Chapter 49

2239 Words
Sesampainya di depan pintu utama, Alan langsung membukanya tanpa menunggu lama lagi. Krek ... Benar saja, orang yang datang adalah Clava. Berbalut mantel dan setelah formal yang mahal dan cukup mengesankan. Tapi, fokus utama Alan bukan pada model pakaian yang gadis itu kenakan ataupun hal-hal lain di sekitarnya melainkan, raut wajah Clava yang terlihat ganjil. "Ayo masuk," ucap Alan. "Kak Alan," sahut Clava cepat. "Ya?" Keanehan pun semakin menjadi, yang Alan maksud keganjilan tersebut adalah karena Clava terlihat jauh lebih serius dari yang ia pikirkan. Ada apa ini? Mendadak firasatnya tidak enak. "Kakak harus segera pindah dari sini." "Ha?!" Alan melongo kaget dibuatnya. Clava baru saja datang dan kalimatnya sudah seperti itu, siapa pun pasti akan terkejut bukan? "Apa maksudmu Clava?" Alan bertanya cepat. Melihat wajah Clava yang sangat serius dan lumayan tegang, Alan berdeham sejenak untuk mencairkan suasana. "Masuk dulu, Cla. Kita bicarakan ini di dalam," katanya lagi. Clava mengangguk dan dengan cepat mengikuti Alan menuju ke dalam. Ketika pintu ditutup bersamaan dengan kehadiran Andrew dari arah dapur. Juga Future yang masih stay di sofa tempat duduknya. "Sudah datang rupanya," vokal Andrew. Tidak menjawab, baik Alan maupun Clava sama-sama terdiam. Clava mengambil posisi duduk di sofa tunggal berhadapan dengan Future, Andrew dan Future berbagi tempat yang sama, dan di sofa tunggal satunya lagi di sanalah Alan duduk. Ketiga manusia di sana terlihat kaku satu sama lain. Ini adalah hal yang mendebarkan, ntah apa yang akan terjadi dengan mereka. Tapi, Andrew melihat bahwa nuansa-nuansanya sedang tidak baik. "Ada apa ini? Kenapa kalian terlihat sangat kaku seperti ini? Al? Clava? Future?" tanya Andrew. "Kak Alan harus pindah dari rumah ini sekarang." Itu Clava yang langsung menyampaikan vokalnya dengan tegas. Kalimat yang tidak Andrew sangka akan keluar dari mulut Clava itu pun tentu saja membuatnya semakin bingung. Bukan hanya Andrew saja, tapi juga Alan sebagai objek utama pokok pembahasan mereka. "Pindah? Pindah dari rumah ini maksudmu?" "Tapi kenapa Clava? Ada apa sehingga kau berkata demikian? Beri alasan yang masuk akal." Suara Andrew dan Alan saling bersahut-sahutan. Alan dengan kebingungannya dan Andrew bingung sekaligus panik. "Sebentar," ucap Clava. Gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Mengutak-atik benda pipih itu sebentar kemudian meletakkannya di atas meja. "Kalian semua harus dengar ini," katanya. Klik! Setelah ikon play Clava tekan, muncul suara yang terekam di sana. "Kita harus menemukan the future yang lain itu, secepatnya. Setelahnya akan kujadikan dia Megan versi dua. Sinyal yang Megan temukan sangat kuat dan datanya pun berada tidak jauh dari sini. Apa pun caranya kita harus menemukan makhluk itu dan menghancurkannya agar tujuanku tercapai." Klik! Alan dan Andrew bertatap-tatapan dengan cepat. Mereka sama-sama masih berpikir dan mencerna apa yang mereka dengarkan barusan. "The future yang lain," gumam Alan. "Ini adalah rekaman pembicaraan Pamanku dengan Om Bima, Kak. Mereka membicarakan ini di ruangan Pamanku, dan pada saat itu aku sedang berada di perpustakaan rahasia di dalamnya. Namun, karena sejak awal masuk dan pembicaraan mereka cukup berat aku memutuskan untuk diam saja di sana. Dan diam-diam aku merekam pembicaraan mereka," jelas Clava. "Kapan kejadian ini?" "Sore tadi di Doujav Corp," jawab Clava cepat. "Tunggu dulu, siapa Bima?" Setelah lama diam dan hanya menyimak, Andrew pun angkat suara. "Om Bima adalah teman lama Pamanku. Dia adalah pemilik Doujav Corp yang lama. Sebelum menjadi Doujav Corp, namanya adalah Breeyan Company. Sama-sama perusahaan yang bergerak di bidang IT. Namun karena beberapa hal, Breeyan mengalami kerugian yang cukup besar sehingga nyaris gulung tikar. Dan pada saat itu Pamanku datang. Dia membeli Breeyan Company dan merubah namanya menjadi perusahaan yang sekarang." "Lalu, apa yang mereka maksud dalam rekaman tersebut dengan ... the Future?" Giliran Alan yang merasa panik. "Ya, kenapa mereka membahas mengenai the Future?" Andrew juga bertanya. "Jangan bilang Kak Alan dan Kak Andrew belum mengetahui satu hal penting?" Seperkian detik, Alan dan Andrew kembali beradu tatap. Lewat gerakan non verbal keduanya, saling bertanya melalui tataoan tanpa harus mengeluarkan suara. Tidak ada yang tahu apa yang ada di dalam pikiran Clava saat ini. Bahkan Future yang notebennya adalah makhluk jenius pun tidak memiliki akses membaca pikirannya, kecuali mereka terhubung oleh chip seperti yang Alan pasang pada sistem Future. Ruang tamu rumah Alan baru kali ini terasa sangat gelap, menakutkan, dan nuansanya seperti sedang berada di sebuah rumah kosong terbengkalai. Tidak ada penghuni lain selain mereka yang tersesat dalam hutan lebat. Okay abaikan, tapi seperti itulah kira-kira yang Alan rasakan sekarang. "Untuk itulah gunanya kau datang ke sini kan. Menyampaikan hal penting tersebut?" Vokal datar Andrew yang menyambangi. "Benar tapi, bukan itu pokok utama yang akan kubahas, Kak Andrew Kak Alan." "Yasudah, jelaskan sekarang. Ada apa? Kau terligat agak tidak beres malam ini. Lemburmu membuatmu kehilangan sedikit kewarasan ya?" "Bukan saatnya bercanda, Kak Andrew!" tegas Clava. Kalimat tegas dengan nada tinggi itu membuat Kedua pria di sana terlonjak kaget. Terutama Andrew, dia pikir dengan begitu bisa sedikit mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang. Ternyata dia salah. "Okay-okay, aku minta maaf. Jadi, ada apa?" Andrew mengalah. Toh sejak awal ia merasa kalau dirinyalah yang salah. Clava mendengkus sesaat. Namun setelahnya ia kembali berekspresi seperti semula. "Hal penting yang membawaku kemari adalah karena ingin menyampaikan keinginanku agar Kak Alan dan Future pindah dari sini." "Kenapa?" "Jangan dipotong dulu Kak Andrew!" "Oopsie, okay. Lanjutkan." Ck, Andrew-Andrew kenapa sih tidak bisa mencari timing yang tepat untuk mencairkan suasana. Pikir Alan. Ya, dia tahu maksud kekonyolan sahabatnya itu untuk merubah suasana agar tidak terlalu kaku. Tapi, nyatanya Andrew malah menjadi kanebo kering. Sangat tidak berbakat menjadi pelawak. "Kenapa aku menyuruh Kak Alan pindah dari sini? Itu karena keberadaan Future yang terancam. Kita sudah dengarkan rekaman tadi. Itu pembicaraan Pamanku dengan Om Bima untuk menemukan dan menangkap Future." "..." "Kak ..." Clava menjeda, kelereng jernihnya sibuk bergulir ke arah Alan, Andrew, dan Future secara bergantian. Jeda yang cukup panjang karena Clava merasakan keraguan ketika hendak menyampaikannya. "Apakah aku sudah benar dengan melakukan ini semua?" "Clava?" Tersentak, Clava meraup kembali kesadarannya atas suara Alan. Gadis itu memejam sesaat kemudian menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan cepat. "Sebenarnya ... Megan yang kalian ketahui sebagai kepala pimpinan Machine Learning dan AI di Doujav Corp adalah sosok yang sama dengan Future, Kak," ungkap Clava. Satu ... Dua ... Tiga ... "Megan? Sosok yang sama dengan Future?" Mendapati pertanyaan seperti itu dari Alan, tentu saja Clava menganggukkan kepalanya. "Jadi benar ya, kalian belum tahu." "Clava tolong jelaskan dengan benar. Apa maksudmu itu?" Dan pada akhirnya, Andrew tidak bisa untuk tidak ngegas. "Iya, Megan adalah makhluk the future yang datang dari masa depan juga, Kak. Megan dan Future, mereka makhluk yang sama." *** Tujuh jam sebelumnya. Doujav Corp, 17.18 WIB. "Duh ... di mana ya Paman meletakkannya? Katanya di perpustakaan di dalam ruangannya, kenapa tidak ada sih." Gerutuan tersebut berasal dari Clava yang terlihat sibuk berkeliling rak-rak buku di dalam perpustakaan rahasia di dalam ruangan pimpinan Doujav Corp. Yakni, Mr. Jazz Vrank. Yang merupakan CEO sekaligus pamannya. Meskipun dikata perpustakaan rahasia tapi, luas dari perpustakaan tersembunyi itu sangatlah luas. Tidak bisa disebut minimalis apalagi rahasia. Karena besarnya yang hampir dua kali lipat dari perpustakaan umum biasanya. Besar, luas, dan dilengkapi dengan berbagai macam buku-buku di dalamnya. Semua jenis buku, bahkan yang limited edition hanya ada 3 di dunia. Perpustakaan raksasa yang mampu menampung lebih dari 10 ribu buku di dalamnya. Benar-benar definisi dari ruangan rahasia seorang pimpinan. "Ck, di mana sih?" Masih dengan keluhan yang sama Clava menggumam. Sudah hampir satu jam ia berkeliling di sini dan masih belum menemukan buku yang ia inginkan. Well, paginya Clava menelepon sang paman untuk meminjam buku yang ia perlukan untuk keperluan tugasnya di kampus. Dan pamannya menyetujui dengan mudah, Mr. Jazz juga mengatakan untuk dirinya sendirilah yang mencari buku yang ia inginkan. Keberadaan perpustakaan rahasia di dalam ruang kerjanya bukan lagi hal yang Clava kejutkan. Sebab, ia sudah mengetahuinya sejak kecil. Dulu, pamanya sering mengajaknya bermain ke tempat tersebut karena Clava sangat suka membaca sejak duduk di bangku sekolah dasar. Dari sanalah Mr. Jazz juga bisa memahami dengan cepat kalau keponakannya adalah anak yang cerdas. Dan semakin beranjak dewasa Clava, Mr. Jazz memahami kalau anak itu adalah si jenius yang berbakat. Oleh sebab itu pula, Clava menjadi orang pertama yang diperlakukan istimewa oleh Mr. Jazz. Kembali ke pokok pembahasan utama. "Ya ampun Paman ... benar-benar mau menyulitkan saja kalau begini. Perpustakaan luasnya minta ampun, aku jadi susah mencati buku yang kuinginkan." Lagi-lagi gerutuan penuh kejengkelan itu terlontar dari vokal Clava. Tak! "Duh!" Sebuah benda jatuh mengenai kepalanya saat Clava iseng menarik rak atas untuk menjangkau bagian yang lain dari rak buku tersebut. Tidak terlalu kuat bahkan tidak sakit sama sekali tapi cukup membuatnya kaget. "Eh, apa ini?" bingung Clava. Sebuah amplop cokelat agak tebal jatuh di dekat kakinya. Untungnya ruangan terang sehingga Clava bisa dengan mudah melihat benda tersebut. Clava berlutut dan memungut amplop tersebut. "Apa ya ini?" Ia pandangi secara rinci, dan melihatnya dengan seksama. Tidak ada yang mencurigakan, tidak ada cap stempel atau apa pun itu yang menandakan kalau amplop ini adalah barang penting. Sampai, Clava memutuskan untuk membukanya. "Aku lihat saja kali ya, tidak ada apa-apanya juga kan. Palingan hanya lembar-lembaran buku yang sudah terkoyak dan Paman kumpulkan." Opini yang menakjubkan. Sampai kemudian begitu amplop terbuka dengan jelas dan Clava melihat isinya. Dugaannya betul, potongan-potongan kertas yang banyak dengan beberapa flashdisk yang terlihat tampak usang. "The future, makhluk jenius serupa manusia yang datang dari masa depan, tahun 3038." Clava membaca setiap susunan kertas-kertas tersebut. "Apa ini?" Merasa agak bingung, ia pun melanjutkan kembali bacaannya. Paragraf satu, "The future adalah makhluk masa depan dari tahun 3038. Mereka berwujud seperti manusia pada umunya dengan tekstur yang sama. Namun, beberapa struktur kerangka penyusunnya tetaplah dari rangkaian mesin pintar. Mereka adalah gambaran manusia jenius di masa yang akan datang. The Future merupakan kloningan dari X-manusia yang datang dari masa depan." Paragraf 2, "Makhluk ini akan sangat mirip dengan manusia biasa. Berasal dari masa depan dan berada jauh di luar angkasa. Aeireaine, adalah nama planet mereka di sana. Jauh dari keberadaan bumi dan para planet lainnya. Sewaktu-waktu, para the future bisa saja memasuki bumi manusia ketika mesin dimensi waktu bergerak dengan sendirinya. The future, mereka memiliki organ X yang sangat berbeda dengan manusia namun, pada the future pilihan mereka akan memiliki organ X yang juga berbeda dari the future lainnya." Artikel yang tertulis masih sangat panjang. Dan ketika Clava hendak menyambung paragraf berikutnya, suara pintu terbuka pun terdengar. Krek ... Mengurungkan niatnya melanjutkan kembali bacaannya. "The future ... bukankah mereka makhluk yang sama seperti Future yang ada di rumah Kak Alan?" gumam Clava sepelan mungkin. Bahkan nyaris seperti bisikan. Karena di luar sepertinya ada orang. "Jadi, bagaimana Bimo?" Suara di luar terdengar. "Itu suara Paman dan Om Bima," lirih Clava. "Ini menyangkut the future yang ada bersamamu Jazz. Megan adalah makhluk the future dari masa depan itu. Lima tahun sudah kau menyembunyikannya dengan apik dan siapa sangka sampai detik ini tidak ada yang mengetahuinya." "Ya, aku merasa beruntung, Dude." Pembicaraan yang Clava dengarkan baik-baik. Dari balik ruang perpustakaan rahasia, gadis 19 tahun itu terlihat berjongkok di dekat rak yang menjulang tinggi. "Megan adalah seorang the future?" Sepelan mungkin Clava berucap. Pikirannya langsung tertuju pada Future yang berada di rumah Alan. Akal cerdasnya dapat dengan mudah menelaah apa yang sedang terjadi di sana. Clava kembali diam dan mendengarkan semua yang kedua orang dewasa itu ceritakan. Semuanya Clava dengar dengan jelas, semuanya. Tanpa tertinggal sedikit pun. Sampai pada kalimat Bima yang mengatakan rencana keduanya pun Clava dengar sejelas-jelasnya. "Megan menemukan sinyal baru yang menyerupai sinyalnya beberapa waktu lalu. Dari data yang sempat ia baca sebelum sinyalnya hilang, itu memiliki kesamaan sistem yang semuanya hampir sama dengannya. Hingga aku pun mencurigai kalau sinyak itu berasal dari the future yang lainnya." "Ada the future lain di bumi ini selain Megan?" "Masih prediksi, Dude. Tapi, dugaanku kuat mencapai 80% kalau itu memanglah the future yang lain." "Apa bukti kuat lainnya?" "Mereka sudah pernah bertemu sebelumnya di sebuah minimarket dekat komplek. Dari sistem keamanan yang sangat bagus, juga data yang sangat sulit dibaca. Bahkan untuk menerobos sistemnya secara ilegal pun mustahil. Benzie sudah berusaha namun tetap tidak ada hasilnya." "Jadi mereka sudah pernah bertemu?" "Ya, dan data serta sistem tersebut walau hanya sebentar terbaca dalam sinyal Megan. Aku yakin bahwa kemungkinan besar kalau makhluk itu memanglah the future yang lainnya." "Jadi sekarang ada dua the future di bumi ini?" "Iya." "Lalu apa rencanamu?" "Tujuanku adalah untuk menaklukkan dunia. Membuat dunia terkesan denganku dan merubah seluruh manusia yang ada di bumi ini menjadi pengikutku. Melalui Megan, aku yakin pasti bisa. Tapi sekarang, kemunculan the future yang lain itu bisa menjadi ancaman untukku jika tidak segera kutemukan." "Kau berniat menangkapnya?" "Tentu saja! Aku akan menangkapnya dan menjadikannya pengikutku yang baru. Kecerdasannya sangat luar biasa sehingga aku yakin dengan mereka berdua aku akan bisa menaklukan dunia. Dan idemu barusan sepertinya akan sangat membantu untuk itu." Suara tawa menggelegar terdengar dari dua pria di sana. "Ya, Jazz kau sangat cepat tanggap menangkap apa maksudku. Kita bisa melakukan semua itu dan mencapai keberhasilan dengan mudah." "Benar, menangkap the future yang lain itu dan menjadikannya orangku yang berikutnya. Lusa, aku dan Megan akan ke minimarket tempat terakhir kali dia menemukan sinyal the future yang lain itu. Kami akan menelusuri semua tempat di sekitarnya. Lihat saja, makhluk itu pasti akan kutemukan." "Bagus, Jazz bagus. Aku setuju dan aku akan menjadi orang pertama yang mendukungmu dengan penuh." "Ya, mari kita tangkap the future itu! Hahaha ..." Dan Clava hanya bisa menutup mulutnya dengan kedua tangan. Serta mata yang bergerak bimbang. "Aku harus beritahu Kak Alan secepatnya," monolognya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD