BAB 1: Teman Kecil

2105 Words
Malam yang indah itu terlihat berkilauan, langit yang bersih berwarna gelap, bintang yang bertaburan di tambah cahaya lampu gedung-gedung berwarna warni. Kesibukan aktifitas orang-orang di malam hari tidak menyurutkan keramaian kota. Sebuah hotel dengan bentuk bangunan klasik berdiri kokoh di hamparan tanah yang sangat luas dan tidak begitu dekat dengan perkotaan. Bangunan itu kini terlihat ramai karena di datangi banyak orang-orang dari berbagai kalangan. Mereka datang sebagai tamu undangan dari sebuah pesta ulang tahun perusahaan. Orang-orang berseragam hitam berdiri dari depan gerbang utama menunjukan jalan harus kemana para tamu-tamu itu pergi. Suara instrument musik terdengar di seluruh ruangan, seorang musisi bernyanyi dengan sangat baik di iringi alunan biola yang lembut membuat suasana pesta terasa menjadi hangat dan membawa suasana kebahagiaan kepada semua orang. Seluruh ruangan terisi oleh berbagai macam suara, di mulai dari musik, perbincangan hingga pergerakan orang.  Beberapa orang duduk dengan anggun dan sebagiannya lagi berdiri berkerumun membicarakan kerja sama bisnis mereka. Para bangsawan dan orang-orang penting berkumpul di sana karena undangan Julian Giedon yang merayakan ulang tahun perusahaan. Beberapa orang penting dari beberapa negara berdatangan, mereka tidak hanya datang untuk mengikuti pesta, namun di tempat itu mereka dapat bertemu dengan orang penting lainnya untuk menambah relasi. Pakaian yang berkilauan dan anggun terbuat khusus sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh, tangan yang tersemat benda berharga menenteng tas, pembicaraan luas membahas segala sesuatu yang menguntung dapat di lihat malam ini. Seorang pria berdiri di sisi pagar, kepalanya menengadah melihat ke luar melalui jendela besar menjulang tinggi. Sudah ada beberapa pesawat yang dia lihat menderat di luar. Entah sudah ada berapa tamu undangan yang datang menggunakan transfortasi itu. Pria itu terdiam seraya menyesap  cocktail secara perlahan, bola matanya yang berwarna hijau cerah itu bergerak terlihat indah. Malam ini dia memakai jass berwarna biru hitam di padukan dengan kemeja berwarna putih. Sangat kontras dengan warna rambutnya yang berwarna tembaga, bola mata hijau seperti daun basah di pagi hari, terlihat sangat tampan dan muda.  Dia adalah Helian Giedon, putera bungsu Julian Giedon. Helian Giedon, seorang tuan muda yang paling terkenal di generasi Giedon yang ke Sembilan. Ada banyak prestasi yang dia raih karena kecerdasannya dalam mendobrak aturan kolot berbisnis, namun ada lebih banyak kontroversi yang dia buat. Helian sangat suka membuat masalah dan keributan yang merepotkan banyak orang. Semua masalah yang terjadi pada Helian tidak lepas dari penyakit yang di derita pria itu. Helian menderita Prosopagnosia, kondisi dimana dia sulit mengingat dan mengindentifikasi wajah. Ingatan Helian yang buruk dalam mengenal wajah membuat dia terus menerus mendapatkan masalah karena di manfaatkan. Bahkan dalam beberapa kesempatan Helian melupakan wajah keluarganya sendiri. Tidak hanya itu, ketika Prosopagnosia Helian berada di batas yang buruk, dia bisa melupakan wajahnya sendiri. Helian terlahir dengan  sempurna, memiliki orang tua yang harmonis, melimpahkan banyak cinta kepadanya, kakak yang peduli kepadanya, orang tua dan kakak Helian selalu menghargainya dengan cara yang tepat. Helian terlahir dengan fisik yang di mimpikan kebanyakan pria, nasib yang membuat semua orang akan iri melihatnya. Wajah tampan, cerdas, orang tua yang harmonis, berlimpah uang, nama yang baik dan masa depan yang di pastikan akan baik-baik saja meski nanti dia tidak berhenti membuat ulah dan tidak bekerja. Dulu, Helian tidak memiliki penyakit apapun, Helian tidak menderita Prosopagnosia. Namun, karena sebuah penghianatan yang menimbulkan terjadinya penculikan sewaktu Endrea kecil, kehidupan Helian berubah. Rasa sayang Helian kepada Endrea membuat Helian menolong kakaknya dan menggantikan dirinya sendiri untuk di bawa dalam penculikan. Trauma akan penculikan membuat Helian mendapatkan gangguan kecemasan yang akut dan membuatnya lari dalam dunia narkoba sejak masih di bawah umur. Kondisi Helian yang buruk akhirnya membuat kedua orang tuanya memutuskan untuk menterapi Helian dengan hipnotis agar Helian melupakan semua bayangan orang-orang yang pernah menculik dan menghianatinya, menghapus perasaan takut di dalam diri Helian. Terapi itu berjalan dengan baik karena Helian benar-benar melupakan segalanya, namun celakanya Helian kehilangan kemampuan untuk mengingat wajah orang. Dan seperti inilah Helian Giedon sekarang. Pria cerdas yang terlalu santai dengan hal apapun karena tidak begitu memiliki rasa takut, selalu melupakan wajah orang-orang yang di kenalnya, berbicara aneh dan terlalu memuja, memanjakan dirinya sendiri. Helian tidak pernah peduli dengan apapun pandangan orang lain, bahkan dia tidak peduli dengan pandangan keluarganya kepada dirinya. Helian hidup dengan dunianya sendiri, dan hanya memikirkan apa yang membuat dia senang dan nyaman. Apapun yang membuat dia merasa senang dan tenang dengan apa yang dia lakukan, Helian tidak akan peduli apapun dengan orang-orang di sekitarnya, selain ibunya. Beruntungnya Helian bukanlah tipikal pria playboy yang suka bermain dengan banyak wanita, Helian hanyalah anak remaja yang suka membuat ulah, namun ulahnya di atas rata-rata. “Helian.” Helian berbalik dan memasang ekspresi datarnya karena Julian, ayahnya yang memanggil. Julian berdiri di sisi Helian. Kedua pria itu bak pinang di belah dua,  tidak hanya wajahnya saja yang mirip, namun sifat mereka juga sama. Karena itu Julian tidak terlalu ambil pusing dengan semua masalah yang sering Helian lakukan selama puteranya bisa memperbaikinya. “Ada apa?.” Tanya Helian yang kini mengalihkan perhatiannya ke arah lantai satu. Helian memperhatikan Endrea kakaknya, kini tengah berbicara dengan seorang pria yang kini sudah Helian lupakan lagi siapa pria itu. “Ada banyak orang penting yang datang malam ini. Kau bisa menemui mereka setelah mereka duduk karena ada nomernya, ku harap kau sudah menghapal nama-nama mereka. Kau tidak perlu berdansa dengan siapapun jika tidak nyaman.” “Aku mau berdansa dengan ibu.” “Aku yang harus berdansa lebih dulu dengan ibumu.” Jawab Julian dengan cepat. Helian mengangkat gelas kosong di tangannya, pria itu memberi isyarat kepada seorang pelayan pribadinya untuk mendekat. Pelayan itu mendeka dan membiarkan Helian menukarkan gelas kosongnya dengan segelas cocktail lagi yang tersedia di baki yang di bawa. Di dalam pesta manapun Helian berada, dia harus memakai pelayan pribadi yang menjamunya demi keselamatan. “Jangan banyak minum. Aku tidak mentoleransi apapun jika nanti kau mabuk dan membuat ulah.” Peringat Julian yang kini melihat Helian yang hendak minum langsung menurunkan gelasnya lagi karena peringatan ayahnya. “Kenapa Ayah terus mengaturku?.” “Karena aku ayahmu.” Tekan Julian dengan kuat. “Bersyukurlah kau terlahir menjadi manusia, apalagi menjadi puteraku. Coba bayangkan jika kau terlahir hanya sebagai seekor babi. Kau tidak akan ada disini sekarang, tapi di kandang.” Helian hanya mengedikan bahunya tampak tidak begitu peduli dengan apapun yang keluar dari mulut Julian. Helian membungkam tidak membangkang karena malam ini sangat penting untuk keluarganya. “Balas sapaan siapapun yang datang menyapamu meski kau tidak ingat siapa mereka.” “Aku tahu.” Balas Helian yang terlihat sedikit bosan mendengar nasihat ayahnya. “Aku sudah belajar bagaimana caranya menjadi orang berguna.” Julian mendengus geli mendengarnya, “Tunggu disini. Aku harus menemani ibumu.” Julian menepuk bahu Helian untuk sesaat dan segera memutuskan pergi menyusul isterinya yang kini berbicara dengan banyak tamu. Helian membuang napasnya dengan kasar, pria itu bosan berdiam diri. Helian memutuskan untuk pergi menuruni tangga berkarpet merah menuju lantai satu, beberapa orang yang sudah Helian lupakan wajahnya menyapa, dengan tenang dia membalas sapaan mereka dan tidak memberikan kesempatan untuk bicara lebih jauh. Helian langsung duduk di meja yang di khususkan untuk tuan rumah. Malam ini orang tuanya sibuk berbicara dengan tamu, begitu pula dengan Endrea kakaknya yang sibuk dengan Kenan kekasihnya. Helian hanya duduk seorang diri. Tidak banyak tempat yang Helian miliki untuk terjun dan belajar seperti kakaknya dalam berbisnis dan mulai mencari relasi. Bukan karena orang tuanya melarang dan tidak memberikan kesempatan, namun Helian merasa bahwa dia belum siap. Tidak mudah menjaga kepercayaan yang di berikan orang lain. “Helian” Helian menengok dan langsung tersenyum lebar karena kali ini ibunya yang memanggil. Sangat berbeda jauh eksprresi Helian saat namanya di sebut oleh Julian. Perhatian Helian teralihkan pada seorang gadis cantik yang berdiri di samping Yura dengan mata berbinar menatap takjub melihat Helian. Gadis itu memakai gaun anggun selutut berwarna biru muda, rambutnya yang sebahu di biarkan terurai, wajah cantiknya terpoles sempurna oleh makeup. “Apa kau sibuk?” tanya Yura dengan suara lembutnya. “Tidak, aku sangat santai.” Jawab Helian dengan senyuman canggungnya karena gadis yang berdiri di samping ibunya menatap dirinya dengan berbinar, bahkan matanya yang besar bulat itu hampir keluar karena terlalu menatap Helian.  “Aku tahu aku tampan. Jangan menatapku terlalu lama seperti itu.” komentar Helian mengungkapkan keresahannya pada gadis yang kini berdiri di samping ibunya. Gadis itu sedikit tersentak kaget karena Helian melupakan wajahnya setelah beberapa tahun tidak bertemu. Gadis itu mendekati Yura dan menyentuh lengannya, “Nyonya, Helian melupakanku.” Bisiknya sedih. “Helian kau lupa siapa dia?” Yura menunjuk gadis yang berdiri di sampingnya. Helian terdiam, keningnya mengerut kecil memperhatikan gadis itu dan ibunya bergantian. Meski ibunya kini sudah berkepala empat, namun dia tetap sangat muda hingga tidak ada bedanya dengan anak remaja. Yura, ibu Helian benar-benar menolak tua. Wajah muda ibunya yang sangat mencolok di sandingkan dengan gadis cantik di sampingnya membuat Helian sedikit bingung dan tidak bisa mengingat apapun. “Memangnya siapa?.” “Helian, dia Lily Potter.” Kata Yura. “Teman masa kecilmu.” Helian terpaku kaget mendengarnya. “Helian, selamat malam. Lama kita tidak berjumpa.” Lily Potter membungkuk memberi hormat dan tersenyum dengan pipi tersipu malu setelah sekian lama tidak bertemu dengan teman masa kecilnya yang selalu Lily kejar layaknya kucing yang berlari mengejar burung terbang. Helian langsung membuang mukanya, Lily Potter adalah teman bermain masa kecilnya, mereka cukup dekat karena Lily tidak pernah berhenti mengekori Helian dimanapun dan kemanapun Helian pergi. Lily Potter adalah seorang anak dari keluarga bangsawan campuran dari Inggris dan Irlandia, orang tua Lily bekerja di bidang penerbangan yang sudah bertahan dari generasi ke generasi. Lily adalah anak tunggal. Melihat Helian yang membuang mukanya dan menyilangkan tangannya seperti anak kecil yang tidak mau di ganggu, Yura segera menepuk bahu puteranya. “Berdiri Helian, tidak sopan tidak membalas sapaan.” Dengan terpaksa Helian segera beranjak, Helian balas membungkuk membalas hormat Lily dan sapaannya Lily. “Kau pasti kesepian bila sendirian. Ibu memiliki tamu yang harus di sambut, tolong jaga Lily karena orang tuanya tidak bisa datang.” Ucap Yura sebelum pergi, nampaknya Yura sengaja meninggalkan Helian bersama Lily berdua. Helian hanya bisa menghembuskan napasnya dengan berat tampak tidak bisa menolak meski tidak begitu suka. Helian kembali duduk di tempatnya. “Silahkan duduk.” Ucapnya mempersilahkan. “Kamu tidak mau menarikan kursi untukku?.” Kepala Helian sedikit terangkat menatap Lily yang tersenyum polos menunggu Helian menarikan kursi untuk dia duduki. Tanpa bertanya Helian segera menarik kursi yang paling jauh dari tempat dia duduk. “Silahkan duduk.” “Aku mau duduk bersebelahan denganmu.” Pinta Lily seraya menunjuk kursi yang bersebelahan dengan tempat duduk Helian. Helian kembali menarik kursi yang di tunjuk Lily. “Silahkan.” “Terima kasih.” Lily tersenyum lebar dan segera duduk di samping Helian, gadis itu tersipu malu dan terlihat sangat besemangat di penuhi oleh aura positif. Kepala Lily mendongkak menatap Helian dengan kagum, sudah sangat lama dia menyukai pria itu, namun sayang Helian belum pernah merasakan jatuh cinta. Lily beruntung karena dia jatuh cinta kepada pria yang belum pernah dekat dengan wanita manapun karena selera Helian yang telalu tinggi. Helian membuang mukanya karena Lily terus menatap dirinya. “Kamu tidak mau bicara sama aku?” tanya Lily. “Kita kan sudah lama tidak bertemu.” “Tidak, terima kasih. Pita suaraku sedang beistirahat.” Jawab Helian terdengar menyebalkan seperti biasa. “Kalau tidak mau bicara, kita bisa pegangan tangan.” Lily mengulurkan tangannya mengajak berpegangan. Mata Helian bergerak ke bawah melihat tangan mungil Lily yang terbuka lebar mengajak bergandengan. “Aku tidak bawa hand sanitizer.” Tolak Helian lagi. Alih-alih merasa tersinggung dengan jawaban menyebalkan Helian, Lily malah tersenyum menganggap jawaban jujur Helian lebih bisa dia terima di bandingkan dengan sebuah basa-basi. “Umm.. baiklah.” Tangan Lily terjatuh memegang ujung jass Helian dan tidak mempedulikan ekspresi horror Helian yang panik karena di sentuh sembarangan. Lily mengedarkan pandangannya melihat ruangan pesta yang di dekorasi sedemikian rupa agar semua orang bisa nyaman dan menikmati pesta yang ada. Perhatian Lily pada pesta tidak bertahan lama karena kini dia kembali melihat Helian yang kini tengah duduk tenang melihat keluar jendela. Tidak ada yang berubah pada Helian, pria itu masih sama seperti dulu, Helian tetaplah Helian, seorang anak laki-laki yang bahagia dan sibuk dengan dunianya sendiri. Tidak berapa lama Helian memutuskan untuk berdiri, Helian bosan dan ingin pergi mencari suasana baru. “Helian.” Lily langsung menarik ujung jass yang di pakai Helian. Gadis itu mendongkak menatap Helian, “Kau mau kemana?.” “Kenapa kau ingin tahu?.” “Aku kan masih rindu padamu, duduk saja disini.” Lily menarik-narik ujung jass yang Helian kenakan. Lily sangat ekspresif, dia blak-blakan dengan perasaan apapun yang ingin dia ungkapkan agar Helian langsung mengerti maksud ucapannya. To Be Continue...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD