Rutinitas

1020 Words
Aleah pov "Kemarin kak Franda ngajar apa aja sama kamu?" Tanya Kak Frans yang sedang memainkan rambutku. "Gak ngajar apa-apa sih, dia kalo akhir-akhir ini cuma ngetes doang kak. Lagian aku juga udah pinter main musik kok, suara juga gak jelek-jelek banget katanya." Ujarku yang dibalas gumamman tak jelasnya. Saat ini kami sedang menonton film kartun terbaru yang baru ku download. "Lalu dengan Mom Willa bagaimana?" Aku mengangkat bahu acuh. "Tinggal mematangkan saja, kan sebentar lagi Ujian Nasional." Dia kembali mengangguk. "Chef Ajeng selalu kasih kamu makanan bergizi kan?" Aku mengangguk kembali. "Mama yang selalu cek. Aku sih makan aja." "Sudah diajari bahasa apa saja dengan Miss Angel?" "Lumayan banyak. Indonesia sudah pasti." Kudengar ia mendengus. "Bahasa apa saja Aleah sayang? Lisan dan tulisan kan?" "Iya Kak, aku sudah bisa. Jangan khawatir." "Russia?" "Mama mewajibkan Miss Angel mengajarkan bahasa itu setelah aku menguasai bahasa inggris." Aku memeluk lengannya erat, dan meletakkan kepalaku disana. "Kak," aku menatap wajahnya dengan tatapan memohon. "Ada apa lagi Aleah? Kalo kamu begini kakak curiga kamu ada maunya." Aku menyengir lebar. "Aku udah beli tiket konser dua." Jelasku sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengah di depan wajahnya. "Lalu?" "Konsernya dua hari lagi dan kak Franda lagi ada acara keluarga." "Sudah minta izin dengan mama dan papa?" Aku menggeleng pelan. "Pasti di beri izin kok kalo ada yang temani. Kakak mau ya?" Ku lihat ia memutar matanya malas. "Kakak rasa minggu lalu kamu nonton konser mereka juga." Tinggal bilang iya aja kok banyak protes sih orang ini. "Ya memang, terus aku mau nonton lagi." Tukasku. "Bisa kakak pastikan disetiap konser mereka kamu pasti datang, sedangkan disana mereka pasti akan menyanyikan lagu yang sama dengan kemarin-kemarin dan yang sering kamu putar." Kali ini aku yang merasa kesal. "Ya tapi kan suasananya beda. Nanti aku bakal ketemu banyak teman-temanku disana. Tinggal bilang iya terus kakak izin sama mama dan papa dan kita berangkat. Gak usah banyak protes." Dengusan nafasnya terdengar cukup kuat. Ia menyentil keningku pelan. "Adik tidak tahu diri. Memangnya uang siapa nanti yang kamu pakai disana?" Aku mengusap keningku pelan dengan tawa tak tahu diri. Ya memangnya apa lagi yang harus aku lakukan? Nyata memang ia yang aku gunakan sebagai atm berjalan. "Ayolah kak. Ya ya ya ya." Ku guncangkan lengannya pelan. "Please..." Mataku menatap memelas padanya berharap ia mau menurutiku untuk kesekian kali walau harus dengan jurus yang sama. Butuh beberapa detik untuk kak Frans tampan menghela nafas dan mengiyakan ajakanku. Yes! "Mama mau setelah konser langsung pulang." Mamaku mengusap rambutku pelan. "Siap mama." Aku memasukkan kembali senjata untuk menonton konser ke dalam tas. Dan semua siap. "Frans, jaga adikmu." "Iya ma. Itu pasti." "Kalian hati-hati ya." Mama mengecup keningku dan kening kak Frans. Kami berangkat setelah matahari tenggelam, kebetulan kali ini konser diadakan di negera sebelah jadi tidak membutuhkan waktu seharian untuk sampai kesana. Ku hitung juga kami akan sampai disana dua jam sebelum konser dimulai. "Ingat, disana jangan pecicilan. Jangan jauh-jauh dari kakak. Disana banyak orang dan bisa jadi kamu hilang atau tersesat." "Iya kak. Janji gak akan pergi kemana-mana. Jangan bawel." "Yasudah makan dulu kalo gitu." Ujarnya menunjuk kearah kotak makan yang mama berikan padaku tadi. Aku mengangguk dan mematuhi ucapannya, aku harus makan agar disana tidak kelaparan. Walau aku bawa makanan ringan tapi tetap saja tidak akan mengenyangkan. "Sudah bawa air minum kan?" "Sudah." "Baguslah." Aku melanjutkan makanku, beruntung kami menggunakan pesawat pribadi papa jadi tidak akan di kejar waktu atau lainnya. Selama aku makan bekal, ku perhatikan wajah kusut kakakku sepeti orang putus cinta. Atau mungkin tidak? Aku tidak pernah melihat orang putus cinta karena aku selalu dirumah. Aku juga belum pernah jatuh cinta. "Kenapa murung begitu? Kakak sedang ada masalah ya?" Semula ia menatap langit malam melalui jendela pesawat, kini ia menatapku dan menggedikkan bahu. "Entahlah ini disebut masalah atau bukan." Aku mengernyit tak paham. "Maksudnya?" "Kakak sedikit tidak nyaman dengan posisi ini?" Aku sama sekali tak paham sungguh. "Posisi seperti apa? Duduk?" Wajahnya yang bimbang berganti dengan wajah kesal. "Sudahlah. Anak kecil seperti dirimu tidak akan mengerti. Yang kau tahu hanya pria diatas panggung yang menyanyi dan menari." Kali ini aku yang menatapnya kesal. Berani sekali dia mengatai pria-ku! "Hei orang dewasa, jangan berkata seperti itu jika kau tidak bisa sepertinya. Berhenti menilai orang lain dan nilailah dirimu sendiri. Setiap orang punya bakatnya sendiri dan bakatnya bukanlah urusanmu jika tak suka." Ia menghela nafas menatapku malas, "Aku tidak bisa membalas jika seorang fans sejati seperti dirimu yang bicara." "Ihh kak-" " Sudah sudah, habiskan makanmu. Sebentar lagi kita sampai." Kami sampai seperti waktu yang ku perkirakan, konser hari ini sama membahagiakan seperti yang lain. Tidak ada kecelakan atau apapun yang aku harap tidak akan pernah terjadi di konser mereka kedepan. Pujaan hatiku semakin hari semakin tampan dan mempesona tentu saja. Seusai konser kami langsung kembali seperti pesan mama mengingat ini juga demi kebaikanku. Esok harinya ketika aku sudah mandi dan turun ke lantai bawah, semua pelayan sibuk membersihkan setiap sudut rumah. "Sayang, kenapa harus turun? Disini banyak debu. Mama akan bawakan makan pagimu ke kamar." Aku menggeleng pelan dan tersenyum kecil. "Tidak perlu ma, Leah akan makan dibawah saja. Apa mama sudah makan pagi?" Sang mama menggelengkan kepalanya. "Mama ingin makan pagi dengan putri mama." "Dimana papa dan kak Frans?" Tanyaku saat mama menggiringku ke ruang makan. "Mereka sudah pergi tadi pagi." Aku tersenyum malu. "Berarti Leah kesiangan dong ya." Ku dapati senyum penuh kasih sayang mama. "Tidak apa. Mama mengerti kamu kelelahan semalam. Jadi kamu ingin makan apa pagi ini?" "Apa saja, pasti Leah makan." Mamanya mengangguk. "Tapi tidak dengan s**u sapi atau dagingnya." "Oke mama." Seperti biasa, sayur lengkap empat sehat lima sempurna dengan jus pisang pagi ini menemaniku. Sulit memang jika menderita Intoleransi Laktosa atau tidak bisa meminum s**u sapi karena toleransi rendah. Saat tahu aku menderita penyakit itu, baik mama maupun papa melarangku makan s**u atau daging sapi juga sejenisnya. Jadilah aku vegetarian. "Ma, nanti malam jamuannya mulai jam berapa?" Tanyaku melihat sekeliling ruang makan besar sedang ditata. "Sekitar jam 7 malam. Makan malam kamu nanti diantar bi Sari." "Oh oke." Vote and Comment guys!! TheHalfsoul❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD