chapter : 21

2298 Words

Dendam nyaris membutakan mata hati dan menghalalkan segala cara. Dan Vier sedang bergelut dengan semua itu. Rasa sakitnya terasa nyata bahkan ketika waktu enam tahun nyaris berlalu. Sakitnya masih sama. Bahkan semakin dia ingin melupakan dan memberi ruang maaf untuk si pembuat sakit, yang ada rasa sakitnya makin menjadi. Maka apa yang harus dilakukannya? Bagaimana dia bisa memaafkan jika maaf itu sendiri tidak ingin menampakkan diri. Salahkan saja dia. Tapi untuk kali ini, biarkan dia egois. "Risa, suatu saat kau boleh menyalahkan aku. Tapi kali ini kau datang ditempat dan waktu yang salah," kata Vier sambil menatap lurus pada layar komputernya yang blank. Diangkatnya satu buah foto yang selama ini selalu terselip di dompetnya. Ditatapnya wajah itu dengan pandangan tak terbaca. "

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD