Raysa hanya bisa terpaku menatap kepergian pria yang baru saja berhasil mematahkan dan menghancurkan hatinya. Hanya tersisa kurang dari satu bulan lagi mereka menikah. Kini Raysa harus kuatkan hati bahwa impian itu telah pupus--hilang tak bersisa. Pernikahannya batal untuk alasan yang tak bisa Raysa terima. Sekuat tenaga ia menahan agar air matanya tidak mengalir. Tapi sekuat apapun Raysa, ia tetaplah seorang perempuan. Apalagi kali ini masalahnya bukanlah masalah yang bisa ia abaikan dengan makan makanan pedas atau tidur. Pernikahannya batal. Bayangan senyum Mama dan Papanya langsung muncul di kepala Raysa. Dan kini air matanya mengalir dengan deras. Raysa hanya bisa terduduk di lantai kemudian menangis kencang.
"Kalau sampai dia ketemu, aku sendiri yang bakal habisin dia." Rayn mengera
