When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Menikah, dengan siapa? Pertanyaan itu terus berputar di kepala Alora selama berhari-hari sejak kembali dari Semarang. Regan sendiri tidak menjelaskan apapun setelah itu. Entah hanya candaan semata, atau itu sekadar gertakan agar Kakek Joe mau pulang ke Jakarta. Yang jelas, sejak saat itu, Regan benar-benar hilang bak ditelan bumi. Jangankan menelpon, membalas pesan pun tidak. Tapi anehnya, setiap hari selalu ada kurir yang mengantarkan makanan untuknya, lengkap dengan kata-kata manis. Seperti hari ini. "Makan yang banyak, jangan sampai sakit. Saya gak rela kalau kamu sampai sakit." Bukan sesuatu yang bisa dibilang romantis, tapi cukup untuk membuat Alora makin bingung. Apalagi setelah menerima makanan dan pesan perhatian seperti itu, dia tetap tidak bisa menghubungi Regan. “Argh! Ada

