BAB 1

1173 Words
Jakarta, 10 Januari 2022 Terlihat sosok wanita yang kini berlari menembus gelapnya malam di jalan raya. Suara langkah wanita itu terdengar saling bertubrukan dengan air hujan yang mengguyur bumi saat ini. Gaun putih yang ia kenakan saat ini sudah basah kuyup dan robek di mana-mana. Rambutnya pun sudah acak-acakan. Ia tak menghiraukan gaunnya yang kotor, yang ada dalam pikirannya saat ini adalah ia harus pergi sejauh mungkin dari beberapa lelaki berbadan besar yang saat ini sedang mengejarnya. Napasnya tersengal-sengal saat ia belari kencang. Ia ingin berhenti, namun tak bisa. “Kenapa ini semua harus terjadi padaku,” batin wanita yang bernama lengkap Fiona Santoso. Air mata yang sudah kering kini kembali mengalir di wajah cantiknya saat ia mengingat kejadian mengerikan yang terjadi beberapa jam yang lalu. Hari ini seharusnya menjadi hari yang membahagiakan untuknya. Tapi, malah menjadi hari yang menakutkan dan tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. “Akhh.” Fiona meringis kesakitan saat ia terjatuh tersungkar di tanah yang becek. Sejenak wanita itu memeriksa sepetunya dan menghela napas berat, sepatu berhak tinggi yang ia kenakan rusak. Dengan cepat wanita itu melepas sepatunya dan melemparnya asal. Membiarkan kedua kakinya kembali berlari tanpa alas kaki. “BERHENTI!” sebuah pekikan keras membuat tubuh wanita itu kembali gemetar ketakutan. Ia tak boleh tertangkap. Dorrr Sebuah tembakan tiba-tiba membuat wanita itu menjerit ketakutan dan spontan menundukkan kepalanya. Saat merasakan jarak antara si pengejar dan dirinya sudah dekat. Fiona kembali untuk berlari sekuat tenaga. Ia tak boleh tertangkap, ia harus pergi jauh. Gaun putih yang begitu panjang membuatnya sedikit kewalahan dan tak bisa berlari cepat. Akhirnya, wanita itu memutuskan untuk merobek gaunnya asal hingga selutut dan kembali berlari. Dorrr Sekali lagi suara tembakan terdengar, membuat wanita itu semakin ketakutan. Ia harus bersembunyi agar bisa lolos dari kejaran beberapa lelaki yang mengejarnya. Wanita itu pun berbelok dan bersembunyi pada gang yang sempit dan masuk ke tempat pembuangan sampah. “KE MANA WANITA ITU PERGI!” Pekik salah satu lelaki berbadan besar yang kini mondar-mandir tak jauh dari tempat Fiona bersembunyi. Di sisi lain, Fiona terus membekap mulutnya sendiri agar tak mengeluarkan suara apa pun yang dapat membuatnya ditemukan. “Kita tidak boleh kehilangan wanita itu. Tuan akan marah besar saat tahu kita tak bisa menangkapnya.” “Kita bagi tugas saja, kau cari ke arah barat dan kau cari ke arah selatan,” ucap salah seorang lelaki memerintahkan dua anak buahnya. Saat kedua anak buahnya pergi, si lelaki berbadan besar itu pun segera beristirahat dan duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari tempat Fiona. Jantung Fiona semakin berdetak kencang menyadari salah satu lelaki yang mengejarnya masih ada di dekatnya. Aroma bau busuk dari sampah-sampah yang ia tempati saat ini membuatnya sedikit mual. Namun, sebisa mungkin ia menahannya agar tak ketahuan. Cit cit Tiba-tiba Fiona mendengar suara tikus tak jauh darinya. Saat wanita itu berbalik ia mendapati banyak tikus yang sedang menggerogoti sampah-sampah. Hingga tak lama kemudian, tikus itu berjalan ke arahnya membuat Fiona panik. “Huss ... husss.” Fiona mencoba mengusir tikus-tikus tersebut. “Siapa di sana!” pekik si lelaki pengejar. Dengan cepat Fiona kembali membekap mulutnya agar tak bersuara. Lelaki si pengejar pun berdiri dari tempatnya dan melangkah semakin dekat ke tempat pembuangan sampah. Jantung Fiona pun semakin berdatak kencang saat itu juga, berdoa dalam hati semoga ia tak ketahuan. Sisa beberapa langkah lagi si pengejar menemukan Fiona. Namun, di detik-detik terakhir, ponsel si pengejar berbunyi. Lelaki itu segera mengangkat panggilan tersebut. “Iya, Tuan.” “Emm, kami belum menemukannya.” “Iya, Tuan. Kami pasti akan menangkapnya dan membawanya kembali.” Setelah berbicara dengan seseorang yang di sebuah sebagai Tuan. Lelaki itu segera memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Lelaki si pengejar kembali ingin mengecek tempat pembuangan sampah. Namun, lagi-lagi terhalangi saat dua anak buahnya telah kembali. “Bagaimana? Apa kalian sudah sudah menemukannya?” “Maaf, Boss. Kami tak melihatnya.” “KALIIAN BAGAIMANA SIH! MASA MENCARI SATU WANITA SAJA KALIAN TIDAK BECUS!” “Maaf kan kami, Boss. Kami benar-benar telah mencarinya ke segala tempat. Tapi, kami tak menemukannya.” Dua anak buah lelaki itu terlihat menundukkan kepalanya takut. Si lelaki pengejar yang disebut sebagai bos itu menatap ke arah pembuangan sampah sejenak. “Kita mencari ke tempat lain,” ucap lelaki tersebut pada dua anak buahnya. Lalu segera berjalan pergi meninggalkan pembuangan sampah. Setelah beberapa menit berlalu, Fiona pun segera keluar dari persembunyiannya saat merasa beberapa lelaki yang mengejarnya tadi telah pergi. “Akhirnya, mereka pergi juga,” ucap Fiona lega. Rasa takut yang ia rasakan beberapa menit yang lalu telah menghilang. Tubuhnya tak gemetar ketakutan lagi, saatnya ia mencari tempat tinggal dan mencari uang untuk meninggalkan Indonesia pikirnya. Fiona pun melangkah pelan keluar dari persembunyiannya dengan perasaan lega. Namun, saat ia berbelok arah. Ia mendapati dua lelaki pengejarnya kini ada di hadapannya. “Mau lari ke mana kau gadis kecil,” ucap si lelaki pengejar mengejek Fiona. Fiona pun segera memundurkan langkahnya saat dua lelaki itu berjalan mendekatinya. Namun, tiba-tiba Fiona memekik kaget saat merasakan punggujngnya menabrak sesuatu. Fiona pun berbalik dan tubuhnya kembali gemetar ketakutan saat sosok lelaki pengejar tersenyum menyeringai ke arahnya. “Lebih baik kau tidur sejenak gadis nakal” desis salah satu lelaki dan tak lama kemudian, membekap mulut Fiona dengan sebuah kain. Fiona mencoba memberontak, kedua tangannya segera memukuli lelaki tersebut dengan berbagai cara. Sayangnya, usaha yang ia lakukan tak membuahkan hasil dan hal itu tak berlangsung lama karena pandangannya mulai mengabur. Kain yang membekap mulutnya telah diberi obat bius. Membuat tubuhnya lambat laun melemah dan akhirnya terkulai tak berdaya. Ketiga lelaki itu pun segera mengangkat tubuh Fiona dan memasukkan ke dalam sebuah mobil dan mulai melajukan mobilnya membawa wanita tersebut pada tuannya. *** Di sebuah ruangan yang sangat mewah dan elegan. Terlihat sosok lelaki berjas hitam dan memiliki wajah rupawan dengan hidung yang mancung sedang bersantai. Lelaki itu kini menikmati segelas wine di tangannya. Memutar gelasnya beberapa kali lalu mengeguk winenya. Senyum menyeringai pun tercetak jelas di wajahnya saat membaca pesan dari anak buahnya. “Akhirnya ketemu juga,” ucap lelaki tersebut dengan wajah angkuhnya. Lelaki itu pun segera memanggil pelayannya. “Siapkan air hangat secepatnya. Karena tak lama lagi istriku akan pulang,” perintah lelaki tersebut. “Baik, Tuan Rian,” ucap sang pelayan sambil membungkuk hormat sebelum meninggalkan tuannya. Lelaki yang bernama Rian itu kembali menikmati wine di hadapannya sambil menunggu beberapa anak buahnya. Setelah tiga puluh menit menunggu, akhirnya anak buahnya pun datang. Tiga lelaki berbadan besar, masuk sambil membawa sosok wanita yang kini tak sadarkan diri. “Latakkan saja dia ke lantai,” perintah lelaki yang bernama Rian tersebut. Lelaki itu segera menurunkan Fiona dan meletakkannya begitu saja di lantai. “Kalian boleh pergi, dan ini bayaran kalian,” ucap Rian sambil melemparkan beberapa ikat uang di hadapan anak buahnya. “Terima kasih, Tuan. Kalau begitu kami permisi dulu.” Rian pun berjalan mendekati Fiona yang tak sadarkan diri di lantai. Tangan lelaki itu terulur dan menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Fiona. Lelaki itu kembali tersenyum menyeringai. “Selamat datang kembali, Tuan putri.” TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD