Bab 2. Awal

1473 Words
(Setelah 5 menit perjalanan, akhirnya Alina sampai di kostan Raya,memang jaraknya lumayan dekat.) tok... tok... tok... (Suara Mengetuk pintu) Alina: "Raya!" (teriak sambil mengetuk pintu). Raya: "Masuk aja, Na." (membalas dari dalam dengan nada santai). Alina pun membuka pintu dan masuk menuju kamar Raya. Raya: "ALINAAAA gue kira lo gajadi ikut." Ucap raya sambil berteriak dan memeluk gadis itu Alina: "Awas, ih! Rambut gue jadi berantakan, kan!" (kesal sambil merapikan rambut akibat kelakuan raya). Raya: "Utututu masih cantik, kok neng tenang." (dengan nada menggoda). Alina berjalan menuju cermin untuk kembali merapikan rambutnya. Raya : "Eh, Diva mana, nih? Lama amat." Raya: "Sabar, coba lo chat. Mungkin masih di jalan." (Sambil membuka aplikasi chat di HP-nya.) Raya: "Okedeh, gue chat dlu." (Raya mulai mengetik pesan dan sesekali tertawa melihat profil sahabatnya.) Raya: "Na kita tunggu di depan aja. Cowok gue udah OTW, nih." Alina: "ywdh , yuukk!" (Mereka pun keluar dari kostan, menunggu sahabat dan Teman-teman cowoknya datang) Beberapa saat kemudian, Diva tiba. Diva: "Helloooooo, guyyyyssss! Sang Diva is coming!" Raya : "Lama banget sih, lo! Untung belum gue tinggal!" Diva: "Sorry-sorry, tadi perut gue mules. Ya gue boker dulu, hehehe." (Tertawa cengengesan.) Raya: "Emang pantes pantes si lo jdi diva." Diva : "akhirnya lo mengakui juga ya" (Ucapnya dengan bangga) Raya : "iye diva boker maksudnyaa" (Ucap raya sontak membuat alina tertawa sedangkan sang diva menggerutu kesal) (Tiba-tiba ada suara motor berhenti di depan kostan.) Raya: "Tuh, kan. Mereka udah nyampe!" (Raya langsung menghampiri cowoknya, diikuti Alina dan Diva.) terlihat Radit bersama dua temannya, Arga dan Dika. Mereka membawa kantong plastik besar berisi makanan. Radit: "Yooo, cewek-cewek! Maaf lama, macet banget tadi." Diva: "Macet di mana? Di kamar mandi ya, Bang?" (Tertawa jahil.) Radit: "Wah, lo ngatain gue juga, Div? Baru dateng udah rese." Arga: "Udahlah, Dit, jangan digubris. Biasa Diva suka bikin rusuh." (Senyum tipis ke arah Alina, yang langsung salah tingkah.) (Setelah semua siap-siap di kostan, mereka berdiskusi soal kendaraan.) Raya: "Jadi, naik apa nih? Kita ada motor cukup, kan?" Radit: "Gue bawa motor, Dika juga. Tinggal dibagi aja." Dika: "Gue boncengin Diva. Radit sama Raya." Arga: "Kalau gitu, Alina sama gue?" (menoleh ke Alina sambil tersenyum.) (Alina langsung terlihat kaget, tapi mencoba bersikap biasa.) Alina: "Hah? Gue? Ya... oke deh." (sedikit salah tingkah, tapi tidak punya pilihan.) Diva: "Wih, seru nih! Alina satu motor sama Arga!" (menggoda sambil tertawa kecil.) Raya: "Udah, udah. Jangan lama-lama, keburu gelap. Yuk, jalan!" (Mereka semua naik motor, dan perjalanan dimulai menuju taman yang disebut Arga.) --- Di motor, suasana agak canggung antara Alina dan Arga. Arga: "Pegangan, Na. Jalanan ke taman agak rusak." (Alina ragu-ragu memegang jaket Arga.) Alina: "Eh, iya, iya. Maaf, gue enggak biasa dibonceng." Arga: "Santai aja. Gue udah biasa boncengin orang, kok. Lo aman di sini." (tersenyum menenangkan.) Angin sore terasa lembut, membuat Alina sedikit lebih tenang. Namun, dia tetap merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Arga: "Lo sering ke taman ini sebelumnya?" Alina: "Enggak, sih. Gue malah baru tahu tempatnya dari lo." Arga: "Wah, berarti nanti gue jadi guide, nih. Ada banyak spot bagus buat foto di sana." Alina: "Oh, gitu. Yaudah, gue tunggu rekomendasi lo, deh." (tersenyum kecil, meski wajahnya masih agak gugup.) Beberapa saat kemudian, mereka sampai di taman. Radit, Dika, Diva, dan Raya sudah memarkir motor lebih dulu. Diva: "Tuh, liat! Yang terakhir sampe malah si Alina sama Arga. Pasti ngobrol terus di jalan, ya?" Alina: "Diva, lo tuh kebanyakan bacot!" (berusaha menutupi rasa malunya.) Arga hanya tertawa kecil tanpa berkata apa-apa. Raya: "Udah, udah. Ayo cari spot bagus buat foto!" Di taman, suasana sore yang cerah dengan sinar matahari keemasan menjadi latar sempurna untuk foto. Dika: "Oke, oke. Gue atur setting kameranya dulu. Siapa yang mau foto duluan?" Diva: "Gue dong! Eh, tapi Alina dulu deh. Biar gue bisa nyontek pose dia." Alina: "Hah? Gue? Ya ampun, Div, lo kan yang hobi difoto!" Radit: "Ayo, Na. Arga udah nunggu lo, tuh." (menggoda sambil menunjuk Arga.) Alina langsung salah tingkah lagi. Dika mulai memotret Alina, yang mencoba beberapa pose sambil sesekali tertawa karena rasa canggung. Raya: "Nah, cakep tuh, Na! Pose lo natural banget!" Diva: "Gue harus lebih kece dari Alina! Dika, fokus sama gue abis ini, ya!" Dika: "Iya, iya, sabar, Div. Semua bakal dapet giliran." Mereka bergantian foto-foto. Diva dengan gaya super dramatis, Radit yang mencoba gaya lucu, dan Raya yang selalu spontan. Alina dan Arga juga sempat difoto bersama, membuat yang lain menggoda mereka. Diva: "Arga sama Alina fotonya cute banget, loh! Bisa nih buat foto prewedding." Arga: "Div, apaan sih? Jangan bikin gosip!."(tersenyum, tapi wajahnya terlihat sedikit merah.) Alina: "Ih, Diva, lo tuh ada-ada aja!" (ikut tersipu.) Setelah puas foto-foto, mereka duduk di rerumputan, menikmati cemilan yang mereka bawa. Raya: "Sumpah, ini momen asik banget. Kita harus sering-sering begini." Radit: "Setuju. Sekali-kali refreshing keluar tuh perlu." Dika: "Gue sih yang penting fotonya keren. Nanti gue edit, terus gue kirim ke grup." Diva: "Hah, edit cepetan ya, Dik! Gue udah enggak sabar nge-post di i********:!" (Semua tertawa bersama.) Langit mulai berubah gelap, dan lampu-lampu taman menyala, menciptakan suasana yang indah. Diva: "Ayo, satu lagi, satu lagi! Kali ini kita foto grup!" Dika: "Oke, gue set timer kameranya dulu. Semua kumpul, cepet!" (Mereka semua bergegas berkumpul, memasang pose konyol dan lucu untuk difoto.) Setelah beberapa foto, Alina melirik jam di ponselnya dan mulai terlihat gelisah. Alina: "Eh, guys, gue kayaknya harus pulang sekarang. Udah malem, besok gue masuk pagi." Raya: "Yah, Na. Cepet amat pulangnya. Padahal lagi seru-seru nih!" Alina: "Iya, sorry banget. Tapi kalau gue telat bangun besok, bisa kacau kerjaan gue." Arga: "Kalau gitu gue anterin pulang, Na. Motor gue udah siap." (langsung menawarkan diri.) Semua langsung menoleh, terutama Diva dan Raya, yang memasang senyum penuh arti. Diva: "Weeeh, perhatian banget nih, Arga! Jangan lupa mampir dulu beli kopi buat Alina, biar dia semangat besok pagi." Alina: "Div, gue serius, jangan bercanda mulu!" (wajahnya mulai merah.) Arga: "Udah, enggak apa-apa. Gue anterin aja. Lo besok kan penting kerja, ya?" (tersenyum sambil melirik Alina.) (Alina akhirnya mengangguk, dan mereka pamit kepada yang lain.) --- Dalam perjalanan pulang, suasana cukup tenang. Lampu-lampu jalan menerangi perjalanan mereka. Alina: "Thanks ya, Ga. Lo selalu sigap bantuin." Arga: "Santai aja, Na. Gue tahu lo orangnya sibuk banget. Nggak enak kalau lo kecapean." Alina: "Tetep aja, gue nggak enak. Lo kan bisa aja stay lebih lama sama yang lain." Arga: "Enggak masalah kok. Lagian, nemenin lo juga asik." (tersenyum sambil fokus ke jalan.) (Alina hanya diam, tapi dalam hati dia merasa sedikit terharu mendengar kata-kata Arga.) --- Setelah beberapa menit, mereka sampai di depan kostan Alina. Arga: "Udah sampe. Jangan lupa istirahat yang cukup, ya. Besok pagi harus semangat!" Alina: "Iya, makasih banget, Ga. Hati-hati di jalan, ya." (Alina turun dari motor dan melambai sebelum masuk ke kostannya.) (Arga melihat Alina masuk sebelum akhirnya pergi dengan senyum kecil di wajahnya.) --- Di dalam kostan, Alina langsung duduk di kasur, memikirkan apa yang terjadi sepanjang hari. Dia tersenyum kecil sambil mengingat bagaimana perhatian Arga selama ini. "Arga... kenapa lo selalu bikin gue merasa spesial, ya?" Alina (dalam hati) Dia menghela napas panjang, mencoba mengabaikan perasaan itu dan bersiap tidur agar bisa bangun pagi untuk kerja esok harinya. (Hari itu ditutup dengan kebahagiaan dan kebersamaan mereka, lengkap dengan hasil foto yang penuh kenangan.) Keesokan harinya, Alina bangun pagi-pagi seperti biasa untuk bersiap kerja. Suasana kostannya masih sepi, sementara sinar matahari mulai masuk melalui celah jendela. "Oke, Alina. Hari baru, semangat baru. Lupakan semua yang bikin lo baper kemarin." (berbicara pada diri sendiri sambil berkaca.) Setelah selesai bersiap, Alina menuju halte dekat kostan untuk menunggu bus. Saat dia sedang mengecek ponsel, tiba-tiba sebuah motor berhenti di depannya. Arga: "Pagi, Na!" (tersenyum lebar sambil melepas helmnya.) Alina: "Hah? Arga? Lo ngapain di sini? ."(terkejut.) Arga: "Gue jemput lo. Tadi Raya bilang lo biasanya naik bus pagi-pagi. Gue pikir, daripada lo ribet, mending gue anterin aja." Alina: "Eh, tapi... Gue enggak mau ngerepotin, Ga." Arga: "Enggak repot kok. Gue juga lewat jalan ini. Ayo, naik. Lo nanti telat, lho." (Alina ragu sejenak, tapi akhirnya naik ke motor Arga.) Alina: "Seriusan lo? Kok baik banget, sih?" Arga: "Kan gue bilang, nemenin lo tuh asik." (tersenyum lagi, membuat Alina salah tingkah.) Perjalanan ke kantor terasa cepat. Angin pagi yang sejuk membuat suasana lebih menyenangkan. --- Sesampainya di depan gedung tempat Alina bekerja, Arga berhenti. Arga: "Nah, udah sampe. Lo jangan lupa makan siang, ya. Jangan cuma kerja doang." Alina: "Iya, makasih banget, Ga. Gue beneran enggak tahu harus balas gimana." Arga: "Enggak usah dipikirin, Na. Nanti sore gue jemput lagi, kalau lo enggak keberatan." Alina: "Sore? Jemput lagi?" (kaget, tapi diam-diam senang.) Arga: "Iya. Tapi kalau lo keberatan, bilang aja." Alina: "Enggak, enggak! Maksud gue, ya... boleh aja." (berusaha menyembunyikan rasa senangnya.) Arga tersenyum, lalu melambaikan tangan sebelum pergi. Alina masuk ke gedung kantornya dengan hati yang tak menentu. --- See you next page
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD