7. Kenangan Lama Yang Keji

2062 Words
Langkah itu seolah diburu oleh sesuatu, hari di mana dia telah memiliki kebebasan kini dijadikan untuk mencari sesuatu yang harus didapat malam ini juga. Tristan memutuskan mendatangi kantor Xander, dia mendapat kabar bahwa pengantin baru itu sudah kembali dari berbulan madu. Ini adalah kesempatan Tristan menagih apa yang sudah dijanjikan. Lantai tiga puluh cukup untuk dia menambah rasa penat hari ini setelah menjaga Frada dua hari lamanya untuk tidak melakukan hal gila. Sebuah keberuntungan karena Nathan tidak tahu jika Frada berpesta alkohol di klub. Meski merahasiakan sesuatu dari Nathan sangat tidak mungkin. Ya, pria itu tahu dan tetap diam. Itu pasti. Cukup dengan berdiri sambil menunjukkan sidik jari, pintu di ruangan pribadi Xander terbuka setengah. Tristan segera masuk dan mencari Xander di area rumah pribadi, dia pun mendapati Xander tengah bersantai dengan anak dan istri barunya. "Maaf," Tristan sedikit menyesal telah merusak momen bersama pengantin baru itu. "Sudah mengganggu." Xander yang awalnya fokus pada acara di layar, dia bangun dari sofa dan menemui Tristan yang sedang berdiri di akhir anak tangga menuju ruang santai. "Hai, Bro. Kenapa di sana, huh? Ayolah, ikut bersama kami!" "Um … Ya, aku di sini saja." jawab Tristan sambil menundukkan kepala saat istri Xander menatapnya. Terlihat Xander memberi sebuah kode kepada Gisha, dia ingin sebuah ruang kebebasan saat mengobrol dengan Tristan. Kemudian wanita berwajah Asia itu segera membawa putri semata wayang Xander. "Ayo, silakan duduk!" Xander mengajak Tristan untuk bersikap santai dengan duduk di sofa bersamanya. "Aku di sini aja!" Tristan berdiri di sisi kanan Xander. Xander menatap sambil tersenyum, dia tahu betapa orang di depannya berusaha profesional menjadi salah satu penjaga utama di SKA. "Ok, kalau itu mau kamu. Aku tetep udah maksa kamu buat duduk." "Ya, itu bukan masalah. Dan … Tujuan aku ke sini bukan untuk bersantai." jawab Tristan menyertakan tanda agar Xander menepati janji untuk bercerita mengenai alasan kuat. Pertama Xander memesan satu minuman untuk Tristan, lalu dia menyalakan api pada ujung rokok. "Kau perokok?" "Enggak, terima kasih." Tristan menolak secara halus, dia semakin tidak sabar menunggu Xander mulai bercerita sesuatu. Kemudian Xander menikmati beberapa kali asap rokok yang keluar dari hidung dan mulut. Dia duduk sambil merentangkan kedua tangan, mengangkat satu kaki bertumpu pada lutut. "Kau memang pengingat yang paling baik, kawan." "Aku harus tetap menghargai diriku sendiri, agar suatu saat nanti tetap bisa memenuhi janji." janji? Tristan mengingat masa lalu saat meninggalkan pengantin yang sangat dicintai. Xander menekan bagian rokok yang dibakar ke dalam asbak, dia mengakhiri sikap santai karena sebenarnya Xander juga gugup. "SKA bakal bayar mahal jika memang kamu bisa melindungi Frada sampai hari … Yang sangat berarti buatnya." Tristan mengamati secara jeli beberapa kerutan di wajah Xander, itu menunjukkan sebuah gerakan ekspresi wajah. "Hari berarti?" "Tristan," Xander menarik napas berat. "Ada laki-laki Amerika yang melamar Frada, dia adalah kolega kami. Perusahaan itu sangat menguntungkan bagi SKA, juga sebaliknya. Kita sama-sama saling untung, tapi … Aku kurang menyetujui lamaran itu, lain sama Papi yang … Menerimanya, tanpa Frada tau." Tenggorokan Tristan seolah tercekat sesuatu, dia hanya bisa diam tanpa membalikkan pertanyaan lain. Entah, hatinya benar-benar hampa dan terluka. Tetapi, ini bukan akhir karena pernikahan belum terjadi. "Lalu beberapa bulan lalu, aku sempet denger Papi ngomong sama tangan kanannya, kalau … Pernikahan ini cuma dijadikan sebagai alat supaya SKA lebih dikenal dunia lagi, maka dari itu dia menjaga ketat Frada. Dari orang-orang yang … Sudah pernah kecewa karena lamarannya ditolak secara mentah-mentah sama Papi." jelas Xander lagi. "Tapi, tentang pria Amerika itu Papi enggak rela Frada menjadi istrinya … Laki-laki itu sangat kasar dan dia suka membunuh orang-orangnya sendiri jika memang dia telah bosan!" ungkap Xander sembari memainkan pensil digenggaman. Apa yang dilakukan Xander tengah diamati oleh Tristan, dia memahami karakter sahabatnya tersebut. Dari cara Xander gelisah, dan mulai memainkan pensil yang menjadi kebiasaan saat gugup. Tristan telah menangkap cerita singkat dari Xander, bahwa memang ada permainan bisnis di balik keberadaan Frada. Tetapi, Nathan telah masuk ke dalam lubang yang teramat sulit untuk mengembalikannya lagi ke permukaan. "Perusahaan siapa yang kamu maksud?" tanya Tristan malas berbasa-basi. Lagi, dari cara Xander menelan ludah dibaca secara jelas oleh Tristan jika ini bukan sesuatu yang main-main. Bukan berasal dari orang biasa kemudian membebani berupa ancaman. "Xander, jawab!" "Pria itu anak kedua dari … Nikolai." jawab Xander pelan. Ya, suaranya benar-benar mengandung sesuatu yang menakutkan baginya. Tristan tertegun, dia mengamati lagi wajah Xander. Berharap ada sesuatu yang dia lewatkan, dan Tristan salah mendengar semua ini. "Keluarga dari SLEKS?" Xander menarik napas lagi, kali ini lebih dalam. "Ya, dari SLEKS Corp." Tristan tertawa kecil, kepalanya benar-benar ingin panas dan ingin memuntahkan semua isinya. "Apa? Wow, keluarga SLEKS. Kamu … Benar-benar gila, Xander! Kenapa kamu … Sialan!" Mata Tristan terasa benar-benar ingin meleleh ketika mendengar fakta itu, dia pun pergi meninggalkan ruangan Xander. Dia melangkah cepat ingin segera meninggalkan tempat itu, dan semua yang ada di dalamnya. Benar-benar rasanya tidak sudi untuk mendekat, ada perasaan sesal kembali ke dalam perusahaan Ivanska. Namun, tunggu. Tristan menghentikan langkahnya saat berada di area resepsionis, dia melihat Frada berjalan dari arah lobi menuju lift. Gadis itu juga sempat melihatnya. Tetapi, Frada tidak mempedulikan. Tristan langsung merasa hancur kembali. Bukan mengenai sikap itu, dia telah kecewa dengan semua penjelasan Xander hari ini. Kemudian Tristan memutuskan untuk pergi dari SKA dan kembali ke ruanh untuk menemui Fredi. [...] Teriakan itu selalu mengundang kesenangan tersendiri bagi Tristan saat berada di rumah, ketika bermain sesuatu pasti Fredi akan bernyanyi atau pun mengeluarkan tingkah lucu dan aneh. Tristan pun akan menghabiskan waktu sepanjang hari selama cuti bersama Fredi. Namun, setelah bermain basket dia mendadak kehilangan momen ini karena enggan melanjutkan. "Ibumu akan menemanimu." Dari arah kursi terbuat dari pohon yang ditebang, Feodora melihat ada hal lain pada Tristan. Ada apa? Dia pun segera mengabaikan karena Fredi telah menunggu. "Baiklah sayang, tunggu Mommy!" "Yeah," Fredi kembali merasa senang. "Mommy akan kalah!" Rasa yakin yang diberikan Fredi membuat Tristan sempat terhibur. Namun, dia teringat lagi masalah Fradw dan pria Amerika tersebut. Kemudian Tristan kembali diingatkan oleh pengalaman Anna yang melihat pria asing berwajah khas Amerika sedang mengamati rumah Frada. "Haruskah aku berurusan sama keluarga SLEKS lagi? Ya Tuhan … Ini benar-benar membuatku ingin menjauhi dunia." gumam Tristan sambil meremas-remas rambutnya. Semua itu diperhatikan oleh Feodora secara jelas, dia juga tidak fokus ketika menemani Fredi bermain basket. Tentunya Feodora kalah, hal itu membuat Fredi berteriak sangat kencang, menari ke sana kemari berhasil mengalahkan lawannya. Suara yang melengking di telinga, membuat Tristan fokus ke lain arah saat Fredi terlalu dekat dengan sebuah jebakan yang ada di pohon. Dia cepat-cepat menghampiri Fredi, kemudian menarik tangan anaknya. "Ingat, apa yang aku katakan padamu! Jangan pernah lalai!" Fredi mengerjap cepat ketika melihat anak panah telah melayang ke arah lain. "Maaf, Dad. Aku … Aku lupa." Hal yang sama dirasakan Feodora, dia merasa lega ketika ujung runcing panah itu hanya mengenai pohon kecil. "Ini salahku, aku …," "Sudah, lupakan! Ini sudah hampir malam, Fredi cepat mandi!" pinta Tristan mengambil bola basket lalu menaruhnya di keranjang khusus menyimpan bola. "Maafkan aku, Daddy." ucap Fredi masih merasa bersalah. "Sama sekali tidak salah, Nak. Kau jangan sedih, lain kali hati-hati!" saran Tristan memeluk Fredi. "Pasti, Dad." Fredi pun menatap sayu, benar-benar berharap agar Tristan tidak marah padanya. Bukan emosi yang pantas menghadapi kesalahan, Tristan hanya menanggap semua hasil dari karena dia juga telah lalai dalam menjaga anaknya. Melihat Fredi berlari ke rumah, Tristan mematung menatap semua jebakan yang telah dibuat. Semua demi keamanan Fredi. Tetapi, nyatanya juga bisa menjadi malapetaka bagi salah satu penghuni rumah. Cepat-cepat Tristan mengambil parang di dapur, dia mematahkan beberapa tali yang mengikat anak busur panah, kemudian mencabut beberapa paku yang ditaruh di tanah dekat pintu masuk, Tristan juga merusak sebuah senapan otomatis dan siap menembak kapan pun ketika sensor itu menangkap sesuatu. Perilaku Tristan bukan hanya demikian, dia mengangkat senjata laras panjang dan mengarahkan ke sebuah mainan yang telah diisi oleh senjata kimia. Namun, Feodora segera menghalangi. "Minggir!" "Ada apa?" Feodora merenggut senjata itu dari Tristan. Napas Tristan terasa sesak, bahkan untuk mengembuskannya saja benar-benar sulit. "Aku rasa aku … Akan melukai Fredi, jika tetap memasang banyak jebakan. Ini negara damai, kita lepas saja semua jebakannya!" Feodora tahu apa yang terlihat, dia memukul d**a bidang Tristan. "Hei, Kapten. Ada wanita yang membuatmu patah hati ya? Kau ini, lemah sekali!" "Apa?" Tristan mendengar dengan baik, hanya dia menganggap Feodora sok tahu. "Hm …," Feodora berjalan mundur sambil mengamati wajah Tristan. "Aku tahu, kau … Gagal menabur benih cintamu 'kan? Tenang kawan, ini masih kurang dari dua minggu. Yang benar saja?" Tristan mendengus. "Apa-apaan kau Feodora, siapa yang …," "Sudahlah, kau fokus saja dalam menjaga si cantik itu. Lama-lama kalian akan dekat kembali, dan … Saat itulah kau bisa menggunakan kesempatan itu." goda Feodora lagi. "Terlalu sulit, Feodora. Aku pikir ini semua hanya tentang … Nathan ingin menunjukkan keberhasilannya mengembangkan bisnis SKA, anak-anaknya yang berbakat. Tapi … Aku salah." Tristan terlanjur masuk ke dalam lubang yang mengikat dirinya dengan salah satu perusahaan asing. Mendadak Feodora berhenti menggoda Tristan, dia pun menjadi tegang. "Apa maksudmu … Kau salah?" Lama, Tristan hanya berdiri menatap ke arah lain. Entah dia akan menceritakan semua ini, atau memendam semua dampak dia telah menandatangani kontrak kerja di SKA. "Tristan, aku bertanya padamu!" "SLEKS," Tristan tertunduk lemas. "Frada akan menikah dengan … Miguel." ucap Tristan kembali merasakan panas di kepala. Feodora menjatuhkan senjata laras panjang di genggaman. Kemudian dia langsung meraih dan mencengkram kerah baju Tristan. "Apa? Kau tidak sedang bercanda 'kan? Aku akan membunuhmu jika benar." "Tidak ada waktu untuk bercanda, Feodora." ucap Tristan lirih. "Apa Ayah Frada tahu mengenai ini? Tentang … Siapa kau?" "Tidak, Nathan tidak pernah tahu nama belakangku. Aku sudah lama menghilangkan nama Alekseenko dari semua identitas baru ini. Dia hanya tahu Tristan Maureen sejak aku bekerja dengannya." jawab Tristan frustasi. Perlahan Tristan melepas tangan Feodora dari tubuhnya, dia menatap ke arah jendela kamar Fredi. Benar-benar sesuatu yang sangat membingungkan. Tristan marah pada dirinya sendiri. "Jika aku mengakhiri kontrak ini secara sepihak, Fredi tetap aman." Feodora masih mendengarkan secara seksama, dia bahkan kurang yakin akan kenyataan yang sebenarnya. Namun, tentu Tristan tidak akan membuat lelucon sebesar ini. "Ya, dan kau akan membiarkan Frada sengsara dengan Adikmu itu." "Apa maksudmu, Feodora?" tanya Tristan mengeratkan rahang dan mengepalkan tangan. "Akhiri kontrak, atau kau tetap maju! Itu pilihan," Feodora mengunci kedua sisi wajah Tristan dengan tangan, dan mendekatkan tatapan mereka. "Sampai kapan kau akan bersembunyi, Tristan? Kau adalah pewaris tahta mereka, kau …," Tristan melepas kasar tangan Feodora. "Aku tidak butuh semua itu, Feodora!" Senjata yang terbengkalai di tanah, kini Tristan ambil dan menyerang sebuah senjata kimia dan tombol itu seketika mati, tanda bahwa senjata itu tidak lagi berfungsi. Tristan menatap lagi mainan Fredi yang hancur, dia membanting senapan itu ke sembarang arah. Kedua mata Tristan berkaca-kaca. "Aku sudah berhasil menyembunyikan Ibuku dari mereka, sekarang … Aku …," Benar-benar jalan untuk melangkah terhalang oleh sesuatu yang besar. Antara Tristan harus mengkhawatirkan Fredi yang pasti akan terlibat, juga teringat bahwa Frada akan jatuh ke tangan Adiknya. Bukan tentang rasa cemburu, semua karena Tristan tahu jika Ayah dan seluruh anggota keluarga SLEKS adalah penjahat tak tersentuh oleh hukum di dunia ini. Mereka menjalani bisnis ilegal dan berpotensial menghancurkan siapa pun demi mengembangkan nama besar perusahaan. Begitu juga Nathan, pria itu tengah bermain dengan sesuatu paling berbahaya. "Jika aku pergi, kau dan Fredi akan tetap aman." "Dan kau tetap akan membiarkan gadismu itu benar-benar menderita, Tristan? Dari apa yang kau lakukan, dan … Ini juga murni atas apa tindakanmu," Feodora meninju lengan Tristan pelan. "Kau pergi, maka masa lalu terulang lagi dan Frada … Benar-benar hancur." Tristan tertegun menatap arah di depannya, dia memejamkan mata dan mengusik lagi rambutnya dengan terus meremas-remas. Sialan. Batin Tristan menyesali apa yang telah diperbuat tiga Tahun lalu, padahal bisa saja dia membawa Frada jauh dari Rusia atau ke mana pun agar tidak bertemu Nathan. "Aku siap membantumu, kawan! Kita atur semua strategi," Feodora harus bisa membuat pikiran Tristan kembali bangkit. "Yang terpenting, kau jaga Frada sebaik mungkin dan menggagalkan pernikahan Miguel!" "Katakan pada dirimu, bahwa kau masih dan akan tetap mencintai Frada! Hanya itu kekuatanmu saat ini!" imbuh Feodora menepuk-nepuk pundak Tristan. Tristan menarik napas, mengembuskannya secara pelan semata untuk mengubah cara berpikir untuk menghadapi Nathan kedua kali. Dia tidak akan terkecoh lagi, dan Tristan hanya mendorong dirinya untuk terus memperjuangkan hidupnya bersama Frada. "Aku kembali ke Jakarta melam ini juga, kau jaga Fredi!" Tristan segera pergi meninggalkan halaman, dia bergegas ke kamar untuk berbenah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD