BAB 8

1084 Words
Acara peresmian hotel sudah tiba. Acara sudah dimulai sejak 2 jam yang lalu. Kebanyakan tamu yang datang para teman relasi Pak Joan. Bahkan, Walikota dan wakil kota Batam juga turut hadir. Orangtuaku dan Pak joan juga ikut hadir dengan keluarganya. Mereka sangat bangga pada Pak Joan karena telah membangun hotel yang megah dengan jerih payahnya sendiri. Sepupu dan Sahabat pak joan terus menggoda aku dan Pak Joan sepanjang acara. Heran, dari keluar kamar tadi sampai sekarang dia terus menggenggam tanganku. Saat hendak kutepis, malah makin erat. "Duh!!! Kakak cantik banget sih" puji adikku. "Ikhlas ga mujinya?" Sindirku. Biasanya dia ada maunya. "Astagfirullah....." dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memasang muka kaget, drama queen. "Jangan seudzon kak. Ikhlas kok. Kakak mirip Shailene woodley. Sumpah" ucapnya sambil mengacungkan dua jarinya. "Maksud kamu? Kakak agag gemuk gitu?"tambahku. "Eh? Berarti kakak bilang mbak Shai itu gendut? Wah wah... ntar Abby bilang fansnya, habis kakak" "Engga gendut sih. Agag berisi doang. Ahhh... ribet ngomong sama kamu" "Heheh... tapi beneran kok, kakak cantik. Tumben aja gitu pake baju item, malah panjang lagi. Keliatan banget anggunnya" puji nya lagi. "Lebay" gerutuku sambil mencubit pipinya. "Aduh.. duh sakit tau kak!" Ringisnya. "Buktinya aja cowok-cowok disini mandang kakak mulu. Makanya, Kak joan dari tadi pegang tangan kakak terus. Baru bisa lepas sekarang karena Kak Joan asik ngobrol ama Relasinya..." Adikku mendekat dan meraih wajahku, dan di toleh dengan paksa olehnya. Kulihat Pak Joan dari kejauhan, dia memang sedang asik berbincang dengan relasinya, tapi.... sesekali dia mencuri pandang kearahku. Dan dia seperti orang gelisah. "Tuh! Kakak bisa liat sendiri kan? Kak Joan gelisah tuh sama kakak. Takut kecolongan. Makanya dari tadi ngeliat-ngeliat kakak mulu" ucapnya santai. "Ya terus?" Jawabku dengan nada nyolot. "Engga ada sih. Berarti kak joan tu cinta banget sama kakak" ucapnya dengan nada alay. "Yaiyalah. Namanya juga orang pacaran" jawabku ketus. Pacar pura-pura lebih tepatnya. "Huh... susah ya ngomong sama orang susah" dengusnya pelan. Sepertinya adikku ini mengajakku perang. "Heh? Siapa yang kamu bilang susah" "Kakak. Emang siapa lagi?" "Kamu ini! Engg-" ucapanku terhenti saat mendengar bunyi gelas kaca yang di pukul oleh sendok. Aku dan adikku berjalan mendekat pada suara itu. Yang kutemukan adalah... pak joan? Mau apa dia? Pak joan berdiri diatas panggung dengan gelas kaca dan sendok yang di pegangnya. "Saya berterima kasih untuk kehadiran tamu-tamu sekalian dalam peresmian hotel ini" "Sejujurnya, saya di atas Sini bukan untuk berpidato. Melainkan..." kulihat dia mengeluarkan sesuatu dari dalam jasnya. Sebuah kotak kecil, berwarna merah. "Saya ingin melamar kekasih saya, Deandra Carpenter" JDYAARRRR.... Aku menegang di posisiku. Suasana menjadi riuh. Jantungku berpacu dengan kencang. Apa yang harus kulakukan? Seriously? Astaga Apa pak joan mabuk? Oh Ya allah. "Marry me? Dea?" YA TUHANN... *** Aku terus mengomeli bosku setelah acara peresmian selesai. Dia malah terlihat santai dan biasa saja selepas acara lamaran dadakan dan membuatku malu. Sejujurnya, aku tak tau apa yang harus ku jawab. Toh, cuma pura-pura? Jadi kuiyakan saja. Tapi pada saat dia mengumumkan tanggal pernikahan sekaligus. Membuat wajahku memerah menahan amarah. "Ih bapak sudah gila ya?" Ucapku frustasi. "Kalau lamaran masih bisa saya pertimbangkan, toh bisa di rekayasa" lanjutku. "Lah ini? Nikah? Bulan depan?" "Masha Allah. Seharusnya saya engga pernah nurut sama apa kata Bapak?!" "Bapak pikir nikah itu buat main-main doang?" "Malah seenak bapak saja nyuruh saya nikah sama bapak!" Kuhempaskan tubuhku ke sofa, memijit pelipisku yang terasa berdenyut. Laki-laki itu hanya diam sejak tadi, melihatiku yang terus mengomelinya. Bisa gila lama-lama. "Sudah ngomongnya?" Suaranya akhirnya keluar. Dia bangkit berdiri, berjalan menghampiriku dan duduk di sampingku. "Sebelumnya saya minta maaf, karena memainkan hidupmu seenaknya. Kamu tau persis bagaimana Ibu kita" "Mereka mendesak saya untuk menikahimu. Ayahmu juga" lanjutnya masih tenang "Kalau begitu apa susahnya bilang kita akan segera putus?" Ketusku. "Setelah orang tua kita menaruh harapan besar pada kita? Bisa kau bayangkan wajah sedih mereka?" Aku terdiam mendengarnya. Benar juga, Mama pasti sedih jika itu terjadi. Dan aku paling sensitif melihat wajah sedih yang di pasang oleh wanita yang melahirkan dan membesarkanku itu. "Tenang saja. Kita akan menikah selama 2 tahun. Setelah itu kita bisa cerai. Agar kedua orang tua kita tidak curiga. Kamu boleh pacaran dengan pria lain saat kita menikah dan begitupun saya" lanjutnya. "Jadi, kawin kontrak?" Tanyaku. Biasanya yang ada perjanjian nikah seperti itu, namanya kawin kontrak (menurut cerita-cerita novel yang sering k*****a). "Tidak. Kita akan tetap menikah secara sah. Agama dan hukum. Tetapi batas waktu sampai 2 tahun lamanya pernikahan kita" "Sama aja kayak kawin kontrak engga sih Pak?" Gerutuku. "Masa sih? Tapi kan kita engga buat surat perjanjian?" Tanyanya balik. "Yaudah buat sekarang!" "Engga ah! Ribet. Toh sama aja kan?" Ya beda lah pak.. “Dan.... karena kita nikah secara sah. Jatah saya sebagai suami harus ada pastinya" katanya dengan senyum jahilnya. “Ya engga bisa gitu dong Pak. Saya mau ngelakuin begituankan dengan orang yang saya cintai dan mencintai saya. Dan mohon maaf itu bukan bapak!" kandasku dengan melipat tangan di d**a. Enak saja dia. Mengambil kesempatan dalam kesempitan. “Saya yakin nanti kamu pasti jatuh cinta sama saya.” Ujarnya. “Cinta? Sama bapak? Kayak engga ada laki-laki lain aja di dunia. Lagi pun, kalau saya ngasih jatah ke bapak? Terus saya hamil? Tu anak mau di kemanain pak? Pernikahan kita aja ntar cuma 2 tahun?” “Jadi kamu mau hidup selama-lamanya sama saya? Gitu?” Dia tersenyum nakal lagi. “Engga dih” aku bergidik ngeri membayangkan kehidupanku jika 'jadi' sama ini bos. “Kan bisa pakai k****m? Apa susahnya?” Jawabnya polos. Anjirr k****m? “Itu sama aja bapak menjadikan saya sebagai pelampiasan.” dengusku sebal. “Ya daripada saya jajan di luar?” Aku terdiam mendengarnya. Ada rasa tak suka pada diriku saat Pak Joan mengatakannya. Rasanya pengen kucakar-cakar saja wajahnya. Jajan di luar? “Jajan aja sana! Saya engga peduli. Pokoknya, jangan pernah sentuh- sentuh saya!!!” Aku beranjak dari dudukku dan menuju kamar mandi. Ku dengar gelak tawa Pak joan dari luar. Gila tu bos. Ya kali, aku mau jadi pelampiasannya. Dia pikir aku ini apa? Tok... tok... Aku yang baru hendak nangkring di bathup, kuurungkan saat mendengar ketukan pintu. "Ada apa pak??!!!!" Teriakku sambil memakai kimono yang di sediakan hotel. "Buka pintunya!!!" Balasnya. Buka pintu katanya? "Mau ngapain sih Pak?" "Saya mau ngambil dompet saya. Ketinggalan di dalam!" Teriaknya lagi. Dompet? Mana ya? Aku mencari-cari dompetnya. Ahhh itu dia!!! Kuambil dompetnya yang tergeletak di lantai. Kubuka pintu perlahan, sementara tubuhku kusembunyikan di balik pintu. Dan kepalaku mengintip. "Nih. Ganggu aja sih pak" gerutuku seraya memberi dompetnya. "Eh. Engga sopan sama bos kamu ya?" Ujarnya. "Apa si? Dari kemarin ba…bos…ba… bos?  Maaf. Udah ah." Ketika aku hendak menutup pintu. Kakinya menghalangi pintu. "Apa lagi pak?" Tanyaku kesal. "Undewear kamu bagus juga. Victoria secret ya?" Ujarnya dengan senyum jail sambil melihat ke dalam. s**t! BRUKK... Ku banting pintu kamar mandi. "m***m!!!" teriakku. Ku dengar bosku itu terbahak-bahak. Sumpah! Dia siapa sih? Kulanjutkan mandi. Menenangkan pikiranku. Bisa gila aku kalau aku menikah dengannya. Oh Tuhan, Lindungi hambamu yang cantik ini.... *** Aku dan Pak Joan akan kembali ke New York 3 hari lagi. Bukan cuma berdua, keluargaku dan keluarga pak joan juga ikut. Untuk menyelenggarakan pernikahan kami. Semoga baik-baik saja. Aminn. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD