14. Ahmad Menghilang

1763 Words
Tarno dan Mijo terus berusaha menasihati Ahmad. Dari beberapa kejadian buruk yang sudah dialami Ahmad, membuat Tarno dan Mijo merasakan rasa kecemasan. Ditambah hari ini Ahmad kembali menjumpai menyangga. Warga sudah sangat yakin dengan kemunculan menyangga ini. Warga meyakini kalau menyangga ini sebagai tanda akan ada korban di sungai. Namun alasan Tarno dan Mijo tak bisa mengubah keputusan Ahmad. Ahmad tak percaya, meski beberapa kejadian aneh sudah dia temui. Bagi Ahmad, semua kejadian buruk yang sudah dia alami beberapa hari ini karena kehendak Illahi. Bukan karena pertanda buruk. Apalagi sebagai tanda akan jatuhnya korban. Ahmad akan tetap pada keputusannya. Ahmad akan kembali gabung dengan rekan-rekannya untuk mencari kerang. Bagi Ahmad, kalau dia tak mencari rezeki dari sungai bagaimana Ahmad bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. “Mas, kita cuma bisa pesen sama kamu! Kamu kudu hati-hati, jaga diri baik-baik saat di sungai! Kamu ngerti kan, nek lagi cari kerang pada sibuk sendiri-sendiri?” Ucap Tarno menasihati Ahmad. “Iya Kang, saya paham! Saya akan terus hati-hati. Suwun ya Kang, karena saya sudah diizinkan kembali gabung.” Ahmad sembari menyesap kopi hitam di tetes terakhir. “Mas, kamu itu orang paling susah dibilangi! Selama ini, pendatang dari kota pada nurut. Kamu saja yang bandel! Kadang aku itu heran karo kowe Mas! Kok ada ya orang sekeras kepala kamu!” Mijo berucap sembari senyum kesal. “Iya maafkan saya Kang? Saya orangnya kalau sudah punya pendirian itu tegas. Kalau saya bilang iya ya iya. Kalau gak ya berarti gak!” Ahmad membalas senyum Mijo. “Gak usah minta maaf! Ini sudah menjadi pilihan kamu Mas! Meskipun aku melarang juga bisa apa!” Mijo hanya bisa pasrah. Tak terasa waktu sudah larut. Ahmad teringat pesan istrinya. Ahmad tak boleh pulang terlalu malam. Ahmad tak ingin membuat Sari semakin kesal. Ahmad pun berpamitan pada Tarno dan juga istrinya. *** Malam sudah larut. Kedua mata Ahmad belum bisa terpejam. Ahmad sudah berusaha menutup kedua matanya, namun selalu gagal. Ahmad juga sudah mengubah posisi tidurnya. Dari menghadap ke kiri, kanan, telentang hingga tengkurap. Tetap saja tak membuat Ahmad bisa terpejam. Ahmad masih teringat ucapan Tarno dan Mijo pasal beberapa hal buruk yang sudah Ahmad alami. Hal buruk selama beberapa hari Ahmad mencari rezeki di sungai. Bayangan tentang buaya putih serta ikan berkepala manusia itu terus melintas di pandangannya. Ahmad hanyalah manusia normal. Meski dia hanya takut pada Tuhan, dia tak bisa menyembunyikan rasa ketakutan serta kecemasannya. Di balik keberaniannya, ada rasa cemas yang mengikutinya. Ahmad tak ingin rasa kecemasannya mengalahkan tekadnya untuk mencari nafkah halal. Ahmad juga sudah bertekad untuk membuktikan tentang pandangan warga yang keliru tentang peraturan larangan penghuni baru. Larangan bagi pendatang yang bukan asli warga kampungnya. Menurut Ahmad, siapa saja berhak untuk mencari penghidupan di sungai. Tidak hanya warga asli, penghuni baru seperti Ahmad pun punya hak yang sama. Rasa gelisah yang terus menyelimuti hati Ahmad, membuat Ahmad memilih bangun dari tempat tidur. Ahmad ingin menunaikan shalat malam. Ahmad menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Usai menunaikan shalat malam, Ahmad memilih membaca ayat suci Alquran. Saat ini, hanya mengadu pada Tuhan yang Ahmad bisa lakukan. Hanya Tuhan yang bisa melindunginya dari segala mara bahaya yang bisa kapan saja mengancamnya. Ahmad serahkan segalanya pada Pencipta. Karena hanya Dia yang bisa mengatur apa pun yang terjadi dalam dunia ini. Apa pun bisa terjadi atas kehendak Nya. Ahmad serahkan hidupnya pada Tuhan. Ahmad pasrahkan segalanya pada Tuhan. Saat ini, Ahmad hanya bisa berdoa memohon segala perlindungan Nya. Ahmad berusaha terus meningkatkan keimanan dan ketakwaannya di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Ahmad kembali ke tempat tidur. Perasaan lega dan tenang usai mengadukan segala pikirannya pada Tuhan membuat Ahmad tak lagi dirundung kecemasan. Ahmad berharap kali ini dia sudah bisa memejamkan matanya dengan rapat. “Bapak sedang ada masalah?” Tanya Sari yang terbangun karena mendengar lantunan merdu Ahmad. “Ibu! Ibu kok bangun? Bapak berisik ya?” Ahmad sedikit terlonjak dengan suara Sari. Saat Ahmad bangun tadi, Sari terlihat tidur lelap. “Gak Pak, tadi dengar suara Bapak ngaji! Bapak belum jawab pertanyaan Ibu tadi!” Sari kembali dengan pertanyaan pertama. “Bu, setiap orang pasti punya masalah. Bapak hanya ingin Tuhan terus melindungi Bapak saat mencari rezeki di sungai. Karena yang Bapak lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan rezeki yang halal. Semoga Tuhan selalu melindungi Bapak. Dan Ibu, Ibu ndak usah cemas lagi karena Tuhan selalu melindungi umat Nya yang selalu berada di jalan yang benar!” Ahmad menjelaskan pada istrinya. Ahmad ingin istrinya mengerti dan paham. Ahmad ingin istrinya kembali mengizinkannya ke sungai. Karena izin istri adalah pintu rezeki suami. Ahmad berharap Sari tak lagi menyimpan rasa cemas. Ahmad hanya butuh doa dari Sari. “Iya Pak, Ibu tahu. Ibu mungkin terlalu berlebihan. Ibu lupa, kalau ada Tuhan yang selalu melindungi umat Nya. Baiklah, Ibu akan izinkan Bapak kembali mencari nafkah di sungai! Tapi Bapak harus janji, Bapak akan terus jaga diri dan hati-hati demi Ibu dan juga Ifah!” Sari pun akhirnya mengizinkan Ahmad kembali ke sungai. “Gak papa Bu. Makasih ya Bu. Bapak janji, Bapak akan terus menjaga diri demi Ibu dan juga Ifah. Demi keinginan Bapak untuk bisa mengubah pandangan warga yang keliru! Keinginan Bapak untuk terus mengajarkan agama pada anak-anak!” Ahmad tersenyum lega. Ahmad bersyukur akhirnya Sari kembali mengizinkan. Pikiran Ahmad pun lega. Semangat baru untuk mencari rezeki kembali berkobar. Rasa cemas dan gelisah telah musnah seiring izin istri solehah. Ahmad dan Sari pun saling berpelukan. Semoga apa yang diinginkan Ahmad bisa terkabul. Semoga dengan izinnya Ahmad akan terus dilindungi dalam mengais rezeki. Semoga pelukan ini, akan terus menemani kehangatan keluarga kecil mereka. “Sekarang kita tidur Bu, sudah malam! Besok kan mesti bangun pagi, nanti kesiangan!” Ucap Ahmad sembari melepas pelukannya. “Iya Pak.” Sari kembali merebahkan tubuhnya di kasur. Sepasang suami istri itu akhirnya bisa terlelap tidur. Malam yang gelap akhirnya bisa mereka lewati dengan cepat. Hingga menyambut pagi yang cerah itu tiba. *** Pagi yang cerah akhirnya tiba. Sari sudah menyiapkan bekal untuk Ahmad. Sarapan pagi juga sudah terhidang di meja makan. Pagi ini, Ahmad sarapan pagi bersama keluarganya. Keluarga yang memberi semangat Ahmad untuk terus berjuang demi rezeki yang halal. “Bapak berangkat dulu ya Bu?” Ahmad berpamitan pada Sari. Tak lupa Ahmad berpamitan pada putri kecilnya, Ifah. “Ya Pak, hati-hati!” Jawab Sari berpesan. Ahmad mengucap salam pada Sari dan Ifah. Begitu juga dengan Sari dan Ifah yang membalas salam Ahmad disertai dengan senyuman. Senyuman dari kedua orang yang dicintai Ahmad. Senyuman dua orang yang selalu dirindukan Ahmad. Ahmad sudah tiba di sungai. Banyak warga yang memperhatikan Ahmad. Warga sangat heran dengan Ahmad yang terus saja ke sungai. Padahal larangan itu sudah jelas ada. Sebagian warga juga tahu, Ahmad sudah mengalami beberapa hal buruk. Tapi aneh, kenapa Ahmad tak berhenti dari pekerjaan sungai. “Owalah Mas, kamu ndak kapok apa? Kemarin kamu sakit itu karena kamu itu ngeyel! Sudah jelas ada aturannya, kamu masih saja ke sungai!” Ucap warga heran dengan Ahmad. “Iya bener Kang! Mas Ahmad ini memang susah dibilangi! Biarkan saja, kalau ada apa-apa!” Warga lain menimpali. “Harusnya dia bersyukur karena masih selamat! Hanya diberi sakit! Eh masih cari bahaya lagi!” Warga pertama kembali berucap. “Maaf, kita ndak usah ikut campur! Yang penting kita sudah kasih tahu Mas Ahmad. Kalau Mas Ahmad ingin tetap ke sungai ya monggo! Terserah saja! Sudah kita ndak usah menyalahkan terus!” Ucap Tarno menimpali ucapan warga yang terus memojokkan Ahmad. “Iya benar kata Kang Tarno, sudah lah itu urusan Ahmad!” Warga lain ikut menimpali. Beberapa warga pun mulai turun ke sungai. Menaiki perahu masing-masing dengan rombongan sendiri-sendiri. “Wis Mas, ndak usah dipikirkan omongan warga! Sing penting kamu niatnya cari rezeki buat keluarga! Tetap hati-hati di sungai! Kalau ada apa-apa kamu panggil kita-kita saja!” Ucap Tarno sembari menepuk punggung Ahmad. Ahmad hanya terdiam. Dia tak ingin membalas ucapan-ucapan warga yang tidak mengenakan tadi. Ahmad tahu, ucapan-ucapan warga tadi karena mereka peduli dengan Ahmad. Ahmad, Tarno, dan kedua rekannya tiba di tengah sungai. Tarno mematok perahunya di tengah dengan sekuat tenaga agar tak terbawa arus. Seperti biasa Tarno dan kedua rekannya selalu berpesan pada Ahmad agar tak jauh dari perahu. Ahmad pun hanya bisa menurut mengiyakan. Ahmad masih berputar di sekitar perahu. Beberapa rekannya juga masih melihat keberadaan Ahmad. Mereka lega karena Ahmad menurut dengan pesan mereka. Suara azan Dzuhur berkumandang beberapa menit yang lalu. Ahmad pun beristirahat dengan ketiga rekannya di atas perahu. Ahmad menghabiskan bekal yang dibawakan Sari. Seperti biasa, Ahmad tak lupa menyeduh segelas kopi hitam kesukaannya. Selesai makan, ketiga rekan Ahmad kembali disibukkan dengan pencarian kerang masing-masing. Ahmad sendiri masih berada di atas perahu. Ahmad ingin menunaikan kewajibannya dulu. Ahmad membuka ember tempat membawa perlengkapannya. Ahmad membuka hingga ke dasar ember, namun dia tak menemukannya. Ahmad bingung, sementara baju dia basah. Tak mungkin dia bisa shalat. Ahmad ingin menepi. Namun keadaan sungai hari itu cukup deras. Ahmad ingin membawa perahu, tapi ketiga temannya sudah tak kelihatan. Ahmad pun nekat untuk menyeberangi sungai dengan berenang. Ahmad ingin menuju ke daratan melawan arus yang cukup deras. Beberapa jam sudah berlalu. Ahmad belum kembali ke perahu. Ketiga rekannya pun tak melihat keberadaan Ahmad lagi. Sejak istirahat makan tadi, Ahmad sudah tak tampak. Ketiga rekannya kebingungan. Mereka berteriak memanggil Ahmad. Berharap Ahmad bisa mendengar panggilan mereka. Cukup lama mereka terus mencari, tapi tak ketemu juga dengan Ahmad. Hasil kerang Ahmad masih berada di atas perahu. Ember tempat bekalnya juga masih berada dalam posisi yang sama. Terus Ahmad ke mana? Pikiran Tarno sudah tak tenang. Mijo dan salah satu rekannya juga tak kalah panik. Beberapa kali mereka mencari di sekitar perahu. Namun hasilnya tetap nihil. Mereka tak menemukan apa pun yang bisa dijadikan petunjuk keberadaan Ahmad. Hampir satu jam mereka berkeliling mencari Ahmad. Namun tak ada petunjuk apa pun yang mereka dapatkan. Mereka pun akhirnya menepikan perahu mereka ke daratan. Mereka ingin meminta bantuan warga untuk mencari keberadaan Ahmad. Mereka berharap Ahmad bisa cepat ditemukan dalam kondisi selamat. Warga yang masih sibuk mencari kerang, membuat pencarian Ahmad terhambat. Kurangnya tenaga pencarian sepertinya sangat sulit untuk menemukan Ahmad di tengah luasnya sungai. Namun warga tak patah semangat, mereka terus berusaha mencari keberadaan Ahmad yang belum jelas keadaannya. Hanya satu keinginan warga, bisa menemukan Ahmad dalam kondisi apa pun. Entah itu selamat ataupun sebaliknya. Situasi sungai mulai ramai, warga mulai berdatangan mendengar kabar hilangnya Ahmad. Warga pun semakin percaya, kejadian ini terjadi karena kenekatan Ahmad. Namun dari banyaknya warga yang datang ke sungai. Sari belum kelihatan di sana. Begitu juga dengan orang tua Sari. Bagaimana perasaan mereka saat mendengar berita ini? Semoga Sari dan keluarga bisa sabar menerima cobaan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD