Selina mematung, sejenak ia tersentuh oleh kata-kata bijak Zeva. Zeva menghela nafasnya panjang karena tak kunjung mendapat balasan jawaban dari Selina. "Tidurlah, besok kita sudah mulai bekerja," ucapnya sebelum meninggalkan Selina. Suasana kamar yang tadinya terasa mencekam kini kembali hening. Selina menjatuhkan tubuhnya ke lantai " Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi," gumam Selina sambil menutup wajahnya dengan tangan. Saat matanya tertutup, Selina malah teringat dengan hal yang baru terjadi. Rasanya malah terasa lebih jelas, sentuhan tangan Zeva pada punggungnya yang tak dibalut sehelai benang pun karena pria itu memeluknya dengan erat. "Tidak!" teriaknya. Rasa kesal bercampur rasa malu yang tak tertahan. Zeva dapat melihat jelas seluruh tubuhnya dari ujung kepala sampai u

