Ide Andra

1590 Words

Setelah punggung ramping Caca menghilang di balik dinding, Andra pun mulai beranjak dari duduknya. Lelaki itu tampak mulai mengayunkan langkah kakinya untuk menuju ke ruang piket sahabatnya kembali. Ada sesuatu hal penting yang sebenarnya ingin dia bicarakan kepada Erlan secara pribadi. Tak memerlukan waktu lama, kemudian ia pun sudah terlihat berdiri di depan pintu yang terlihat tertutup rapat. Untuk sejenak ia menghirup oksigen sebanyak mungkin karena merasa pasokan udara yang ada di paru-parunya mulai menipis. “Huh …,” Andra pun membuang napasnya dengan kasar. Detik kemudian ia pun mulai mengambil ponselnya yang ada di dalam kantong celananya bagian depan. Setelah mencari kontak Erlan, ia pun langsung melakukan panggilan. “Gue di depan ruangan lo,” ucap Andra tanpa berbasa-basi.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD