosong dekat denga ketua kelas kita agar semua tingkah laku kaliann bisa diawasi dengan mudah" ujar Tuan Hans, menutup percakapannya saat itu. Anasthasia menyeret kursi ke belakang, memberikan ruang bagi dirinya untuk duduk. Laki-laki di sudut ruangan yang ternyata adalah ketua kelas barunya langsung mengarahkan pandangannya, ia memandangi Anasthasia dengan seksama "Namaku Luke, aku ketu kelas di keas ini" sapa Luke dengan caranya yag terkesan dingin. "Oh iya. Aku Anasthasia" baas Anasthasiia dengan canggung "Istiraat nanti, aku yang akan mengantarkanmu berkeliling sekolah bersama dengan anak keluarga Edilson itu" lanjut Luke lagi. Dion menoleh, matanya serasa akan menerkam Luke begitu saja "Kau tidak perlu mengajakku berkeliling lagi karena sepertinya aku lebih tahu tentang sekolah ini dari padamu" balas Dion dengan tatapannya yang sedingin gletser, bahkan Ansthasia bisa merasakan sensasi dingin di lehernya saat berada di anatara kedua lelaki tersebut.. Anasthasiahanya berdiam diri sambil memikirkan ada apa dengan keluarga Edilson hingga sangat dikagumi oleh orang-orang dan lagi kenapa pula si anak baru harus terlihat membenci Luke si ketua kelas? ***** Anasthasia tak bisa berhenti mengagumi pemandangan yang ada di sekitar sekolah, meskipun nuansa disana masih terasa panas, namun pemandangannya nampak meneduhkan, begitu banyak pohon cemara yang berjejer di sekitar seklah, dan Anasthasia sangat menyukai halaman belakang sekolah yang penuh akan bunga tulip berwarna-warni, namun lagi-lagi ia tidak bisa menemukan hewan apapun di sekitar sana. "Boleh aku meninggakanmu sebentar?" tanya Luke saat mereka berdua berada di halaman belakang sekolah, tepatnya di halaman belakang dekat dengan hutan pinus yang lengang. Anasthasia mengangguk dengan pelan "Oh ya tentu saja, tidak perlu mengkhawatirkanku" balas Anasthasia. Selepasnya Luke meninggalkan dirinya seorang diri, Anasthasia duduk di kursi pinggir taman, sambil menyalakan kipas mini yang diberikan oleh pamannnya, ia tidak bisa berhenti merutuki nuansa panas dan gerah yang ada di sekola tersebut, bikin tidak nyaman dan tak betah berlama-lama. Anasthasia ingin berbalik ke dalam sekolah dengan pendingin ruangan yang meyala namun sayangya keinginannya harus segra tertahan saat rasa penasarannya harus tertahan dengan sekeebat cahaya berwarna merah muda yang tiba-tiba saja lewat di hadapannya dan memancing rasa penasarannya, pasalnya cahaya merah muda yang ia lihat di sekolah, nampak begitu mirip dengan yang ia lihat di rumah sebelumnya. Tanp sadar Ariana mengikuti cahaya tersebut, hhingga membwanya masuk ke dalam hutan pinus yang gelap, ya cukup gelap namun cahaya yang berasal dari sesuatu yang diikuti olehnya itu mampu untuk menerangkan sekitar. SRIIIING Tiba-tiba sebuah suara asing terdengar begitu nyaring hingga mampu memekakan telinga. Anasthasia menutup telinga dan matanya, dan secara bersamaan cahaya merah muda kecil yang diikuti oleh Anasthasia tersebut mengeluarkan cahayya yang semakin terang, hingga menjadi cahaya yang sangat menyilaukan. Mata Anasthasia terbuka lalu ia melihat ke sekitar, dia baru menyadari bahwa ia sudah berada telalu jauh dari sekolah. Anasthasia berniat untuk kembali ke sekolahnya hingga sebuah suara mungil menghentikan langkahnya tersebut "Kau ingin kemana Puteri?" tanya suara kecil tersebut. Ansthasia terkejut dengan kemunculan suara yang tiba-tiba, karena yang ia tahu ia sedang sendirian di hutan tersebut. Anasthasia mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri, depan dan belakang namun hasilnya nihil, tak ada siapapun di dekatnya "Si-siapa kau?!" tanya Anasthasia dengan gugup POOOOF! "Hallo! Aku Sofia! Senang berkenalan denganmu Puteri!" sapa sebuah mahluk mungil dengan sayap yang menempel di punggunya. "AAAA!" Anasthasia berteriak kaget, matanya melebar saat melihat kemuncilan tiba-tiba dari mahluk mungil yang ada di hadapannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD