Episode 3

2231 Words
Mereka kembali ke dalam kamar mereka dan tanpa di sangka-sangka Revan langsung memeluk Raisha dari belakang dan mengecup pundak istrinya. “Apa ini tanda kamu menginginkan sesuatu?” tanya Raisha dengan kekehannya. “Kamu sudah tau,” seru Revan yang malah mengubur wajahnya di cekukan leher Raisha. Raisha terkekeh dan merasa kegelian dengan apa yang di lakukan Revan kepadanya. “Van,” kekehnya. Revan membalikkan badan Raisha hingga kini mereka berdua saling berhadapan dan saling menatap satu sama lain. Raisha tersenyum manis dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Revan. Revan merengkuh pinggul Raisha dan sedikit meremasnya. “Bolehkah?” tanya Revan. “Apa?” seru Raisha pura-pura tak paham tetapi bibirnya bergetar ingin tersenyum. “Kamu sudah sangat memahaminya. So, kediamanmu aku anggap setuju,” seru Revan. “Bukankah aku sudah menjadi milikmu seutuhnya,” ucap Raisha. Dan tanpa menunggu lama lagi, Revan membawa Raisha jatuh ke atas ranjang king size tanpa menindih tubuhnya. Van merapihkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Raisha. Ia memberikan kecupan pada kening, hidung kemudian bibir Raisha. Setelahnya ia kembali mengangkat kepalanya dan tatapan mereka kembali terkunci satu sama lain. Van tersenyum penuh kharisma dan ketampanan di bawah sinar lampu kamar. Revan menundukkan kepalanya dan menenggelamkan wajahnya di cekukan leher Raisha. Raisha hanya mampu memejamkan matanya dan meremas rambut suaminya saat sensasi aneh yang baru ia rasakan menyerang dirinya. Rasa asing yang menggelikan dan mendambakan. Tangan Revan pun tak tinggal diam, tangannya membelai kepala, pipi dan leher Raisha bagian lainnya dan terus turun ke bagian lainnya. “Van...” “Sebut namaku terus,” gumam Revan Revan semakin turun mencumbu Raisha dan tangannya bergerak cepat melepaskan pakaian tidur yang di gunakan Raisha. Revan pun mulai melancarkan aksinya, ia memberikan pelayanan yang sangat indah dan tak terlupakan pada malam pertama mereka untuk Raisha. Ia ingin Raisha selalu mengingat dan mengenang hal indah ini. Ia ingin memberi kesan yang sangat romantis, lembut dan sangat di nikmati oleh istrinya itu. Malam pertama yang berkesan.... ♥ Revan dan Raisha sudah kembali bekerja seperti biasanya di rumah sakit. Mereka melakukan aktivitas seperti biasanya. Dan Revan juga membuka klinik praktek sendiri di daerah dekat komplek rumahnya. Jadi dia tidak selalu full berada di rumah sakit. “Selamat siang Dokter suami,” sapa Raisha memasuki ruangan milik Revan. “Selamat siang Sayangku,” jawab Revan tersenyum manis menyambut kedatangan istrinya itu. “Masih sibuk?” tanya Raisha berjalan ke belakang Revan dan memijit kedua pundak suaminya itu. “Lumayan, kamu sudah lapar?” tanya Revan. “Hmm lumayan, apa kita pesan gofood saja?” tanya Raisha. “Aku bisa menundanya, ayo kita pergi makan keluar,” seru Revan menutup laptopnya membuat Raisha tersenyum senang. Merekapun berjalan bersama saling berpegangan tangan keluar ruangan melewati lorong rumah sakit, membuat orang-orang yang melihatnya merasa iri dan kagum dengan kemesraan pengantin baru itu. “Mau makan apa?” tanya Revan. “Aku ingin makan bebek goreng,” seru Raisha dengan nada manja. “Siap.” ♥ Sore itu Revan yang merupakan Dokter spesialis toraks dan kardiovaskular hendak melakukan operasi pada salah satu pasiennya. Sebelum masuk ke dalam ruang operasi, ia mengeluarkan handphone nya dan mengetik sesuatu di sana. My Wife ♥ Kamu pulang terlebih dulu saja ke aEpisode ement, aku ada operasi dan mungkin akan pulang larut malam. Hati-hati di jalan, dan beristirahat saja jangan menungguku. See you Sayang... :* Setelahnya Revan memasukkan handphone ke dalam saku jas dokternya yang menggantung di depannya. Kemudian ia berjalan keluar ruang ganti menuju ruang operasi. Sebelum masuk ke dalam ruang operasi dimana pasien sudah siap begitu juga dengan team operasinya. Revan mencuci bersih kedua tangannya di wastafel yang berada di luar ruang operasi. Kemudian berjalan masuk ke dalam ruang operasi yang pintunya otomatis terbuka. Beberapa suster memasangkan jas steril di tubuh Revan kemudian memasangkan sarung tangan steril di kedua tangannya. “Bagaimana?” tanya Revan setelah berdiri di sisi brankar pasien. “Semuanya sudah siap, pasien juga sudah di suntik anestesi,” seru Dokter Anestesi bernama Dokter Wanda. “Baiklah, mari kita mulai operasi,” seri Revan. “Bismillahirohmanirohim...” Revanpun mulai membedah pasien dan melakukan operasi pencangkokan jantung pada pasien pria di depannya itu. --- Setelah usai melakukan operasi, Revan berpapasan dengan seseorang. “Duh penganti baru nih,” goda pria tampan itu. “Ck, apa sih lu. Tapi gue kasih tau yah, enak lho setelah nikah,” seru Revan dengan senyuman lebarnya. “Ck, pamer.” Pria berjas dokter itu berjalan lebih dulu mengabaikan Revan. “Gue serius kali, Co. Makanya lu tuh cepetan nikahin si Fira,” seru Revan berjalan di samping pria tampan itu. “Ck, lu pikir nikahin anak orang tuh gampang. Gue harus nyiapin segalanya, apalagi nyokapnya belum kasih lampu hijau,” keluh pria itu. Dia adalah Dokter Rico, Dokter umum di rumah sakit itu. Ia sering bertugas di UGD rumah sakit. Rico adalah salah satu sahabat Revan saat sekolah. Revan memiliki sahabat dari sejak mereka duduk di bangku SMA. Rico, Revan, Abimanyu, dan Jovan. Di antara mereka berempat, hanya Rico dan Revan yang menjadi Dokter, sedangkan Abimanyu menjadi CEO di perusahaan keluarganya dan Jovan bekerja sebagai penyanyi terkenal di Indonesia. Mereka sering sekali kumpul bersama, dan membuka usaha bersama. Saat kuliah, mereka menciptakan sebuah game yang kini menjadi populer di kalangan masyarakat dengan Revan sebagai CEO perusahaan game yang mereka dirikan. Mereka berempat memang gila bermain game dari sejak SMA. Sampai mereka menciptakan ide dan mulai mengembangkan bakat mereka dengan menciptakan sebuah game yang kini menjadi populer di kalangan masyarakat setelah 5 tahun lamanya mereka menunggu hasil usaha mereka ini, kini mulai membuahkan hasil. Di antara keempatnya, baru Revan yang menikah. Sedangkan yang lainnya masih menikmati waktu kesendiriannya. Rico yang selalu galau karena cintanya tidak di restui, Abimanyu yang begitu dingin dan seakan tidak tersentuh oleh wanita manapun dan Jovan sang artis yang sangat playboy. Kekasihnya tidak bisa di hitung ada berapa. “Sampai kapan lu mau backstreet dari nyokap bokapnya?” tanya Revan yang kini mengambil duduk di kursi kebesaran di dalam ruangannya dan Rico ikut duduk di hadapannya. “Entahlah,” jawab Rico simple. “Sekali-kali lu beraniin datang ke rumahnya dan lamar dia, jangan hanya diam di tempat. Udah dua tahun berlalu lho,” seru Revan. “Ck, berhenti bahas kisah gue yang gak jelas. Jadi gimana rasanya Abis nikah dan honeymoon?” tanya Rico sangat kepo. “Ck, kepo banget sih lu.” “Ya berbagi aja kali,” seru Rico sangat penasaran. “Itu rahasia, yang jelas gue bahagia,” jawab Revan dengan kekehannya. “Udah ah gue mau balik, kasian istri gue nungguin.” “Ck, laganya yang punya bini,” seru Rico merengut. “Kenapa merengut? Iri lu?” kekeh Revan. “Makanya nikah, lamar si Fira jangan Cuma di pacarin.” Revan beranjak memasuki kamar mandi yang ada di dalam ruangannya dan berganti pakaian. “Ngomong-ngomong besok lu bakalan dateng ke markas?” tanya Rico. “Pasti, kita harus meeting. Lu udah share belum berita meeting ini di portal kantor?” tanya Revan yang kini sudah keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kemeja putih yang bagian lengannya sudah di lipat hingga siku dan celana kain berwarna hitamnya. “Udah,” jawab Rico. “Lu shift malam?” tanya Revan. “Hmm, biar besok gue bisa libur,” seru Rico membuat Revan mengangguk. “Kalau gitu selamat lembur, gue mau balik dulu. Kasian bini gue kesepian,” kekeh Revan. “Muka lu nyebelin banget Revan,” seru Rico makin merengut membuat Revan terkekeh. “Balik duluan yah, bye.” Revan berjalan meninggalkan Rico yang masih duduk di dalam ruangan Revan. ♥ Spoiler Revan baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ia tengah berada di dalam ruangannya menatap layar komputernya mencoba melakukan pemeriksaan pada perusahaan kecilnya yang ia rintis bersama sahabatnya. Handphone nya berdering dan menunjukkan nama Ibunya di sana. Revan pun menerima panggilan dari Ibunya itu. “Assalamu’alaikum Ma,” salam Revan kala menerima panggilan telpon. “Wa’alaikum Nak. Kamu masih kerja?” tanya Hani dari sebrang sana. “Iya, aku masih ada di rumah sakit. Kenapa Ma?” “Malam ini kamu ada waktu gak? Jam 7 malam,” tanya Hani. “Tidak ada. Aku hanya akan langsung pulang,” seru Revan. “Bisa tidak nanti setelah pulang dari rumah sakit, kamu temui Mama di restaurant Dakota,” seru Hani. “Memangnya ada apa Ma?” “Mama ada acara makan malam dengan kenalan Mama. Kamu datang yah tapi jangan ajak istrimu,” seru Hani. “Lho kenapa aku tidak boleh ajak Raisha?” tanya Revan bingung. “Kamu sendirian saja yah. Tolong Mama malam ini saja,” seru Hani. “Baiklah. Nanti aku datang ke sana,” seru Revan akhirnya tak bisa menolak Ibunya. “Baiklah. Mama tunggu di sini yah Nak. Jangan lebih dari jam 7 malam,” seru Hani. “Iya Ma.” “Baiklah kalau begitu kamu lanjut saja kerjanya, Nak. Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumsalam.” Revan memutuskan sambungan telpon dan sedikit merenung. Ia bertanya-tanya siapa kenalan Mamanya itu dan kenapa Revan tidak boleh membawa Raisha. Revan pun mengirimkan pesan pada Raisha yang memang sudah pulang lebih dulu, kebetulan Raisha ada jadwal praktek pagi. Jadi ia tak menunggu sampai Revan pulang, ia memilih pulang lebih dulu. Me Sayang, aku akan pulang telat malam ini. Kamu makan duluan saja yah. Mama memintaku untuk menemaninya bertemu kenalannya di Restaurant Dakota. Tringg…. Revan pun melihat pesan masuk dari istrinya itu. My Wife Tumben sekali. Tapi tidak apa-apa kamu pergi saja. Aku juga sedang tidak ingin memasak. Aku akan pesan makan saja untuk makan malam. Me Aku juga tidak tau Sayang. Mungkin kenalan lama Mama. Baiklah kalau begitu, jangan pesan makanan yang tidak sehat yah. Love you… :* My Wife Iya sayang. U too… :* Revan pun menyudahinya chating bersama istrinya. Ia pun mulai berbenah untuk pergi ke mesjid sebelum akhirnya menemui Mamanya. ♥ Revan sampai di tempat tujuan. Ia berjalan masuk ke dalam restaurant dan menanyakan meja atas nama Hani pada waiters. Seorang pelayan pun mengantarkan Revan ke meja tersebut. Dari kejauhan Revan dapat melihat Ibunya tengah berbincang dengan seorang wanita yang membawa seorang anak kecil. Posisi wanita itu memunggunginya, tetapi entah kenapa rasanya tidak asing bagi Revan. “Revan!” panggil Hani melambaikan tangannya. Revan berjalan mendekati mamanya. “Ma,” seru Revan dan saat itu juga Revan melihat siapa sosok wanita itu. “Laura?” “Revan,” seru Laura tersenyum ramah. “Apa ini Ma?” tanya Revan mengabaikan Laura dan kembali melihat ke arah Hani. “Tenang dulu Nak. Gini lho, Mama punya utang makan malam sama Laura. Kamu temani Mama yah malam ini, lagipula kan Laura rekan kerja kamu, jadi tak masalah kan?” seru Hani. “Maaf Ma, aku tidak bisa. Kasian Raisha sendirian di rumah,” seru Revan beranjak pergi begitu saja. Hani segera mengejar Revan dan menahan lengannya. “Revan, selama ini Mama selalu mengalah pada keinginanmu. Apa malam ini saja keinginan Mama tidak bisa kamu penuhi!” seru Hani dengan ekspresi memelas. “Ma, hentikan bereskpresi seperti itu. Mama tau kan Laura mantan aku. Dan Raisha tidak akan suka akan hal ini. Aku sedang berusaha menjaga perasaan istriku,” seru Revan. “Memangnya apa yang sudah kamu lakukan sampai membuat istrimu sakit hati. Kamu hanya menemani Mamamu, bukan? Apa satu permintaan Mama tidak bisa kamu turuti,” seru Hani membuat Revan bingung. “Please Nak. Sekali ini saja yah, temani Mama. Mama tidak ingin memiliki utang pada siapapun,” seru Hani. Revan menghela nafasnya. “Baiklah tapi hanya malam ini saja,” seru Revan. “Iya Nak.” Hani tersenyum lebar. Revan pun mengambil duduk di hadapan Laura begitu juga dengan Hani. “Laura sudah pesankan makanan kesukaan kamu lho, Van,” seru Hani. Revan tak berekspresi apapun dan hanya diam saja melihat makanan di depannya yang sudah tersaji. “Ayo kita makan,” seru Hani. “Ayo Laura makan.” “Iya Tante. Saya akan suapi Grasela dulu,” seru Laura seraya menyuapi putri kecilnya. “Duh benar-benar seorang Ibu yang sangat perhatian. Itu kalau kamu sedang bekerja, anak kamu dengan siapa?” tanya Hani. “Kebetulan ada suster yang membantu saya merawat anak saya. Tetapi tetap saja, kalau saya ada dan sedang libur, mengurus anak full sayang yang melakukannya,” seru Laura. “Iya memang harus begitu. Anak itu adalah yang utama,” seru Hani yang terlihat terpesona sedangkan Revan terlihat acuh tak acuh. “Iya Tante. Aku tidak ingin anakku terabaikan. Andai kalau aku punya suami yang bisa membiayai hidupku dan putriku. Aku akan memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus mengurus anakku,” seru Laura. “Iya itu sangat baik. Tante sangat setuju,” seru Hani. “Ma, aku sudah selesai makan. Bisa kita sudahi makan malamnya,” seru Revan dengan sinis. “Ck kamu gak sopan sekali. Lihat tuh Laura nya belum makan. Dia baru selesai menyuapi putrinya,” seru Hani. “Gimana mau jadi ayah kamu ini kalau tidak sabaran.” Revan kembali acuh dan tak perduli. “Kalau Revan mau pulang tidak apa-apa kok Tante. Aku bisa makan nanti saja,” seru Laura. “Tidak Nak. Kamu makan saja dengan tenang. Kami akan menunggu dan menemani kamu,” seru Hani. “Baiklah,” jawab Laura dengan senyumannya. “Revan, lihat tuh anaknya lucu dan menggemaskan yah. Mana cantik banget,” seru Hani dan selanjutnya mengajak main Grasela bahkan memangkunya selama Laura makan. Revan hanya meliriknya sekilas. Sebenarnya ia tidak ingin berdiam lama-lama di sana. Pikirannya terus tertuju pada istrinya di rumah. ♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD