Master of shield shifting

1426 Words
Sementara itu, di lantai 2, Derris sedang berupaya untuk memberikan serangan-serangan mematikan dari tombaknya, yang dapat melubangi tubuh Max, namun dengan cekatan, Max selalu bisa menghindari serangan dari Derris, walaupun beberapa kali tubuhnya harus terhempas akibat efek dari kibasan angin yang dihasilkan oleh tombak Derris.  Sedangkan di sisi lain, Miran masih berusaha keras menghindari serangan-serangan cambuk api dari Chaterine yang sudah membakar tempat-tempat bersembunyi bagi Miran, sehingga semakin lama, pergerakan Miran semakin terbatas karena tak ada lagi tempat yang aman baginya untuk fokus membidik, sedangkan tiap perisai yang dia keluarkan selalu bisa dipecahkan dengan mudah oleh Chaterine.  Tak hanya itu saja, bahkan Chaterine juga terus saja mengejar Miran kemanapun dia pergi, sehingga sangat sulit bagi Miran untuk bisa lepas dari bahaya cambukan api yang terus dilontarkan oleh Chaterine.  Sambil memberikan serangan, Chaterine berteriak.  "Matilah kau!! Aku akan menghapus keberadaanmu dari dunia ini, dan juga dari pikiran Shekai! !" Ujar Chaterine, yang benar-benar membenci mantan kekasih Shekai tersebut.  Namun dengan santai Miran menjawab. "Hmm, sudah kubilang jangan libatkan aku dalam hubungan kalian!"  "Aku hanya akan puas jika kau mati!"  "Kau benar-benar menjengkelkan ... Baiklah, karena kau bersikeras, maka akan kukatakan sesuatu padamu, kurasa aku tahu alasan mengapa kau membenciku."  "Katakan!"  "Itu karena kau hanya tidak mau mengakui bahwa mantan kekasih Shekai lebih hebat darimu."  "Apa kau bilang?!!" Emosi Chaterine memuncak setelah mendengar hal itu dari Miran.  Chaterine mengambil ancang-ancang untuk memberikan kibasan cambuk terkuatnya, Lalu ketika Chaterine akan memberikan serangan pamungkasnya kepada Miran, tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti, karena ada suatu perisai transparan yang muncul dan mengekang kaki kirinya, perisai yang berada di permukaan lantai itu berubah bentuk menjadi semacam jebakan yang mencapit kaki Chaterine, dia telah menginjak perisai itu tanpa sadar, karena awalnya perisai itu bentuknya tipis sehingga tidak terlalu kelihatan.  "A- apa ini??" Ujar Chaterine merasa terkejut.  Lalu dengan cepat Miran berbalik badan sambil membidik ke arah musuh yang sedang dalam keadaan lengah itu, dan dengan cepat Miran melesatkan tiga buah anak panah menuju Chaterine yang pergerakan tubuhnya sedang terganggu oleh jepitan di kakinya, sehingga upaya untuk menangkis serangan lawan jadi sangat sulit untuk dilakukan.  Namun Dengan penuh keyakinan, Chaterine mengibaskan pedang cambuknya untuk menangkis serangan anak panah dari lawan, dia mengibaskan cambuk apinya hingga berbentuk spiral supaya tubuhnya terlindungi, tapi sayangnya dia hanya berhasil menangkis dua anak panah saja, sedangkan satu anak panah lagi terus melaju dengan lancar hingga menusuk bagian pundak kiri Chaterine, dan mengakibatkan dia mengalami luka yang cukup fatal.  Maka seketika itu juga, Chaterine tumbang, lalu dia terkapar bersimbah darah, sedangkan Miran mendekatinya sambil tetap membidik. Dan dalam kondisi terluka parah, Chaterine tetap memarahi Miran sambil berkata.  "Je- jebakan yang kau ciptakan itu sungguh licik! ... A- aku tidak pernah melihat ada ras perisai yang bisa melakukan hal itu."  Lalu Miran menjawab. "Licik apanya? Kau pun memakai relic supaya jarak serang pedangmu meningkat, iya kan?"  "Ta- tapi, bagaimana kau bisa menciptakan jebakan seperti itu?... Seumur hidupku melawan ras perisai, belum pernah kulihat orang yang bisa menciptakan perisai dalam beragam bentuk seperti dirimu."  "Dalam kelompok kami, aku dan Billy bisa dibilang merupakan ras perisai dengan kekuatan tingkat 3, tapi perbandingan kekuatan kami berdua tidak diukur dari kerasnya perisai yang kami miliki ... Mungkin Perisai Billy memang lebih keras dan lebih kuat dibandingkan perisai milikku, tapi dalam hal pembentukan dan pengendalian bentuk dari jarak jauh, aku lebih unggul."  "Ka- kau, benar-benar menjengkelkan ...."  "Yah, mungkin kita berdua memang sama-sama menjengkelkan." Ucap Miran.  Lalu tiba-tiba Miran menembakan sebuah anak panah tepat ke kepala Chaterine, namun ujung anak panah itu bundar, sehingga Chaterine tidak mati tapi hanya tak sadarkan diri, setelah kepalanya menerima hantaman keras dari anak panah bundar itu. Maka Akhirnya Chaterine pun telah resmi dikalahkan.  Sedangkan pertarungan antara Max melawan Derris masih terus berlangsung. Walaupun berkali-kali Max selalu dapat dihempaskan oleh Derris, tapi dia tidak mau menyerah dan tetap mencoba untuk memberikan serangan kepada si pengguna tombak angin itu.  Hingga akhirnya, untuk kesekian kali, setelah Max terjerembab di puing batu bata, lalu dia segera bangkit lagi dengan senyuman di bibirnya. Sedangkan Derris yang melihat senyuman itu, tentu saja merasa heran, sehingga dia bertanya.  "Kenapa kau tidak berhenti berlari dan menyerah saja ... Tubuhmu sudah sangat babak belur, lagipula aku ingin segera membantu Chaterine di sana." kata Derris.  "Tidak, aku tidak akan mengizinkannya."  "Kau sangat gigih! ... Menyerah saja!"  "Aku tidak akan menyerah! ... Aku tidak akan mempermalukan nama Masterku, dia adalah wanita paling kuat di kelompok Fraksi Angin yang kemampuannya ingin aku tandingi !!! Bahkan untuk mendapatkan kepercayaannya dan menjadi muridnya saja sangatlah sulit! ... Karena itu, aku tidak akan pernah mengecewakannya! Selama aku masih bisa berlari, aku tidak akan pernah menyerah untuk menyerangmu."   Lalu tiba-tiba, Max berlari dan mempercepat langkahnya lagi hingga dia berada di depan Derris untuk memberikan serangan tendangan.   Tapi sekali lagi, hanya dengan mengayunkan tombaknya, Derris mampu menghempaskan tubuh Max dan kemudian membuatnya jatuh ke tanah dengan cukup keras. Tapi ternyata, lagi dan lagi Max tetap berusaha berdiri untuk memberikan Derris serangan berikutnya.   Lalu Derris berkata. "Dasar kau b******n keras kepala."   Tapi tiba-tiba, saat mencoba berdiri, Max tertawa. "Hahahaha."  "Hey, keadaanmu sudah babak belur seperti itu, kenapa kau malah tertawa?"  "Hehheh, karena sebentar lagi kau akan kalah." Jawab Max.  "Apa?" Derris kebingungan.  Lalu tiba-tiba Max berjongkok sembari mengaktifkan switch yang ada di kedua sepatunya, dan otomatis suatu tekanan yang sangat besar tiba-tiba membuat tanah yang dipijak olehnya menjadi retak, sehingga hal itu membuat Derris merasa sedikit terkejut.  "Ada apa dengan sepatumu itu?" Tanya Derris.  "Ini adalah sepatu khusus buatan Penemu paling berbakat di kelompok Faksi angin, sepatu ini bisa meningkatkan kekuatan kakiku hingga berkali-kali lipat ... Namun sebelum itu, energinya harus terisi penuh terlebih dahulu, dengan cara berlari selama mungkin."  "A- apa? Jadi itulah mengapa dari tadi kau hanya terus berlari kesana kemari dan tak henti-henti menyerangku saat aku tak mengejarmu."  "Ya! Benar sekali" Max berteriak.  "Cih, kau ini lawan yang merepotkan... Tapi, apapun itu, kau tetap saja tidak akan bisa menang melawanku! Akan kuhempaskan kau dengan kekuatan angin milikku ini." Ujar Derris.  Tiba-tiba Max berkata, "Ryuji pernah berkata kepadaku."  "Hah?"  "Jika ingin menembus angin yang sangat kencang, maka kau harus bisa lebih kencang dari angin tersebut, Hehee."  "Apa kau bilang?" Derris kebingungan.  Lalu, Max yang sedang dalam posisi jongkok seperti seorang pelari yang sedang mengambil ancang-ancang, mulai bergerak! Tiba-tiba saja dia melesat dengan sangat cepat, dengan memanfaatkan kekuatan tinggi yang terkumpul di dalam sepatunya tersebut, saat melesat, saking kuatnya hentakan dari kaki Max, bahkan tanah tempatnya berpijak sampai mengalami kehancuran.  Sedangkan di sisi lain, Derris juga tak mau kalah dari Max, dia segera memberikan serangan pamungkasnya yang dapat mendorong dan bahkan melubangi benda yang sangat keras. Dengan sekuat tenaga, Derris menghunuskan tombak berkekuatan angin miliknya, dia berteriak.  "Pierce through !!"  Seketika semua benda yang ada di hadapan Derris langsung hancur berhamburan seperti tersapu bersih oleh angin tornado, bahkan dinding-dinding di sekitarnya pun hancur dan roboh hingga berhamburan ke segala arah, seisi tempat itu benar-benar dibuat porak poranda oleh serangan pamungkas dari Derris.  Tapi rupanya ada satu hal yang tidak terpengaruh oleh daya dorong dari serangan tersebut, hal itu tak lain tak bukan adalah Max, yang tiba-tiba saja sudah berada tepat di atas kepala Derris. Rupanya dengan kecepatan yang sangat tinggi, dia mampu menembus kekuatan angin dari serangan musuh, dan terus melaju hingga akhirnya dia berhasil berada sangat dekat dengan musuh yang sedang dalam keadaan terperangah dan tidak akan sempat untuk memberikan perlawanannya.  Karena dengan cepat pula, Max langsung melayangkan tendangan yang sangat keras ke wajah musuh, yang bahkan sampai membuat beberapa gigi Derris copot, lalu Max yang masih melayang di udara melanjutkan serangan tendangannya, dengan menggunakan kaki yang satu lagi. Hingga akhirnya dia memberikan serangan tendangan terakhir yang sangat keras tepat ke dagu musuh, yang membuat Derris langsung terhempas jauh, lalu tubuhnya menabrak tembok dengan sangat keras.  Setelah berhasil melakukan serangan itu, lalu Max kembali mendarat di tanah, dan dengan tubuh yang sudah kelelahan, dia melihat ke arah Derris, sang musuh yang sudah dalam keadaan terkapar tak sadarkan diri, dengan luka lebam di seluruh wajahnya. Maka dengan begitu, Derris sudah resmi dikalahkan oleh Max, dan kini dia sudah benar-benar kehabisan tenaga, bahkan untuk hanya sekedar berdiri pun sepertinya dia sudah tidak mampu. Lalu sambil terperangah, Max merayakan kemenangannya dengan cara mengangkat satu tangan. Informasi pertarungan : - Kelompok Faksi angin berperang melawan kelompok Sword of freedom (diluar) - Billy bertarung melawan Shekai (diluar) - Ren bertarung melawan Razor (Di lantai 1) - Miran menang dari Chaterine (Di lantai 2) - Max menang dari Derris (Di lantai 2) - Alex dan Ara sedang berusaha kabur dari Jefirros yang masih berusaha untuk beradaptasi dengan kekuatan Raja iblis (Di lantai 3)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD