BAB 2

1165 Words
Hari ini Salsa cukup lelah karena tugas seminarnya yang harus ia segera selesaikan, setelah tadi bimbingan untuk jurnalnya Salsa berjalan menuju laboratorium mengecek keadaan seperti biasa. Langkah kaki Salsa terhenti saat seseorang memanggil namanya. "Kak, aku tadi udah dari labor katanya kita dapet jadwal sore semua. Pastinya itu aku belum tahu kak, tapi biasanya 'kan kalau jadwal sore jam 3-an. Terus kata pengurus labor penanggung jawab harus ngadep buat tanda-tangan perjanjian Kak, paling lama besok siang di ruang dosen." "Sore ya, waduh bakal sampe malam ini. Kamu sama Zara gimana siap apa gak?" "Kami siap Kak," balas Kiki memastikan keputusannya. "Yaudah Ki, kalau gitu kakak sekarang ngadep buat tanda tangan dulu. Kiki sama Zara hari ini ke Biologi 1 absen terus kasih tahu apa aja perlengkapan dan bahan yang harus di bawa besok." "Berarti kita mulai lusa ya Kak?" "Iya, lusa kita praktikum satu. Hari ini perkenalan sama kasih tau bahan. Buku panduan yang kemarin dibagiin aja, sekalian bagi kelompok jadi 8 ya." Kiki dan Zara yang mendengar arahan dari Salsa lalu mereka berpamitan pergi. Salsa langsung saja berjalan menuju ruang dosen yang berada di lantai atas. Lalu mengucapkan salam tepat setelah ia mengetuk dan mendorong pintu dari luar. "Salsa! Bisa ke sini sebentar?" langkah Salsa terhenti tepat setelah pak Dayat memintanya untuk menghampirinya. "Iya Pak," ucap Salsa langsung saja berjalan menuju meja pak Dayat. Pak Dayat langsung saja meminta Salsa untuk duduk di kursi kosong yang berada tepat dihadapannya. "Bagaimana sudah dapat jam nya?" "Sudah Pak, kita dua-duanya dapat jadwal sore Pak." "Besok lusa sudah bisa di mulai kan?" tanya pak Dayat yang masih sibuk dengan berkas-berkas di mejanya. "Sudah Pak, saya hari ini mau menghadap kepala labor yang baru untuk tanda tangan perjanjian," jelas Salsa. Pak Dayat hanya mengangguk-angguk mengerti sembari membenarkan kacamatanya. "Kepala labor yang baru ya ... Oh, Pak Fajar sepertinya sedang rapat di rektorat. Coba kamu menghadap Ibu Lis aja," jelas pak Dayat yang membuat Salsa sedikit tertegun. Namun, Salsa langsung mengangguk dan berpamitan untuk mengadap ibu Lis yang ruangannya berada di sebelah ruang dosen. Salsa berjalan keluar ruangan dosen ke ruang TU --Tata Usaha-- yang berada tepat di sebelah ruang dosen, lalu mendorongnya perlahan. "Assalammualaikum," ucap Salsa. Salsa terdiam selama beberapa detik saat ia tidak mendengar jawaban dari ucapan salamnya, padahal menjawab salam hukumnya wajib bagi seorang muslim. Saat ia melihat ke dalam ruangan sebenarnya ada beberapa dosen. 'Mungkin suaraku tadi tidak terlalu kuat sehingga mereka tidak mendengar,' batin Salsa. Salsa langsung saja berjalan ke meja ibu Lis yang berada di balik pintu kaca. Tak berbeda dari ruangan dosen, karena desain yang sama ruang ini juga memiliki ruangan lagi di dalam ruangan. Dosen yang memiliki jabatan lebih tinggi yang biasanya menempati ruangan tersebut, setidaknya itu yang Salsa tahu. Tok! Tok! Tok! Salsa mengetuk pintu kaca sebelum mendorongnya agar ia bisa masuk ke dalam ruangan. "Assalammualaikum Bu," ucap Salsa menatap bu Lis yang tengah terlihat serius menatap komputer yang ada di hadapannya. "Waalaikumsalam, ada apa ya?" tanya ibu Lis tanpa menatap sosok Salsa. "Permisi Bu, saya mau minta surat buat perjanjian penggunaan labor Bu," jawab Salsa lembut. Sekilas ibu Lis menatap Salsa dari balik kacamatanya. "Kamu itu yang sopan kalau mau bertemu dosen, duduk dulu baru bicara." Bu Lis langsung menatap Salsa sinis, ia berdiri dari duduknya lalu berjalan ke lemari yang berada tak jauh dari mejanya. "Maaf Bu," ucap Salsa lemah. Jantung Salsa berdegup kencang, meski termasuk dosen muda ibu Lis juga terkenal dengan sifatnya yang sensitif dan mencari kesalahan mahasiswanya. Kalau dulu saat Salsa ikut salah satu ekstrakulikuler bisa di bilang ada satu dari sekian banyak aturan yang meyebutkan bahwa 'senior tidak pernah salah dan jika senior salah maka kembali lagi ke peraturan pertama' maka di sini juga kebanyakan mahasiswa yang diajar bu Lis menyebut ada aturan yang tak pernah di sebutkan oleh bu Lis yaitu 'Ibu Lis tidak pernah salah, jika Ibu Lis salah kembali ke kalimat pertama' itu yang Salsa sering dengar dari teman-temannya yang sudah di ajar oleh ibu Lis. "Siapa nama penanggung jawab labor baru?" tanya Bu Lis yang memecah keheningan. Salsa berpikir sejenak, sebenarnya ia sama sekali belum pernah bertemu pengurus labor yang baru. Apalagi pengurus labor yang baru adalah dosen baru, itu saja sebenarnya yang Salsa tahu. Tak banyak informasi yang sudah ia dengar tentang pengurus labor itu. "Pak Fajar bu," jawab Salsa setengah takut jika salah. Untungnya ia tadi teringat percakapannya dengan pak Dayat. "Ini tanda tangani dulu," ujar bu Lis lalu menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Salsa. "Di baca terlebih dahulu," lanjut bu Lis. Salsa membaca setiap kata yang tertulis di surat itu secara perlahan sebelum akhirnya ia menandatangani surat perjanjian penggunaan laboratorium dan menyerahkannya kembali ke bu Lis. "Tolong setelah ini kamu temui Vivi Ananda di HMJ --Himpunan Mahasiswa Jurusan-- ya, minta dia menghadap saya sekarang, saya tunggu." "Baik bu," jawab Salsa mengangguk mengerti. "Ya sudah kamu boleh keluar," ucap bu Lis. Salsa mengangguk lalu menyalimi bu Lis sebelum ia benar-benar keluar dari ruangannya. Salsa langsung saja berjalan menuju ruangan HMJ yang berada dua lantai dari ruangan dosen, HMJ mendapat ruangan sendiri di lantai paling atas bersebelahan dengan ruang BEM dan SENAT Fakultas. Sayangnya gedung enam lantai ini tidak memiliki lift mahasiswa namun memiliki lift khusus dosen sehingga ia harus berjalan melewati anak tangga untuk sampai di setiap ruangan. "Vi," ucap Salsa tepat di tangga saat ia berpapasan dengan Vivi. Belum sampai Salsa di lantai 4 kebetulan sekali ia berpapasan dengan Vivi yang menuruni tangga. "Kenapa Sal?" tanya Vivi menatap Salsa yang terlihat lelah. "Di cari sama ibu Lis, masalah baksos. Di suruh ngadep sekarang," ucap Salsa mengampaikan pesan bu Lis. "Mampus," ucap Vivi yang terlihat kaget. "Kok bisa sama dia si Sal," tanya Vivi yang terlihat panik. "Gak tahu aku Vi," saut Salsa yang memang tak tahu apa-apa. "Ya udah makasih ya, aku ke atas dulu ambil berkas. Kamu mau ke mana habis ini?" tanya Vivi menatap Salsa. "Ngecek Biologi 1 soalnya lagi absen praktikum," jawab Salsa. . "Oke ya udah aku duluan kalau gitu, duluan ya." "Oke," jawab Salsa yang menatap kepergian Vivi, terlihat ia cukup terburu-buru melihat kepergiannya dengan sedikit berlarian menaiki tangga. Sedangkan Salsa, ia berjalan menuju laboratorium mengecek absensi praktikum hari ini. Pekerjaannya cukup banyak karena memiliki tanggung jawab yang diberikan oleh dosen padanya, untuk itu ia berusaha mengerjakannya sebaik mungkin. Pintu labor ia dorong, keadaan di dalam cukup sunyi karena memang diajarkan untuk tidak banyak berbicara namun banyak bertindak. ada banyak barang-barang mahal yang terletak di labor yang apabila ceroboh bisa menyebabkan kerusakan dan harus mengganti kerusakan tersebut. "Gimana hari ini?" "Ini lagi pengamatan di mikroskop, jadi lagi buat preparat sendiri." "Berapa kelompok?" "Seperti biasa ada 8 kelompok kecil." "Bagus, kalau begitu saya ke sebelah dulu. Ngurus peminjaman alat buat lusa," ucap Salsa lalu berjalan keluar ruang labor. Langkahnya lelah saat harus bolak balik menuju labor dan gedung pengajaran. Mahasiswa semester 5 yang ia juga awasi harus dipantau meskipun ada asisten praktikum tapi tanggung jawab akhir ada pada Salsa. Inilah, yang membuatnya meyakini jika benar kuliah tidak seindah di sinetron yang ia tonton.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD