Tari tampak gugup, wajahnya bersemu merah. Ia merasa salah tingkah. Digigitnya bibir mungil itu dalam+dalam sampai tak terasa aroma anyir melebur di sana. "Aw," Tari memekik pelan saat rasa sakit itu mulai terasa. "Kenapa?" tanya Rigi peduli, sikap Rigi yang seperti ini berhasil membuat Tari meleleh. Sangat berbeda dengan Rigi yang menyebalkan. Tari menggeleng pelan. Dicecapnya bibir yang terasa asin itu, lalu ia bertanya makusud dari ucapan Rigi. "M--maksud Mas Rigi apa? Aku gak ngerti." Tari membuang muka ke arah lain. Ia tidak berani menatap Rigi yang memandangnya intens. "Jangan pura-pura polos. Kamu tau kok apa yang saya maksud. Kalau memang gak mau jawab, , sudah, lupakan saja." Tari merasa canggung. Ia semakin tak enak dengan calon suaminya. Lagian, Rigi juga aneh, kadang manis,

